NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suka Keju

Dua hari kemudian, tepatnya di hari senin kegiatan belajar mengajar di SMK Catorce sudah kembali dimulai. Tentu saja sekolah itu mengawali hari senin mereka dengan kegiatan upacara bendera yang rutin dilakukan pada hari senin saja. Setelah kurang lebih setengah jam mereka berdiri di lapangan dan melaksanakan upacara bendera dengan khidmat, para murid pun dipersilakan untuk beristirahat sejenak sebelum mereka benar-benar memulai kegiatan belajar mengajar.

Sebelum pergi ke kelasnya, Savinna memutuskan untuk pergi ke kantin untuk menemui seseorang disana.

“Kak Nauval ... kok pakai baju bebas sih?” tanya Savinna setibanya ia di area kantin.

“Gue kan lagi magang di kantin, jadi boleh pakai baju bebas.”

Savinna hanya mengangguk paham setelah diberi sebuah penjelasan oleh Nauval.

“Jadi, ada urusan apa lo mau temuin gue disini?”

“Eum ... sebenarnya saya─”

“Stop,” Nauval menginterupsi. “Udah gue bilang kan, jangan terlalu formal kalo sama gue, santai aja ... ngomong pakai lo gue juga gapapa.”

Savinna yang semula terlihat ragu pun memutuskan untuk menuruti perkataan Nauval barusan, “Oke ... jadi sebenarnya gue itu kepingin confess ke Kak Fazriel. Menurut lo gimana?”

Nauval menatap Savinna tak percaya, “Serius lo mau confess ke dia?” tanya Nauval memastikan.

Savinna pun mengangguk mantap, “Gue gak berharap dia balas perasaan gue sih, Kak. Gue cuma mau dia tau aja kalo sebenarnya gue itu suka sama dia.”

“Gue janji bakal buat kalian jadi dekat ... tapi gue gak nyaranin sama sekali buat lo confess ke dia.”

“Kenapa?” tanya Savinna heran.

“Lo ini cewek, gak seharusnya lo ngerendahin diri lo di depan laki-laki, sebesar apa pun rasa suka lo ke dia,” jelas Nauval yang langsung membuat kemantapan Savinna menurun.

“Tapi, dia belum punya pacar kan, Kak?” tanya Savinna memastikan.

“Setahu gue sih belum. Tapi─Anjir! Fazriel on the way kesini!”

Savinna pun menoleh cepat dan mendapati Kavi sudah hampir memasuki area kantin dan berjalan menuju mereka berdua, “Gue harus gimana?!” tanya Savinna panik.

“Sembunyi di bawah meja etalase aja!” seru Nauval memberi saran.

“T-tapi, kalo ada kecoak gimana?” tanya Savinna dengan gugup dan ekspresi ragunya.

Nauval yang sama paniknya dengan Savinna pun langsung menarik tangan gadis itu lalu membawanya untuk bersembunyi di bawah etalase, “Gak akan ada kecoak, tempat ini bersih dari serangga.”

Setelah menyembunyikan Savinna di bawah meja etalase, Nauval pun berusaha untuk terlihat sibuk saat Kavi berjalan mendatanginya. Nauval pun cukup terkejut saat mendapati ternyata Kavi datang bersama Amia di belakangnya.

“Mau ngapain?” tanya Nauval ketus.

“Mau ngomong empat mata sama lo, Val,” sahut Kavi.

“Terus ngapain lo ngajak dia?” tanya Nauval sambil menunjuk Amia.

“Mi, pergi dulu lah ... gue mau ngobrol empat mata sama Nauval,” usir Kavi masih dengan nada lembut.

“Tapi lo mau kan, jadi pacar gue?”

Degh..

Jantung Savinna seakan berhenti berdetak saat itu juga. Tak hanya Savinna yang terkejut, Nauval juga ikut membulatkan matanya saking terkejutnya.

