Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pernikahan
Setelah empat hari dirawat di rumah sakit, Melin akhirnya harus pulang satu hari lebih awal karena hari ini dia harus menikah dengan Johan pria yang baru dikenalnya.
Beruntung Rossa sahabat Melin selalu datang setiap malam untuk menemani Melin dirumah sakit.
"Permisi Mbak, saya MUA untuk Mbak Melin," ucap seorang wanita paruh baya.
"Iyah, Saya Melin Bu. Apa harus di make up dirumah sakit?," tanya Melin yang mulai gemetaran.
"Iyah mbak, itu atas permintaan Mas Johan. Karena akad nikahnya dimulai jam 11 siang ini."
Melin tertegun sesaat, karena Johan sebelumnya menjelaskan jika hanya membantunya dipelaminan saja bukan dengan akad nikahnya.
"Hai, Mel. Sadar, jangan melamun." ucap Rossa sahabat Melin.
Meskipun sungguh kaget namun Melin mengikuti kemauan Johan karena dia sadar jika Johan yang telah menolongnya.
"Ros, kamu temani aku yah. Hari ini bolos saja kuliahnya," ucap Melin.
"Iyah Mel," ucap Rosa.
"Mbak, nanti kita make up juga yah, kebetulan kita butuh dua kembang Mayang," sahut MUA.
"Iyah Bu." sahut Melin dengan senyuman.
Sementara Rossa hanya terdiam karena bingung harus berkata apa.
Satu jam berlalu, setelah mengurus administrasi, Johan segera menghampiri Melin. Rossa yang melihat Johan calon istri sahabatnya begitu terpesona dengan ketampanan Johan.
Sementara itu Melin Johan keduanya saling menatap kagum. Melin terlihat begitu cantik dengan riasan natural.
Ternyata kamu lebih cantik daripada Bella. Ah tidak-tidak, ini hanya pura-pura, gumam Johan.
"Ayo semua sudah siapkan," ucap Johan.
"Mas, boleh aku ajak Rossa kan?" tanya Melin.
"Iyah, boleh."
Melin masih merasa kesulitan untuk berjalan karena selama tiga hari dia hanya rebahan saja. Beruntung Johan pengertian karena dia membawakan kursi roda untuknya.
"Jika cowoknya seganteng itu, Aku juga mau Mel. Kenapa kamu pakai galau segala," bisik Rossa sambil mendorong kursi roda.
"Hussttttt...... nanti saja ceritanya." jawab Melin.
Satu jam lebih perjalanan, Melin akhirnya sampai disebuah hotel. Dia merasa kurang nyaman apalagi dia baru keluar dari rumah sakit. pikirannya sedikit kacau, Dia mulai tidak percaya diri karena pernikahannya diadakan disebuah hotel berbintang. Namun setelah Johan menjelaskan, Melin akhirnya sedikit tenang.
Johan membawa Melin beserta rombongannya kesebuah kamar. Dia sedikit terkejut karena didalamnya sudah banyak orang yang sedang di make up. Melin mulai merasa canggung, Dia menggenggam tangan Rossa hingga Rossa merasa kesakitan.
"Melin, kemarilah," ucap Johan.
Melin menghampiri Johan.
"Ini kenalkan Mama dan yang diduduk dibalikin itu Papaku." ucap Johan.
"Saya Melin, Tante," ucap Melin lirih sambil mencium tangan Mama Johan.
"Wah kamu cantik sekali. Terima kasih yah sudah membantu kita." bisik Mama Johan setelah mencium pipi kiri dan kanan Melin.
"Iyah sama-sama Tante."
Mama johan lalu menjelaskan tentang akad nikah yang sebentar lagi dimulai. Melin hanya berpura menjadi Bella calon istri Johan yang kabur.
"Ayo ikutlah denganku sebentar," ucap Johan sambil menarik tangan Melin.
Johan mengajak Melin keluar dan berpindah kamar disebelahnya. Namun bedanya kali ini kamarnya begitu indah dengan begitu banyak hiasan bunga yang wangi.
Indah sekali kamar ini. Bodoh sekali calon istrinya Mas Johan, padahal semua sudah dipersiapkan dengan matang, gumam Melin.
Johan menjelaskan begitu banyak rentetan acara yang akan dilakukan hari ini. Tubuhnya yang masih lemas seakan tak sanggup harus mengikuti acara hari ini.
