Kembali, Untuk Mencintai-Mu

Mark pun buru-buru menurunkan resleting gaun Erika lalu segera pergi tapi Ia malah terkena pintu.

"mas??" pekik Erika merasa kasihan Mark malah sampai terluka hanya demi menjaga perasaannya.

"aku nggak apa Ika??! aku nggak apa." jawab Mark segera menutup pintu kamar mandi lalu Mark terjingkat-jingkat kesakitan namun Ia tak berani mengeluarkan suara.

"akhh!! sakitnya." batin Mark melihat ke kakinya dan ternyata ibu jari kakinya sungguh merah ditambah rasanya begitu sakit plus berdenyut.

Erika buru-buru membersihkan dirinya untuk melihat kaki Mark nanti, tubuhnya sungguh terasa gerah dan panas sehingga keinginan-nya harus cepat mandi.

Mark berjalan sedikit pincang ke arah Sofa dan menghidupkan ponselnya yang di matikan, banyak panggilan tak terjawab dari Lana tanpa berpikir panjang Mark langsung memblokir nomor Lana dan menghapusnya permanen.

"bisa gawat kalau Ika melihat nama wanita itu di ponselku." batin Mark yang sungguh tak ingin Erika salah paham bisa kelar kehidupan keduanya ini.

Mark hendak meletakkan ponselnya namun ada panggilan masuk dari Will, Pria ini adalah Asisten sekaligus teman yang selalu ada disaat-saat Ia begitu menderita, tapi saat Ia menghembuskan nafas terakhirnya Mark tak melihat Will karna temannya ini harus segera menemui Ibunya yang sakit.

"hanya dia yang pasti sedih dengan kepergianku." batin Mark tersenyum miris mengingat kehidupan pertama nya yang masih membekas dalam ingatannya seperti baru terjadi kemarin sore.

Mark mengangkat panggilan Will, "Will?"

"aahh? iya? Mark? gimana pernikahan-mu? lancar?!" tanya Will.

Mark terkejut, "kok dia bisa tahu?" batin Mark yang teringat kehidupan pertama nya Will kan tidak tahu, kenapa bisa berubah?

"bagaimana kau bisa tahu?" tanya Mark serius.

"biasalah!? kekasihmu itu sejak tadi menghubungiku dan datang ke Apartemenku, dia drama banget tadi sampai aku malu. sialan dia..! entah apa yang dia lakukan orang-orang natap aku kayak penjahat gitu." adu Will dengan geram.

Mark terdiam, "karna aku nggak sama Lana berarti banyak yang akan berubah nanti." batin Mark.

Mark menggeleng kepalanya, "tak peduli bagaimana pun apa yang akan terjadi asalkan Mama dan Ika ada bersamaku, itu cukup bagiku." batin Mark meneguhkan pemikirannya.

"Mark? kenapa mu nggak jawab? oii Elu dengar nggak? apa kau memang menikah?" cecar Will.

Mark menarik nafas, "aku memang udah nikah." jawab Mark.

Will mendengarnya terkejut ternyata drama tangis Lana tadi benar, Will kira Lana hanya mencari perhatian publik saja dengan membuatnya tersudutkan.

Mark tersenyum tipis ketika Will mendukungnya bersama Erika bahkan memintanya meninggalkan Lana yang tak disukai oleh Mama nya.

"kau masih sama Will." ucap Mark tersenyum kecil mengingat masa itu Will juga meminta Mark untuk menerima Istrinya walau beda ucapan tapi makna nya sama.

"apa maksudmu Mark? apa nya yang sama?!" tanya Will.

Mark tak menjawab hanya diam saja lalu Will bertanya sosok Istri nya Mark tentu Ia jawab jujur kalau Istrinya cantik.

Erika yang menghampiri Mark mendengar pujian Mark itu membuat Pipinya merona, "ak--aku cantik." batin Erika sungguh malu.

"...."

"diam kau Will?! kau fikir aku akan begitu, mana mungkin aku main gas aja sementara istriku masih canggung denganku." sentak Mark tapi suara pelan.

Erika diakui sebagai Istri Mark merasa berdebar, Ia memang canggung karna ini pertama kali baginya. Erika memang polos tapi Ia sedikit paham kata-kata Mark dan temannya itu yang membahas malam pertama.