“Apa-apaan nih maksudnya? Pergi lo berdua dari sini, ganggu pagi gue yang cerah aja!” Nauval tak segan-segan untuk menghardik keduanya, karena ia tahu di bawah sana, Savinna pasti hancur sekali hatinya.

“Dengerin gue dulu, Val.”

“Gak ada deh! Gue bilang pergi ya pergi!”

Hatchi!

Kavi dan Amia terkejut saat mendengar suara bersin yang datang dari bawah meja etalase kantin.

“Lo sembunyiin cewek di kantin, Val?” tanya Kavi curiga.

“Cewek apaan sih? Gak usah nuduh gak jelas deh, mendingan sekarang lo berdua pergi dari sini,” usir Nauval lagi.

“Orang tadi kita dengar jelas banget kok ada suara cewek dari bawah meja etalase, coba sini gue mau lihat,” tantang Amia.

“Ck ... udah lah, mending lo bawa cowok lo ini buat balik ke kel─”

Ucapan Nauval terpotong lantaran Kavi memaksa untuk menerobos Nauval yang sudah berjaga-jaga di depan etalasenya.

“Mau ngapain sih?!” gertak Nauval yang tak memberikan efek sama sekali pada Kavi.

Laki-laki itu tetap saja menoleh ke bawah meja untuk melihat siapa yang ada di bawah sana.

“Savinna?” lirih Kavi nyaris tanpa suara.

Saat itu, Savinna malu sekali. Tak hanya pipinya saja yang memerah karena malu, hidung Savinna pun ikut memerah karena alergi debunya telah kambuh.

“Savinna ngapain sembunyi disitu? Ayo keluar, biar Kak Fazriel bantu,” Kavi mengulurkan tangannya untuk membantu Savinna keluar dari sana, namun Savinna seolah mengabaikan bantuan dari Kavi.

Savinna kenapa cuekin gue? Apa dia marah sama gue?

Savinna mengeluarkan selembar uang sepuluh ribuan dari dalam sakunya, “Kak Nauval, ini uangnya gue tinggalin di meja ya, nanti siang makanannya gue ambil. Gue ke kelas duluan,” pamit Savinna sebelum ia pergi meninggalkan kantin.

Kavi pun heran kenapa Savinna bersikap seperti itu padanya, jujur saja ia jadi sedih melihat Savinna mengabaikan bantuannya bahkan gadis itu tak meliriknya sama sekali. Padahal sabtu kemarin, Kavi dan Savinna sangat akrab dan saling bertukar pesan bahkan hingga malam menjelang.

Tuh cewek kenapa ada dimana-mana sih? Kemarin gue lihat dia dekat sama Alby ... terus sekarang gue lihat dia juga dekat sama Nauval dan Kavi, dasar cewek gatel! batin Amia.

***

Saat sedang pergantian jam pelajaran, Savinna dikejutkan dengan kedatangan seorang laki-laki bersama guru yang akan mengajar kelas Savinna.

Kak Fazriel? batin Savinna dengan kedua mata yang membulat sempurna.

Kavi datang dengan membawakan tas milik sang guru yang kemungkinan baru saja selesai mengajar di kelasnya.

“Proyektornya mau saya bantu pasangin juga, Bu?” tanya Kavi pada sang guru.

“Gak perlu, Nak. Makasih banyak ya.”

Kavi pun mengangguk, “Saya izin ke sana sebentar ya, Bu? Mau ada urusan sama Erfan.”

“Oh, iya, boleh ...” sang guru yang memang sudah sangat kenal dekat dengan Kavi itu pun mempersilakan Kavi untuk pergi menemui Erfan sebentar.

Savinna pun panik saat melihat Kavi berjalan ke arahnya padahal saat itu tujuan Kavi adalah menemui Erfan. Karena Erfan duduk di belakang Savinna, alhasil Kavi terlihat tengah berjalan ke arahnya. Savinna yang panik pun memutar tubuhnya ke arah Katrina dan berusaha untuk mengajak teman sebangkunya itu untuk berbincang sembari ia menutupi rasa paniknya.

