NovelToon NovelToon
My Perfect Stranger

My Perfect Stranger

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Perasaan / Duda / Romansa Modern / Cinta setelah menikah / Tinggal bersama / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Pengantin Pengganti
Popularitas:5.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nisaaayu

Berniat ingin menyelamatkan seorang pria dari pengkhianatan pernikahan justru membuatnya terlibat dan malah menjadi pengantin wanita pengganti. Friska Hallin Amanda, seorang gadis yang terpaksa berurusan dengan sang mempelai pria yang ternyata seorang CEO terkenal.

Dia tidak menyangka bahwa perbuatannya yang merusak pernikahan CEO tersebut justru mengantarkannya kepada pernikahan yang tak pernah Ia bayangkan. Friska terpaksa menggantikan mempelai wanita untuk menyelamatkan nama baik sang CEO.

"Saya tidak mau menikah dengan bapak!"

"Kamu harus mau! nama baik saya akan dipertaruhkan saat ini. Atau saya akan menghancurkan hidupmu beserta keluargamu!" begitulah ancaman Ardigo yang membuat pernikahan palsu itu akhirnya terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisaaayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengunjungi Kafe

Waktu terus berlalu, tak terasa sebulan sudah Friska menyandang status sebagai istri Ardigo. Dan selama itu pula tidak ada perubahan berarti yang terjadi dalam rumah tangga mereka. Mereka masih layaknya dua orang asing yang tinggal dalam satu atap, namun bedanya kini tidak ada lagi perasaan saling membenci di antara keduanya. Hanya perasaan biasa saja, tapi mereka akan sedikit lebih akrab jika di hadapan Vano. Bagaimanapun mereka masih memikirkan perasaan Vano yang saat ini sudah semakin bahagia dengan keluarga barunya. Bocah itu semakin menempel dengan Friska yang sudah ia anggap sebagai ibu kandungnya.

Tadi pagi Friska sudah menandai di kalender tanggal pernikahan mereka bulan ini, yang berarti bahwa sudah sebulan berlalu sejak pernikahan konyol itu. Bukan untuk merayakan anniversary satu bulan, tapi sebagai penanda bahwa tinggal 11 bulan lagi dia berada disini. Setelah 11 bulan nanti dia akan kembali bebas, akan tetapi dengan status janda yang harus disandangnya.

Pagi ini keluarga kecil itu sedang menyantap sarapan mereka dengan khidmat. Hari ini adalah hari minggu, yang menandakan mereka semua libur. Namun tidak dengan Friska, meskipun dia libur dari kegiatan magangnya, namun dia tetap bekerja di Follabe caffe. Dia dan Tasya memang sudah sepakat akan masuk kerja pada hari sabtu dan minggu dan pada acara acara penting yang dilaksanakan di kafe tersebut

"Mama mau berangkat kerja?" tanya Vano yang melihat penampilan Friska sudah rapi pagi ini

"Iya, sayang. Vano disini ya sama papa" ada rasa berat di hati Friska untuk meninggalkan Vano di hari libur ini. Namun dia harus bekerja, karena dia tidak bisa menggantungkan hidupnya kepada siapapun, termasuk Ardigo. Bahkan kartu yang diberikan lelaki itu pun belum ia gunakan sama sekali.

"Yahh Vano tidak bisa bersama mama ya hari ini" ujar Vano, tersirat kesedihan di mata bening bocah itu. Hal itu membuat Friska semakin merasa bersalah dan tidak tau harus menjawab apa

"Apa Vano boleh ikut, ma? Vano janji tidak akan mengganggu mama" Binar mata Vano sangat menunjukkan pengharapan

"Tentu saja boleh" balas Friska spontan

"Boleh ya, mas?" kini Friska yang menatap Ardigo dengan tatapan memohon seperti yang dilakukan Vano sebelumnya

Ardigo menatap bergantian pada istri dan sang anak. Mereka menatap Ardigo dengan tatapan yang sama, hal itu membuat Ardigo hampir saja tertawa. Dia memaklumi tingkah Vano karena dia memang masih anak-anak. Tapi melihat Friska dengan ekspresi seperti itu entah mengapa membuatnya terlihat lucu. Ardigo hampir saja tertawa jika saja ia tidak mampu menahannya

Tunggu, barusan aku mengatakan kalau dia lucu? Ardigo menggeleng pelan

"Tapi nanti saat kamu bekerja siapa yang akan menjaga dan mengurusi Vano?" Tanya Ardigo akhirnya

"Nanti disana rame kok, mas. Aku tidak bekerja setiap saat juga. Lagipula kalau hari minggu seperti ini kak Rivan akan di kafe sepanjang hari, nanti dia bisa menjaga Vano selagi aku bekerja"

"Siapa kak Rivan? jangan menyerahkan Vano kepada sembarang orang!" peringat Ardigo. Karena dia tidak suka anaknya berada di sekitar orang yang tidak dia kenal. Mengingat statusnya sebagai CEO, pastilah banyak saingan bisnis yang bisa saja mengincar keselamatan anaknya

