Membaca novel ini mampu meningkatkan imun, iman dan Imron? Waduh!
Menikah bukan tujuan hidup Allan Hadikusuma. Ia tampan, banyak uang dan digilai banyak wanita.
Hatinya telah tertutup untuk hal bodoh bernama cinta, hingga terjadi pertemuan antara dirinya dengan Giany. Seorang wanita muda korban kekerasan fisik dan psikis oleh suaminya sendiri.
Diam-diam Allan mulai tertarik kepada Giany, hingga timbul keinginan dalam hatinya untuk merebut Giany dari suaminya yang dinilai kejam.
Bagaimana perjuangan Allan dalam merebut istri orang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mas Allan????
“Kamu kenapa masih di sini?” tanya Allan sesaat setelah kepergian Desta dan juga puluhan warga.
Allan menatap jengah kepada Ayra yang terlihat enggan meninggalkan rumahnya.
Sementara Ayra menarik napas dalam. Kali ini ia benar-benar merasa Allan tak lagi peduli dengannya. Padahal wanita berparas cantik memesona itu baru saja ingin memulai dari awal, memperbaiki sesuatu yang pernah dihancurkan nya beberapa tahun lalu.
“Oke, aku akan pergi sekarang.” Mencoba menguatkan hatinya, ia meraih pergelangan tangan Allan. Tetapi harus mendapat penolakan lagi. Allan bahkan terkesan enggan untuk bersentuhan dengannya. Terlihat dari reaksinya yang langsung menepis tangan Ayra.
“Allan, aku mau sering-sering bertemu Maysha. Tolong izinkan aku,” pintanya dengan memelas.
“Kamu ibunya, kamu berhak bertemu dengan Maysha.”
“Makasih, Al …”
“Tapi Maysha juga punya hak untuk menolak. Jadi aku tidak mau ada paksaan kepada Maysha. Kamu tahu sendiri seperti apa kondisi kejiwaan Maysha dan aku tidak mau kamu malah mengganggu perkembangannya.”
Menyadari itu, Ayra hanya dapat menunduk. Sebab selama ini Maysha memang terus menolaknya.
"Bibi Misa ..." panggil Allan membuat Bibi Misa yang berdiri di sudut ruangan segera mendekat.
"Ada apa, Dokter?"
"Tolong keluarkan semua barang-barang milik Ayra yang tertinggal di rumah ini. Jangan ada yang disisakan satu pun. Kalau dia tidak mau ambil, buang saja," ujar Allan membuat air mata yang sejak tadi tertahan menggenang di bola mata Ayra lolos juga.
Allan merasa kesal, sebab tadi Ayra sempat menegur Giany dengan keras, saat mendapati mengenakan pakaian miliknya.
"Sekarang, Dokter?"
"Iya, sekarang. Minta Amir dan Joko membantu Bibi."
"Baik, Dokter. Saya kerjakan sekarang."
"Allan, tapi ..." ujar Ayra.
"Tidak ada tapi-tapian." Allan menyela dengan cepat, membuat Ayra kembali membungkam.
Wanita itu mengusap air mata. Rasa sesal yang merasuk ke dalam sukmanya semakin mendalam, tatkala bayang-bayang masa lalu kembali hadir di dalam ingatannya. Betapa Allan sangat mencintainya dulu.
Setelah memenuhi segala ambisinya, bukan bahagia yang ia peroleh, melainkan hanya kepuasan yang bersifat sementara.
Ayra meninggalkan rumah sang mantan suami setelah menelan penolakan yang terlampau menyakitkan baginya. Juga dengan Allan yang meminta Bibi Misa membuang semua barang miliknya yang tersisa di rumah itu.
Apa Allan benar-benar sudah melupakan aku dan menggantikan posisiku dengan Giany? Tapi kenapa harus Giany, dia kan istri orang. Apa Allan benar-benar mau jadi perebut istri orang?
🌻
🌻
Masih di malam yang sama ....