“Eh, Kak Keju ...” sapa Erfan melihat kedatangan Kavi.

Kak keju? Apa maksudnya? batin Savinna yang mulai menguping pembicaraan mereka.

“Betah banget lo jadi adek kelas gue,” sindir Kavi pada Erfan yang sejak SD selalu satu sekolah dengannya.

“Hahaha, namanya takdir mau diapain lagi, Kak?” ucap Erfan disertai dengan tawa renyahnya, “Ngomong-ngomong, lo mau ngapain kesini?”

“Eum ... gue cuma mau nyapa lo aja sih, sekalian nganterin Bu Rima ke kelas ini.”

“Hm ...” Erfan hanya berdeham panjang.

Deg..

Jantung Savinna kembali berdegup kencang saat bagian tubuh Kavi menyentuh belakang tubuhnya, entah itu sengaja atau tidak yang jelas Savinna langsung memajukan tubuhnya karena ia yakin posisi Kavi sedang berada persis di belakangnya saat ini.

Kurang dari lima menit, Kavi pun berpamitan dengan Erfan dan Bu Rima yang sudah siap untuk mengajar.

Akhirnya gue bisa hadap depan lag─ plastik apa itu? batin Savinna.

Savinna meraih sebuah plastik hitam yang tergeletak di atas mejanya.

Perasaan dari tadi meja gue gak ada apa-apanya deh.

Savinna pun melirik isi dari plastik hitamnya dan mendapati satu strip obat pereda alergi.

Kok ada obat pereda alergi disini? Apa ini punyanya Kak Fazriel ya?

Savinna yang yakin jika Kavi lah pemilik dari plastik tersebut pun memutuskan untuk langsung izin keluar kelasnya hanya untuk mengejar Kavi.

“Kak!” panggil Savinna saat melihat Kavi sedang menuruni anak tangga.

Kavi pun berhenti melangkah lalu menoleh, “Iya?”

Savinna menyodorkan plastik hitamnya ke arah Kavi, “Ini, punya Kak Fazriel ketinggalan di meja saya.”

Kavi terkekeh gemas karena tingkah Savinna, “Kak Fazriel beliin itu buat Savinna kok.”

“Tapi saya gak minta.”

“Tapi, Kak Fazriel mau kasih itu buat Savinna ... jadi tolong diterima ya,” bujuk Kavi.

“Kalo gitu, biar saya ganti uangnya Kak Fazriel ... berapa harga obatnya, Kak?”

Bukannya menjawab, senyuman Kavi malah semakin melebar tak kuat menahan gemas pada gadis yang tengah berada di hadapannya saat ini, “Kak Fazriel kasih itu ikhlas kok, yang penting Savinna sembuh ya.”

Savinna makin lemas mendengarnya, Kavi seolah memberinya harapan disaat ia sudah mantap untuk melupakannya. Awalnya, Savinna memang memiliki keinginan untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu pada Kavi sebelum ia move on, namun setelah ia tahu Amia sangat menyukai Kavi bahkan memaksa Kavi untuk menjadi pacarnya, Savinna pun tak punya pilihan lain selain melupakan kakak kelas pujaannya itu.

“Balik ke kelas gih, nanti ketinggalan pelajaran loh,” tegur Kavi menyadarkan Savinna dari lamunannya.

“Makasih banyak ya, Kak,” Savinna pun berbalik lalu kembali ke kelasnya. Kedua pipinya langsung menghangat saat sudah tidak berhadapan langsung dengan Kavi.

Gimana gue mau move on kalo gini ceritanya? batinnya.

***

“Anak-anak, Ibu tinggal keluar sebentar ya?”

“Iya, Bu ...” satu kelas itu langsung menjawabnya dengan kompak.

Setelah sang guru pergi keluar kelas, Savinna langsung memutar tubuhnya menghadap ke arah Erfan, “Fan,” sapa Savinna pelan.