Sebuah ketukan pintu mebuyarkan obrolan mereka. Karena Mereka harus keluar dan memulai akad nikah. Melin merasa begitu gemetaran saat Johan menggandeng tangannya menuju kesebuah gedung di lantai atas.
Keduanya kini duduk berdampingan dan didepannya sudha ada penguhulu dan keluarga Johan. Tamu-tamu juga sudah mulai berdatangan untuk menyaksikan akad nikah.
Pak penghulu mulai membaca doa dan membuka ijab Qabul. Melin begitu kaget ketika Johan menyebut namanya dan ayah Melin.
Bagaimana sah.....
sah....... sah...... teriak para tamu.
Astaghfirullah, dari mana Mas Johan tahu nama ayahku, gumam Melin.
Melin mentap Rossa dengan tajam, karena hanya Rossa yang tahu nama ayahnya.
Melin sedikit lega karena pernikahan ini hanya pura-pura sehingga tidak ada dokumen yang harus dia tanda tangani.
Acara begitu meriah, banyak tamu yang hadir dan meminta foto bersama hingga membuat Melin mengurungkan niatnya bertanya kepada Johan.
Dua jam berlalu, acara masih belum juga selesai. Melin terlihat pucat, Dia sudah tak kuat lagi untuk melanjutkan acara hari ini. Apalagi dari pagi dia belum juga makan dan meminum obat.
"Mas, Aku sudah tak kuat lagi. bisakah kita kembali ke kamar sebentar saja. Aku ingin merebahkan tubuhku sejenak," ucap Melin.
"Tidak bisa, kamu lihat tamu sebanyak ini. Tahan dulu lah, satu jam lagi selesai. Kamu duduk saja, tidak usah ikut berdiri," jawab Johan perlahan.
Melin hanya mampu menghela nafas panjang. Dia juga tidak mungkin duduk, karena tamu yang datang terus bersalaman.
Rossa yang dari kejauhan melihat Melin mulai lemah, akhirnya kembali ke kamar dan mengambil obat Melin. Rossa menghampiri Melin dna mengajaknya untuk turun sejenak. Johan hanya menatap Melin tanpa memperdulikannya.
Beruntung Melin memiliki sahabat seperti Rossa yang mmau membantunya bahkan menjaganya saat dirumah sakit.
Tak lama Johan datang menghampiri Melin dan kembali mengajaknya untuk naik dipelamainan.
"Tunggu Mas, Aku makan dulu. Aku harus minum obat, perutku mulia terasa begitu sakit," ucap Melin.
"Apa kamu tidak malu dilihat semua tamu yang hadir. Sudah minum saja obat kamu, cepat." jawab Johan.
"Apa kamu tidak malu jika aku pingsan dipesta pernikahan kamu."
Johan seakan tidak perduli, setelah meneguk obatnya. Johan segera menarik tangan Melin dan mengajaknya untuk naik dipelaminan.
Ah sugguh tega kamu Mas, gumam Melin sambil menahan sakit.
Satu jam berlalu, Melin akhirnya mengajak Rossa untuk kembali ke kamarnya, sementara Johan masih berada ditempat untuk menemani teman-temannya yang belum pulang.
Setelah Rossa pulang, Melin akhirnya memutuskan merebahkan tubuhnya sejenak dikamar hotel. Suhu tubuhnya yang naik membuat Melin tertidur lelap. Dia hanya sesekali membuka matanya dan melihat Johan duduk disofa. Melin sudah tak sanggup berkata apapun, tubuhnya begitu lemas tak berdaya.
Kumandang adzan subuh membangunkan Melin. Dia mencoba bangun dan berdiri namun kakinya begitu lemah hingga dia terjatuh. Melin mencari keberadaan Johan namun dia sudah tidak ada ditempat. Melin menghela nafas panjang dan terus mencoba bangun dan menuju ke kamar mandi.
Melin sadar jika Johan meninggalkan dia sendirian dikamar hotel, karena dia menemukan sepucuk surat dan sebuah amplop coklat yang berisi uang sepuluh juta rupiah.
Melin mulai membaca surat itu hingga tak terasa air matanya menetes dengan sendirinya.
Tega sekali kamu Mas, gumam Melin.
terimakasih dukungannya kak