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu menyadarkan Giany dari lamunannya. Wanita itu mengusap air mata yang membasahi pipinya, kemudian beranjak membuka pintu. Tampak Bibi Misa berdiri di ambang pintu sambil tersenyum.
"Ada apa, Bibi?"
"Giany, di depan ada beberapa orang dari butik. Katanya di suruh Dokter Allan kemari."
"Terus saya harus apa, Bibi?" tanya Giany yang belum menangkap maksud Bibi Misa.
"Itu ... Mereka bawa banyak pakaian dari butik. Kata Dokter Allan, kamu pilih saja mana yang kamu suka. Terus pakaian punya Bu Ayra yang kamu pakai sekarang buang saja semua."
Giany terhenyak. Ada rasa tak percaya sekaligus bingung, mengapa Dokter Allan sampai melakukan semua itu untuknya. Bahkan waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Bukankah terlalu berlebihan jika meminta orang butik datang membawakan koleksi mereka? Mungkin pertanyaan itu sedang menghinggapi benaknya.
"Tapi Bibi, saya kan tidak punya uang untuk ..."
"Sudah, cepat keluar, Giany. Ini perintah dari Dokter Allan. Kamu tidak mau kalau sampai Dokter Allan marah, kan?"
Giany menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Dengan ditemani Bibi Misa, ia segera menuju sebuah ruangan dimana dua orang karyawan sebuah butik ternama sedang menunggunya.
"Selamat malam, Mbak Giany. Kami dari Butik Elmira, diminta kemari oleh Dokter Allan untuk membawa beberapa koleksi di butik kami. Silakan, Mbak Giany memilih sendiri," ucap seorang gadis cantik.
"I-iya, terima kasih."
Sesekali Giany menatap Bibi Misa. Ada rasa tidak enak yang tertahan, sebab statusnya di rumah itu hanyalah sebatas pengasuh untuk Maysha, tetapi Allan memperlakukannya seolah sangat istimewa.
"Saya jadi tidak enak, Bibi."
"Tidak apa-apa. Ayo pilih saja, Giany."
"Silakan dipilih, Mbak. Ini adalah koleksi terbaru di butik kami."
Giany melirik banyaknya pakaian yang menggantung di hadapannya. Sebagai seorang bekas SPG yang pernah bekerja di sebuah pusat perbelanjaan, ia tahu koleksi dari butik itu memiliki kualitas baik dengan harga yang terbilang sangat mahal baginya. Memilih tiga lembar pakaian biasa saja, sudah setara dengan gajinya selama sebulan.
"Tapi ini harganya mahal-mahal, Bibi. Satu saja sudah hampir setengah dari gaji saya."
"Tidak apa-apa. Dokter Allan memang begitu. Bibi juga dipesankan sama Dokter Allan, Kok." Bibi Misa menunjuk gantungan di sudut ruangan yang mana terdapat pakaian yang dikhususkan untuknya. "Ayo, pilih saja mana yang cocok untuk kamu."
Giany pun mulai memilih hingga merasa bingung sendiri.
"Kata Dokter Allan, Mbak Giany boleh pilih yang mana saja, semuanya juga boleh. Hehe ..." ucap karyawan butik itu.
"Tidak usah, Mbak. Saya ambil beberapa lembar saja."
"Sayang loh, Mbak. Ini koleksi nya bagus-bagus."
"Iya, Giany. Kamu ambil saja. Sini Bibi bantu memilih."
Bibi Misa kemudian membantu Giany memilih beberapa pakaian. Menyadari gelagat tuannya, Bibi Misa mulai menebak sendiri, walaupun belum berani memastikan. Pun bila benar dugaannya, ia bertekad akan membantu untuk memuluskan jalan Dokter Allan untuk mendapatkan Giany.
🌻
Sesi memilih pakaian sudah selesai. Bibi Misa memilihkan banyak pakaian dan hanya menyisakan sedikit saja. Karyawan butik baru saja meninggalkan rumah Dokter Allan dengan senyum kepuasan. Ya, puluhan koleksi terbaru telah terjual.
