Anna harus terjebak dengan dua orang laki-laki yang membuatnya harus terpaksa berakhir dengan Maxim yang ternyata adalah teman masa kecilnya dulu.
Ternyata Maxim dan Dexter adalah mantan rekan yang memiliki sifat berbeda jauh.
Akankah Luna menerima cinta Maxim atau malah pergi bersama Dexter.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tessa Amelia Wahyudi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 22
Hidupnya berjalan dengan lancar. Anna mulai merasakan bahwa kehidupan yang sudah kembali. Dia merasa bahwa hidupnya benar-benar sudah kembali jauh seperti sebelumnya bertemu dengan Stefano, mau pun Maxim.
Seperti malam ini, Dia sedang menikmati indahnya malam di taman kota. Tapi di saat dia sedang menikmati, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang memberikan setangkai mawar merah.
"Untuk apa ini?" tanya Anna saat ada seseorang yang datang memberikannya setangkai mawar merah di malam hari.
"Aku tidak tau!" jawab orang tersebut lalu pergi meninggalkannya begitu saja.
Anna sendiri masih tertegun, dia memikirkan kenapa tiba-tiba ada orang yang memberikannya setangkai mawar merah di malam hari seperti ini. Di saat Dia sedang bergelut dengan pikirannya, tiba-tiba saja datang lagi seseorang yang memberikannya setangkai bunga mawar merah yang sama.
Hal itu berulang-ulang terjadi, sampai di mana orang ke-10 datang, Anna langsung bertanya sebenarnya siapa yang memberikan bunga-bunga tersebut.
"Katakan siapa yang memberikan bunga ini? bukan hanya satu orang, kamu adalah orang ke-10 yang memberikanku bunga ini. Sekarang katakan padaku siapa memberikannya." Anna menahan orang tersebut untuk pergi karena dia penasaran sementara siapa yang memberikan bunga itu.
Kenapa banyak sekali orang-orang yang memberikannya bunga, entah untuk apa bunganya. Padahal dia tidak mengenal satupun orang dari mereka.
"Aku tidak tahu. Aku hanya ditugaskan untuk mengantarkan bunga ini, saja." jawabnya yang langsung pergi meninggalkan Anna begitu saja karena menurutnya dia sudah menjalankan tugasnya dan dia juga sudah mendapatkan bayaran atas pekerjaannya saat ini.
Karena penasaran dengan semua, Anna mencari keberadaan seseorang yang kemungkinan memberikannya bunga. Tapi dia tidak menemukan siapapun yang berada di taman ini.
Entah mengapa tiba-tiba saja dia berpikir bahwa Maxim yang memberikan bunga tersebut untuknya. Tapi pikirannya itu langsung ditepisnya begitu saja.
"Tidak mungkin! tidak mungkin dia yang memberikan bunga ini. Dia sudah tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi dan mungkin saja dia sudah mendapatkan wanita lain yang dia inginkan. Jadi mana mungkin dia memberikannya." gumam Anna.
Dia bergelut dengan pemikirannya sendiri dan entah mengapa tiba-tiba saja dia bisa berpikir ke arah sana. Rasanya sudah hampir sebulan ini dia tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu. Jadi Dia sangat yakin bahwa ini bukan pemberian darinya.
Kenyataannya kecurigaan Anna benar. Semua itu adalah perbuatan Maxim. Dia yang memberikan bunga-bunga tersebut. Bahkan masih ada 10 tangkai lagi. Tapi dia tidak berani memberikannya, karena Anna sudah curiga.
"Astaga, kau bodoh Anna. Tidak mungkin laki-laki pengecut itu yang memberikannya. Dia terlalu pengecut untuk melakukan hal ini." gumamnya lagi.
Dia terus saja meyakinkan dirinya bahwa tidak mungkin Maxim yang memberikannya semua ini. Terlalu mustahil bagi Anna jika laki-laki itu yang memberikannya bunga.
Tanpa diketahuinya jika saat ini apa yang dia lakukan dilihat secara langsung oleh Maxim yang berada di balik pohon tak jauh dari tempat yang saat ini. Bahkan dia bisa mendengar apa yang wanita itu katakan.
"Kau benar, An. Aku terlalu pengecut untuk menunjukkan diriku. Kau benar, aku ini memang laki-laki pengecut," ucap Maxim.
Dia mengakui bahwa dirinya ini memang pengecut karena tidak berani menemui Anna. Entahlah, dia juga tidak tahu sampai kapan dia seperti ini. Mengawasinya dan memastikan bahwa kehidupan wanita itu baik-baik saja.
Karena tidak menemukan orang yang dia curigai, akhirnya Anna berjalan dari taman menuju rumahnya. Entah mengapa dia benar-benar ingin menikmati malam ini. Dia sangat menikmati apa yang dilakukannya sekarang.
