Tag khusus : Membaca Pikiran
Thalita terbangun kembali setelah meminum racun buatan suaminya.
Deo begitu ambisius ingin menyingkirkan istrinya itu agar bisa menikahi adiknya.
Namun takdir berkata lain, Thalita kembali hidup dan memasuki area istana kerajaan sebagai seorang putri yang terbuang.
Thalita yang awalnya seorang wanita kantoran itu harus menjalani berbagai rintangan sebagai seorang putri buangan.
Apakah Lita mampu mengubah takdirnya menjadi putri yang terhormat ?
Dan apakah ia bisa menundukkan hati sang pangeran yang begitu dingin di kerajaan itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan
Pagi ini Putri Zhiping sudah berada di sawah untuk melihat sendiri garapan para petani kemarin. Lahan yang membentang luas itu akan memenuhi kebutuhan pokok musim berikutnya.
Agak lama Putri Zhiping berada di tepi sawah, pelayan Wei menghampirinya dan mengingatkan akan pertemuan nya dengan Pangeran Liang Zee.
Agaknya ia lupa dengan jadwal yang dibuat oleh Pangeran Liang Zee , ia pun bergegas pulang dan bersiap diri.
Di luar istana sebuah kereta kuda sudah bersiap membawanya pergi. Putri Zhiping yang seorang diri menaiki kereta tersebut dan alangkah terkejutnya ia jika di dalamnya sudah ada seorang pria yang sekian lama menunggu.
"Kamu sangat lelet, Putri !" ejek Pangeran Liang Zee lalu menyuruh kusir menjalankan kereta kuda.
"Maaf kan aku !" balas Putri Zhiping menunduk hormat.
Pangeran Liang Zee menatap lama ke arahnya sambil bergumam dalam hati, "Semakin hari Putri Zhiping semakin cantik saja."
"Tentu saja aku cantik, aku kan perawatan." ujar Putri Zhiping dengan santainya, yang membuat Pangeran Liang Zee memalingkan muka karena malu pikirannya bisa terbaca olehnya.
"Cih, percaya diri sekali !"
"Harus itu !"
Kemudian mereka terdiam lagi selama perjalanan. Tapi Putri Zhiping mengetahui semua yang ada dalam pikiran pria tampan di sampingnya. Pangeran Liang Zee sedikit gugup dengan kebersamaan yang tak pernah ia alami bersama wanita lain. Ia mencoba rileks tapi tak bisa, jadi ia memilih diam yang terkesan sikapnya dingin.
Untuk mencairkan suasana yang canggung itu, Putri Zhiping membuka obrolan. "Pangeran Liang Zee, boleh aku bertanya?"
"Silahkan," sahutnya yang sedikit mengurai rasa gugupnya.
"Bagaimana sistem pendidikan di kerajaan Timur?" pertanyaan Putri Zhiping membuatnya menjadi fokus untuk menjawab.
"Pendidikan di wilayah kami cukup baik."
"Em, maksudku apa rakyat biasa tidak mendapatkan pendidikan di sana ?"
"Selain minat kurang dari mereka, biaya yang cukup mahal juga menjadi penghalang, untuk itu pendidikan hanya diperuntukan bagi kalangan menengah ke atas saja. Em, ada masalah, Putri ?"
"Aku rasa itu tidak adil. Seharusnya pendidikan itu merata di seluruh lapisan masyarakat. Jika hanya kalangan menengah saja yang mendapatkan pendidikan lalu bagaimana dengan nasib rakyat jelata ? Mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak."
Pangeran Liang Zee terkesan dengan pemikiran Putri Zhiping. "Putri ini terlihat lain, pemikiran dan cara pandangnya sangat di luar dugaan." batinnya berbicara.
Putri Zhiping tak menanggapi ucapannya.
"Anda bisa membantuku, Pangeran?"
Pangeran Liang Zee tersentak, "Hah, membantu apa maksud kamu !"
"Aku punya sedikit niatan untuk menjadi seorang pengajar, agar aku bisa mendirikan lembaga pendidikan gratis untuk rakyat jelata."
"Itu tidak mudah. Butuh waktu lama agar kamu bisa disebut seorang pengajar."
"Berapa pun waktu yang dibutuhkan, aku tidak perduli. Pangeran, tolong bantu aku ! Aku akan memenuhi permintaanmu menjadi seorang istri.
"Aku akan mempertimbangkan."
"Terimakasih, Pangeran Liang Zee, aku berhutang padamu !" sontak Putri Zhiping memeluk Pangeran Liang Zee.
Pangeran Liang Zee menatapnya kaget.
Buru - buru Putri Zhiping melepaskan pelukannya. "Ah, maaf !" Putri Zhiping sangat malu, ia tidak ingin dianggap sebagai wanita murahan.
Beruntungnya Pangeran Liang Zee tidak berpikiran yang buruk tentangnya.