Giany keluar dari sebuah ruangan bersamaan dengan Dokter Allan yang baru saja turun dari lantai atas dengan membawa sebuah paper bag di tangannya.
"Dokter, saya mau ..."
"Berterima kasih? Tidak usah. Anggap saja itu bonus untuk kamu karena sudah bisa berteman dengan Maysha," ujarnya dengan cepat. "Maysha itu sangat sulit untuk didekati. Dan kamu sudah berhasil meluluhkan dia."
Lagi-lagi ucapan Allan membuat Giany tak dapat berkata-kata.
"Dokter, kalau boleh saya mau minta tolong sekali lagi."
Seribu kali pun boleh Giany. Apa sih yang tidak untuk kamu ... batin Allan.
Melihat raut wajah Giany yang serius, Dokter Allan pun menduga ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan Giany dengannya. Ia membawa Giany untuk bicara berdua di ruang keluarga.
"Saya mau minta bantuan Dokter Allan untuk menggugat cerai Mas Desta. Tapi saat meninggalkan rumah Mas Desta, saya tidak bawa KTP dan salinan buku nikah. Bukannya untuk menggugat cerai harus ada itu ya?"
"Kamu yakin mau menggugat cerai suamimu?" tanya Allan.
"Saya yakin, Dokter."
Allan mengangguk pelan. Ia menatap iba kepada Giany, meskipun tak dapat dipungkiri olehnya bahwa ucapan Giany barusan yang ingin berpisah dari Desta membuat hatinya begitu bahagia.
Kenapa aku jadi senang begini, ya ... dalam batin Allan.
Ia menarik napas, lalu dengan penuh semangat berkata, "Baiklah, kamu tenang saja. Saya akan membantu mengurus semuanya. Gampang kok."
Giany pun menganggukkan kepala. Setidaknya setelah bercerai dari Desta, ia akan terbebas dari bayang-bayang suaminya itu.
"Maaf, kalau saya sudah banyak merepotkan."
"Tidak apa-apa, Giany. Kamu berhak bahagia." Ia kemudian menggeser paper bag di tangannya ke hadapan Giany.
"Apa ini?"
"Itu hape buat kamu. Saya sudah simpan nomor kontak beberapa orang yang ada di rumah ini. Sebentar lagi kan Maysha akan sekolah. Jadi kamu pasti akan butuh ini untuk berkomunikasi dengan gurunya Maysha di grup whatsapp sekolah."
"Tapi Dokter, bukannya grup sekolah itu untuk orang tua, ya? Saya kan hanya pengasuhnya Maysha."
Allan terdiam.
Iya juga sih. Ah Giany, kan kamu calon ibunya Maysha. Tidak apa-apa kalau kamu masuk grup sekolahnya Maysha. batin Allan.
"Em ... Tidak apa-apa, kamu saja lah yang mewakili. Saya kan sibuk di rumah sakit. Lagi pula di grup itu adanya ibu-ibu."
"Oh, iya Dokter, baik."
"Ya sudah, kamu istirahat, ini sudah malam."
"Terima kasih sekali lagi."
Allan segera beranjak menuju kamarnya yang berada di lantai atas, sedangkan Giany membuka paper bag itu. Sebuah ponsel keluaran terbaru yang harganya cukup mahal. Giany sampai terheran sendiri.
Sambil tersenyum, Giany memainkan ponsel di tangannya. Dulu ia tidak berani bermimpi memiliki ponsel seperti itu. Apa daya, kondisi keuangan tidak memungkinkan.
Ia memeriksa beberapa kontak yang dimasukkan Allan ke ponsel. Giany membaca nama yang tertera satu-persatu di dalam kontak.
"Amir, Bibi Misa, Ibu, Joko ..."
Tiba-tiba Giany terpaku saat mendapati nomor kontak terakhir. "Mas Allan?" ucap Giany heran.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