Erika mengetahuinya juga dari adiknya Ayu, adiknya itu suka bicara hal mesum padanya saat tahu abang iparnya sangat tampan seperti Mark.

Mark mematikan panggilannya, "dasar asisten lakn*t..! Bukannya bantu doa dan cari solusi malah nambah pusing aja dia." gerutu Mark meletakkan ponselnya asal lalu mengangkat kakinya.

Erika tersadar melihat Mark yang tengah memandang ibu jari kakinya, "mas?"

Mark terlonjak kaget dan Erika buru-buru duduk disamping Mark serta melihat kaki Mark yang merah.

"apa ini karna tadi mas?" tanya Erika dan Mark tak menjawab hanya mengerjab berulang kali melihat Erika.

Erika menggerai rambutnya, sebenarnya rambut Erika lurus tapi mungkin masih efek MUA yang menata rambutnya tadi sehingga rambut Erika bergelombang menambah kesan menawan Erika apalagi terkena sorot lampu kamarnya.

"Mas? kotak obatnya dimana?" tanya Erika menatap bola mata Mark yang tengah memandangnya.

"aku nggak tahu." jawab Mark yang tak bisa ingat letak kotak P3K nya.

Erika mengedarkan pandangannya tapi saat Ia hendak bangkit Mark malah menarik tangan Erika hingga Mark memeluk Erika dari belakang, Mark dan Erika berada di atas sofa sempit.

"aku mengantuk." bisik Mark di leher Erika yang melebar kaget dan menjadi patung saat ini.

Mark memejamkan matanya sembari menghirup aroma tubuh Erika yang menenangkan, "Ika?? aku nggak pernah mengira kalau kamu begitu polos, siapa yang akan menebak kalau kamu akan menjadi sosok yang keras kepala dan gigih akan cinta." batin Mark merasa bahagia bisa memeluk Erika saat ini.

Mark tak ingin serakah, mulai sekarang Ia akan melakukan hal-hal sederhana pada Erika hingga Istrinya ini membuka hati dan tidak lagi canggung dengannya.

Erika membeku di tempat, bibirnya kelu sekedar untuk protes, jantungnya berdebar kencang dan tiba-tiba pipinya terasa panas.

Erika tak bergerak sama sekali tapi Mark semakin nyaman menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Erika dan mencium aroma nya dalam-dalam.

Erika terdiam beberapa saat mendengar suara nafas Mark yang begitu tenang sepertinya sudah terlelap, Erika pun ikut memejamkan matanya.

.

pagi-pagi,

ceklekk!!

pintu kamar sedikit terbuka dan menyembul-lah kepala Murni disusul kepala Bi Ani juga melihat ke arah ranjang tapi tak ada siapapun disana hingga mata mereka mengedar.

"Nyonya?" bisik Ani menunjuk ke sofa.

Murni seketika membuka pintu kamar Mark sedikit lebih lebar dan mengendap-endap mendekati Mark yang tertidur bersama Erika, posisi mereka sangat romantis yaitu Mark memeluk Erika dari belakang.

"mereka seperti pengantin baru nyonya." bisik Ani ternyata mengikuti Murni.

"emang iya." bisik Murni dibalas angguk-anggukan setuju dari Ani.

Murni menutup mulutnya yang ingin berteriak kegirangan saat ini melihat Menantu dan anaknya bersatu, namun Erika perlahan menggeliat dengan cepat keduanya menunduk seolah takut ketahuan.

"hmm? Ika?? jangan bergerak." racau Mark memeluk Erika lagi lebih erat.

Erika membalik tubuhnya ke arah Mark namun matanya masih terpejam kuat, keduanya kembali tertidur pulas dan tak lagi bergerak satu sama lain.

Murni meraba-raba ponselnya dan sial-nya Ia tak membawanya, Ia memberi kode ke Ani yang beruntung bawa ponsel walau tak semahal milik Murni tapi masih bisa memotret.

cekrekkk!!

Mark menautkan kedua alisnya, sedangkan Murni dan Ani kembali bersembunyi. Ani nyengir kuda ke Murni yang melototinya karna suara Ponselnya itu hampir membuat mereka ketahuan.