Sampailah rombongan kereta kuda di kota Shanghai. Pangeran Liang Zee ada urusan di sana untuk bertemu dengan menteri departemen kebudayaan.
"Aku akan masuk dulu." pamit Pangeran Liang Zee.
"Iya, aku akan menunggu di luar."
"Akan ada seorang pengawal yang menjagamu. Kamu bisa berkeliling disekitar."
Putri Zhiping mengangguk mengerti. "Baik."
Lalu tak butuh waktu lama setelah Pangeran Liang Zee masuk ke sebuah bangunan megah, Putri Zhiping yang ditemani seorang pengawal memilih untuk berjalan - jalan melihat keramaian kota. Kebetulan di sana ada semacam kegiatan seperti bazar, banyak pedagang yang mempromosikan dagangannya.
Setelah melihat - lihat dagangan, ia tertarik dengan sebuah gelang giok namun ia mengurungkan niatnya untuk membeli. Ia lupa tidak menyiapkan uang saat bepergian tadi.
Kemudian Putri Zhiping menghabiskan waktu untuk berkeliling sampai Pangeran Liang Zee datang menyusul nya.
"Aku sudah selesai. Mari kita pulang."
"Baik."
Keduanya pun kembali menaiki kereta kuda.
"Putri Zhiping," panggil Pangeran Liang Zee hingga membuat putri itu menoleh cepat.
"Iya?"
Pangeran Liang Zee menunjukkan sebuah gelang giok yang sangat mirip dengan yang ada di bazar tadi.
Matanya berbinar, "Gelang giok ? Untukku ?" Putri Zhiping mengambil gelang itu dari tangannya.
"Hm, itu hadiah atas keikutsertaan mu denganku."
"Terimakasih, ini sangat cantik, aku menyukainya!" seru Putri Zhiping dan segera memakai nya.
Pangeran Liang Zee berbicara dalam hati, "Pengawal tadi yang menceritakan padaku kalau kamu ingin membeli gelang itu."
Putri Zhiping bisa membaca pikiran itu berubah cemberut.
Pangeran Liang Zee langsung merespon, "Ada apa putri?"
Melihat kesungguhan sang pangeran untuk menghiburnya membuatnya tak jadi mengumpat. "Ah, tidak. Sepertinya aku sudah lapar dan ingin makan sesuatu."
Kemudian Pangeran Liang Zee meminta sang kusir melajukan kereta kuda menuju tempat makan terkenal di Shanghai.
Sesampainya di sana, Pangeran memesan banyak makanan.
"Wow, banyak sekali ! This is very delicius!" seru Putri Zhiping yang begitu takjub dengan menu hidangan di atas meja yang beraneka macam jenisnya.
"Apa Putri, peri selsius ?" Pangeran Liang Zee menajamkan pendengarannya yang membuat Putri Zhiping menahan tawa.
"Bukan. Bukan peri selsius. Tapi, very delicius."
Pangeran Liang Zee menirukan gaya bicara Putri Zhiping. "Artinya apa Putri?" tanyanya yang memang tak tahu.
"Sangat lezat."
"Wah, hebat ! Bahasa asing yang Tuan Putri miliki sangat bagus." pujian yang Pangeran Liang Zee berikan membuat Putri Zhiping merendah.
Putri cantik itu menjadi malu, "Ah, itu tidak seberapa."
Lalu keduanya menikmati makan berdua. Setelah perut mereka terisi, mereka melanjutkan perjalanan pulang. Karena terlalu kenyang, Putri Zhiping sampai tertidur jadi tak banyak mengobrol.
Pangeran Liang Zee tersenyum puas memandangi wajahnya. Ada getaran halus yang tiba - tiba datang di hati. Hangat dan ingin selalu bersama. Ia tidak salah pilih menjadikan gadis ini sebagai calon istrinya meski itu hanya akal - akalan dirinya agar bisa terlepas dari perjodohan yang permaisuri rencanakan.
Matahari bersinar panas tepat di atas kepala, saat itu juga rombongan kereta kuda tiba di istana Raja Qing.
Pangeran Liang Zee dengan lembut membangunkan Putri Zhiping. "Putri, bangun, kita sudah tiba !"
Putri Zhiping menguap lebar tanpa dosa yang murni ia lakukan.
Pangeran Liang Zee tidak merasa ilfiil sama sekali dan mengganggap itu sebagai hal yang lucu.
"Sudah sampai ya, ah, aku tertidur rupanya, Maafkan aku Pangeran !" Putri Zhiping mengelap mulutnya. Kebiasan Thalita masih terbawa juga.
Pangeran Liang Zee membantu Putri Zhiping turun dari kereta.
Pemandangan itu tertangkap pandang oleh selir Huan dan Putri Jian. Keduanya tampak begitu geram.
semangat thor,, sehat and sukses slalu 💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻😘
semangat truss yaa thor,, 💪🏻💪🏻💪🏻😘