Jujur saja, Dia merasa bahwa hidupnya sekarang jauh lebih baik. Setidaknya dia sudah kembali mendapatkan hidupnya. Hidupnya yang telah hilang beberapa waktu yang lalu.
Maxim pun mengikuti wanita itu. Dia juga berjalan mengikuti Anna dari jarak yang cukup jauh tapi dia masih bisa melihat wanita itu. Sampai di mana dia melihat segerombolan laki-laki yang sedang mab*k mendekati Anna dan salah satunya berani memegang tangan Anna.
"Lepaskan!" Anna berteriak saat salah satu dari pemuda itu memegang tangannya.
"Mau kemana cantik? ayo bermain, dan kami akan membuat mu melayang malam ini," ucap salah satu dari mereka lagi yang membuat Anna semakin ketakutan.
Dia tahu ke arah mana pembicaraan mereka saat ini. Anna boleh ketakutan saat laki-laki itu semakin mendekatinya dan mereka menghubunginya saat ini. Anna tidak bisa pergi ke mana-mana lagi karena mereka mengelilinginya.
"Menyingkir, lah! jika tidak aku akan menghubungi polisi. Aku akan-ahk..." Anna berteriak saat ponselnya dicampakkan begitu saja dan mereka menarik tangannya.
Melihat hal itu membuat Maxim langsung menghampirinya dan memukul orang yang berani memegang tangan Anna.
Terlihat sekali jika saat ini dia benar-benar marah. Maxim benar-benar akan membunuh mereka karena telah berani melakukan hal itu pada anak.
Apalagi saat melihat tangan Anna terluka dan mengeluarkan darah. "Bajing*n!" umpat Maxim ketika melihat tangan Anna berdarah.
"Ahk..." Anna berteriak kesakitan saat rambutnya ditarik oleh orang tersebut.
Mereka ada 7 orang yang mengelilinginya tadi, dan Maxim bertarung dengan mereka bertujuh. Anna sangat mengkhawatirkan keadaan laki-laki itu. Dia takut jika terjadi sesuatu pada Maxim.
Sayangnya itu tidak terjadi karena Maxim bisa dengan begitu mudahnya mengalahkan mereka semua.
Bahkan Anna bergidik ngeri ketika melihat Maxim menarik tangan salah satu tangan orang tersebut dan mematahkannya begitu saja hingga membuat teriakan yang terdengar begitu mengerikan.
"Ahk!!!" dia berteriak kesakitan saat tangannya dipatahkan begitu saja oleh Maxim.
Orang berteriak kesakitan itu adalah orang yang berani menarik rambut Anna tadinya. Maxim tidak akan membiarkan siapapun berani menyakiti Anna.
Anna memaku di tempatnya ketika melihat apa yang Maxim lakukan. Dia terdiam di tempatnya saat melihat apa yang terjadi. Bahkan orang tersebut meraung kesakitan. Bukan hanya satu saja, tapi ada empat orang lainnya lagi karena yang dua sudah melarikan diri.
Maxim tidak mengatakan apapun lagi dan dia langsung pergi meninggalkan Anna begitu saja setelah memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja. Sayangnya Anna menahannya. Dia tahu jika laki-laki itu terluka.
"Tuan." panggil Anna saat Maxim ingin pergi meninggalkannya begitu saja.
Maxim berhenti di tempatnya, saat Anna menarik tangannya dan tidak membiarkannya pergi.
"Anda, terluka," ucap Anna ketika melihat sudut bibir laki-laki itu terluka.
"Bukan urusan mu!" jawabnya yang nggak pergi meninggalkan Anna begitu saja.
Sedangkan Anna sendiri langsung tersulit emosi dan kecewa atas reaksi laki-laki itu terhadapnya.
"Jika memang ini bukan urusanku kenapa Anda menolongku. Apa urusannya dengan anda? seharusnya anda tidak perlu menolong dan biarkan saja mereka membawaku pergi, bahkan jika Mereka ingin membunuhku saat tadi aku siap. Lalu kenapa Anda menolongku? kenapa?" tanya Anna sambil menatap kecewa pada laki-laki itu.
"Kenapa di saat aku sudah mulai menata hidupku lagi dan berusaha melupakan apa yang telah terjadi diantara kita berdua Anda kembali datang? bahkan aku sempat berpikir bahwa ini adalah bunga dari anda. Tapi aku-"
"Kau benar! bunga-bunga itu bukan dariku dan aku juga tidak mungkin memberikan bunga itu untukmu! aku hanya kebetulan lewat di sekitar sini dan tidak sengaja melihat mu di serang mereka. Jangan pernah berpikir yang tidak tidak tentang diriku, karena apa yang kau pikirkan itu belum tentu benar!" sahut Maxim dan langsung pergi begitu saja setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Bersambung ...