"Kak Rivan adalah pemilih kafe itu, mas. Aku sudah mengenalnya sejak kecil, dia sudah seperti kakakku sendiri. Kamu pernah melihatnya ketika menjemputku waktu itu" jelas Friska

Ardigo memutar sejenak memorinya, lalu dia teringat dengan sosok lelaki yang menemani Friska waktu itu ketika dia menjemput sang istri. Dan lelaki itu juga yang menghampiri Friska saat dia mengantar gadis itu ke kafe

Oh jadi namanya Rivan? Dia pemilik kafe, berarti waktu itu Friska membandingkanku dengan pria itu?

Ardigo terus bermonolog dalam hatinya. Seketika dia merasa kesal karena memang Friska tidak berbohong, pria itu memang tampan dan cukup sukses. Dia merasa bahwa pria yang bernama Rivan itu memang saingan yang cukup berat untuknya. Bukan untuk mendapatkan Friska, tapi lebih kepada harga dirinya. Dia tidak suka dibandingkan dengan orang lain, terlebih orang itu hampir berada di level yang sama dengannya. Secara tidak langsung dia mengakui bahwa Rivan memiliki kualitas yang tinggi.

"Hanya kamu yang mengenalnya, saya tidak!" balas Ardigo cuek

"Ya ampun mas disana itu orangnya baik semua. Kalau tidak percaya kamu bisa lihat sendiri"

"Tapi kalau kamu tetap tidak tenang aku membawa Vano, tolong bujuk Vano supaya dia mau tinggal bersamamu" bisik Friska kepada Ardigo

"Jadi bagaimana, Pa? Vano boleh ikut? boleh ya pa? Vano ingin melihat tempat kerja mama" runtuh sudah pertahanan Ardigo, akhirnya dia mengizinkan Friska membawa Vano. Tapi dia sendiri yang akan mengantarkan mereka

Vano terlihat senang mendengar jawaban sang ayah, bahkan Friska pun tak kalah antusias

Sebenarnya lebih tua Vano atau dia? batin Ardigo yang melihat ekspresi Friska. Dia hanya menggelengkan kepalanya pelan, senyum tipis pun tak bisa disembunyikannya

*****

Dan disinilah mereka, mobil Ardigo sudah berhenti di pelataran kafe milik Rivan. Friska langsung turun sambil membawa Vano juga.

"Terimakasih ya mas sudah mengantarkan kami" ujar Friska melalui jendela mobil

"Hmm. Jaga Vano baik-baik, jangan biarkan dia bergaul dengan sembarang orang"

"Iya, mas. Kalau kamu mau masuk dulu juga tidak apa-apa, untuk memastikan kalau disini aman"

"Saya sibuk"

"Baiklah kalau begitu, hati-hati"

"Hati-hati ya, pa. Vano akan menemani mama bekerja hari ini" pamit bocah itu sambil membuka pintu mobil dan menyalami tangan sang ayah.

"Iya, sayang. Jangan bergaul dengan orang asing dan mencurigakan, okey?"

Friska memutar bola matanya mendengar nasehat sang suami kepada anak mereka

Memangnya anak sekecil Vano tau bagaimana orang yang mencurigakan itu?

batinnya. Namun tentu saja dia tidak berani mengucapkan secara langsung, bisa bisa pria itu malah kembali membawa Vano pulang dan tidak mengizinkannya disini

"Siap, pa!" Vano menyahut dengan semangat. Ardigo pun mendaratkan ciuman di puncak kepala sang anak

"Kami masuk dulu, mas" setelah berpamitan Friska pun membalikkan tubuhnya dan membawa Vano masuk ke dalam. Gadis itu juga terlihat menenteng tas ransel yang berisi keperluan sang anak.

Ardigo hanya melihat punggung kedua orang itu hingga hilang di balik pintu. Saat mengalihkan pandangannya, matanya menangkap sosok laki laki tampan yang berstatus sebagai pemilik kafe ini baru saja turun dari mobil mewahnya

Pria itu terlihat bersinar dengan kulit putih yang tertimpa cahaya matahari pagi. Tiba-tiba perasaan tidak suka kembali menghinggapi hati Ardigo. Dia yang awalnya ingin langsung pulang, kini malah menatap punggung pria itu hingga hilang dari pandangan matanya.

Apa aku masuk saja?

Ah tidak, tadi aku sudah mengatakan kepada Friska kalau aku sibuk

Tapi aku penasaran dengan keadaan di dalam

Ardigo terus saja berperang dengan batinnya sendiri. Setelah menimbang nimbang selama 30 menit, akhirnya dia memutuskan untuk masuk.

Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah ruangan yang tertata rapi dengan design estetik. Warna sage green dan creme mendominasi kafe yang terbilang cukup besar tersebut. Ardigo mengakui kafe ini terbilang mewah dan sangat nyaman. Padahal hari masih pagi tapi sudah lumayan banyak pengunjung yang datang, karena disini juga menyediakan banyak makanan dan menu sarapan

Ardigo memilih duduk di salah satu meja dekat jendela. Dia mengedarkan pandangannya dan atensinya berhenti saat menangkap satu objek yang dicarinya sejak tadi, sosok itu adalah Friska. Gadis itu terlihat bercengkrama sambil sesekali tertawa bersama rekan-rekannya. Ardigo tidak tau kenapa matanya malah betah memandangi sang istri apalagi tengah tersenyum dan tertawa seperti itu. Terlihat sangat menenangkan

Tak lama kemudian sepertinya gadis itu menyadari kehadirannya, terbukti dia mendekat dengan raut bingung yang tercetak jelas di wajahnya.

"Mas Digo? kenapa disini?" tanya Friska saat sudah dekat dengan sang suami

"Memangnya kenapa? tidak ada tulisan di depan kalau saya dilarang masuk kesini" balas Ardigo cuek

"Maksudku bukannya tadi kamu langsung pulang?" Ardigo sudah menduga kalau Friska akan menanyakan itu

"Tadi saya memang akan bertemu klien di dekat sini, tapi sepertinya dia sibuk. Jadi diundur besok saja, dan kebetulan saya masih di dekat sini yasudah saya kesini saja sekalian melihat Vano" Jelas Ardigo yang tentu saja berbohong. Mana ada orang yang berani berkata sibuk dan membatalkan pertemuan dengan sang CEO Fabiyan's Corp

"Oh iya dimana Vano?" Dia baru sadar jika dari tadi dia tidak melihat eksistensi Vano disini

"Tadi kak Rivan membawa Vano ke ruangannya, dia ingin menunjukkan koleksi legonya dan juga mengajak Vano bermain" jelas Friska

"Mas tenang saja, kak Rivan orang yang baik. Aku sudah mengenalnya sejak kecil, Vano akan aman bersamanya"

Aridigo hanya diam menatap Friska dengan berbagai pikiran di kepalanya

"Mas Digo mau pesan apa?"

"Red velvet cake dan Americano saja"

"Kan tadi pagi kamu sudah minum kopi, mas"

"Memangnya kenapa? saya ingin minum lagi"

"Milkshake saja, ya" tawar Friska

"Kenapa kamu malah menawar? hei, mana ada karyawan kafe yang memilihkan menu sendiri untuk pelanggan" protes Ardigo. Bahkan di tempat umum pun adu mulut di antara mereka tetap saja berlanjut

"Pokoknya milkshake saja, ya. Nanti kamu kebanyakan mengonsumsi kafein. Berarti milkshake dan red velvet cake, okey mohon ditunggu tuan Ardigo" setelah itu Friska undur diri dan kembali ke pantry

"Dasar gadis aneh!" gumam Ardigo melihat kepergian Friska. Mulutnya terus saja berkomat kamit menggumamkan hal-hal yang tidak jelas.

Hai readers ku tercinta, tolong dukung karyaku ini ya dengan cara like dan comment, dan juga memberikan vote. Semoga cerita ini bisa membuat kalian enjoy dan juga jatuh cinta hehe. Terimakasih 💜

1
Anonymous
keren
arzetti azra
Luar biasa
Rena utami
mantap thor,..semangaaatttt,.mg menang ya thor
Rena utami
rivan baik banget😍
Rena utami
cemburu buta tapi ga ngrasa😎
Rena utami
😂😂😂
Rena utami
ngga bisa ngomong gue...skak mat ardigo🤣🤣
Sari Rahayu
aku mampir ya Thor... semoga cerita'a seru
aaefem
Luar biasa
Mimiey
bestttt sngttr😘❤️
Ronz
Luar biasa
Nonik Anda Swl
berulang kali baca,tetep nangis 😭😭
Indah
kx seru deh ceritanya.
lanjut ah
olif
seru banget kak, ceritanya bagus juga ngga terlalu berat jadi suka bacanya..
semangat terus ya kak..
Lucia
Ada apa kagi nih... jgn" kejutan bt friska bangun rumah idaman friska ut kado melahirkan nnt😂
Lucia
Ceritanya menghibur thor👏👏👏
Lucia
Baru tau sekarang ya kalo friska manis & mempesona😁
Lucia
So sweet Ardigo.. mulai bucinnnn🤭
Lucia
Puji Tuhan akhirnya jantung Friska berdetak lagi. Aku dh mo marah sm outhor. Kasihan lho vano 2x ditinggal mmh( seorang ibu). Maaf ya thor.. anda baik sekali sm Friska👍👍🫰🫰
Lucia
Sabar Friska. Dlm RT emg byak masalah & penyesuaian. Semoga bahagia kel kecilmu.ardigo mulai menyadari perasaannya Cinta & tak mau kehilangan👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!