Erfan pun melirik Savinna saat, menatapnya seakan sedang bertanya, “ada apa?”

“Lo kenal sama kakak kelas yang tadi?”

Erfan terdiam sebentar sebelum teringat akan seseorang, “Maksud lo Kak Keju?”

“Kak Kavi kali, Fan.”

“Oh iya, hahaha ... sorry, gue udah kebiasaan manggil dia Kak Keju,” ujar Erfan sambil terkekeh geli, “Oh iya, ngomong-ngomong, kenapa lo nanyain soal dia?”

“Gapapa sih, gue cuma mau tanya-tanya tentang dia aja.”

Erfan pun langsung menyeringai ke arah Savinna, “Lo suka sama dia ya?”

“Ih, apaan sih? Enggak ya!” bantah Savinna terang-terangan. Padahal saat Erfan menanyakan hal itu, jantung Savinna langsung berdegup kencang. “Gue cuma mau tau, kenapa lo panggil dia pakai sebutan Kak Keju?”

“Simpel aja, tuh orang suka banget cemilin keju, waktu SMP gue sempat ngelihat dia lagi cemilin keju, satu kotak sedang sendirian,” jelas Erfan sambil melanjutkan tulisannya.

Gila, kok bisa kebetulan sama persis kayak gue gitu ya?

“Okey, thanks ya infonya.”

Sebenarnya ada banyak sekali pertanyaan yang ingin Savinna tanyakan pada Erfan, berhubung Erfan adalah adik kelas Kavi sejak mereka duduk di bangku sekolah dasar, hal itu tentu saja membuat Savinna bisa mengenal Kavi lebih dekat dengan cara yang begitu mudah. Namun setelah Savinna mengingat kembali akan keputusannya untuk move on Savinna pun mengurungkan niatnya itu.

***

Hari itu, Kavi benar-benar merasakan perubahan yang signifikan pada Savinna. Gadis yang berhasil menggeser posisi Amia di hatinya itu malah terlihat menjauhinya. Bahkan bukan hanya Savinna, tapi Nauval juga ikut-ikutan menjauhi Kavi lantaran ia kecewa pada sahabatnya itu.

“Pokoknya, mulai sekarang gue gak mau kita terlalu dekat lagi ya, Mi,” tegas Kavi pada Amia.

“Kenapa sih? Bukannya lo itu suka sama gue?”

“Tau dari mana lo soal itu?” tanya Kavi.

“Lo gak perlu tau, yang jelas, lo emang ada rasa sama gue, kan?” tanya Amia memastikan. “Kalo iya, gue mau jadi pacar lo, Kav.”

“Udah terlambat, Mia. Hati gue udah sepenuhnya berpaling ke orang lain.”

“Jangan bilang, cewek yang lo suka itu si Savinna? Dia itu cewek yang lagi dekat sama Alby loh, Kav. Apa lo yakin bisa bersaing sama Alby?”

Amia jelas sekali tengah meremehkan Kavi saat itu, namun Kavi selalu ingat akan perkataan Nauval untuk tidak menyerah begitu saja. Dan Nauval mengajarkan pada Kavi untuk mengikuti kata hatinya, “Kenapa gue harus gak yakin? Gue ganteng kok, gue pasti bisa bersaing sama dia buat dapetin Savinna.”

“Kenapa harus dia sih, Kav? Kenapa lo harus jatuh cinta sama saingan gue?”

Kavi menaikkan kedua bahunya, “Lo sendiri kenapa datangnya terlambat? Kenapa lo datang disaat hati gue udah berpaling ke yang lain? Selama dua tahun ini, lo kemana aja?”

“Sorry ... gue baru sadar kalo lo itu suka sama gue, Kav. Tolong kasih gue kesempatan kedua,” Amia menatap Kavi penuh sesal dan harap.

“Keputusan gue udah bulat, dan rasa gue buat lo juga udah habis. Semesta gue udah bukan tentang lo lagi, Mi.”

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!