Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Anggota Futsal

Soundtrack piala dunia tahun 2010 kembali diputar dalam sebuah acara demo ekskul untuk memeriahkan penampilan dari ekskul futsal SMK Catorce. Tapi, tak hanya soundtrack itu saja yang memeriahkan penampilan dari para anggota futsalnya, melainkan teriakan dari para siswi pun ikut memeriahkan penghujung acara tersebut.

Walaupun ekskul futsal ditampilkan di akhir acara, hal tersebut tidak membuat semangat para gadis yang berjejer di pinggir lapangan itu kendur. Mereka malah terlihat sangat bersemangat meneriaki nama "Alby" yang diketahui sebagai seorang kapten dalam ekskul tersebut.

Alby memang selalu menjadi sorotan para siswi karena wajahnya yang tampan, tubuh proporsional dan juga kulit yang putih bersih. Tak hanya saat demo ekskul, Alby juga sering sekali menjadi sorotan saat sedang melakukan sparing dengan sekolah lain atau saat sedang melakukan classmeet di akhir semester.

Diantara kehebohan para gadis yang seolah sedang mengidolakan pemain sepakbola terkenal, ada satu gadis yang malah terlihat risih dengan teriakan-teriakan tersebut. Dia adalah Savinna Hananta Putri.

Savinna berhasil memasuki SMK Catorce untuk mengambil jurusan Administrasi Perkantoran bukan karena ingin, melainkan karena ia salah memasukkan nama sekolah saat sedang melakukan pendaftaran online. Dan entah ini bisa dibilang sial atau beruntung, Savinna malah benar-benar diterima di sekolah itu. Mungkin bagian beruntungnya adalah Savinna bisa diterima di sekolah yang bagus dengan fasilitas yang memadai. Tapi, bagian sialnya adalah Savinna yang introvert malah terpisah dari kedua temannya yang sudah bersamanya sejak kecil.

Kenapa semua orang teriakin nama itu terus sih? Perasaan kaptennya biasa aja deh, batin Savinna.

Gadis itu menggerutu dalam hati. Savinna tentu saja bukan tipe gadis pickme yang selalu ingin berbeda dengan yang lain. Tapi kali ini, Savinna memang benar-benar tidak mendapati keistimewaan berlebih dari sosok Alby. Ia hanya memandang Alby sebagai laki-laki yang bersih dan tampan. Itu saja.

Daripada Kak Alby, kayaknya lebih menarik Kak Fazriel gak sih?

Savinna kembali membatin dalam hatinya, kali ini gadis itu malah bermonolog dengan dirinya sendiri sambil memandangi seorang laki-laki yang tengah menggiring bola melewati beberapa cone sebelum membobol gawangnya.

Dari yang Savinna lihat, pesona Fazriel memang tidak terlalu mencolok di kalangan siswi lain yang sejak tadi meneriaki nama Alby. Namun entah kenapa, sejak awal para anggota futsal itu memasuki lapangan, netra Savinna sudah tertuju ke Fazriel. Dan setelah itu, perhatian Savinna hanya tertuju pada laki-laki yang mengenakan jersey dengan nomor punggung 28 itu.

Ujung bibir Savinna tertarik hingga membentuk senyuman tipis kala Fazriel berhasil memasukkan bola ke dalam gawang. Jika diperhatikan lebih lekat lagi, Savinna bisa menyimpulkan jika Fazriel dan Alby tak jauh berbeda, karena Fazriel juga memiliki wajah yang tampan dan juga bentuk tubuh yang proporsional. Hanya saja warna kulit Fazriel tidak secerah Alby karena laki-laki itu terlihat memiliki warna kulit yang mengarah ke cokelat terang. Tak hanya itu saja, Savinna juga mendapati kumis tipis yang tumbuh di atas bibir Fazriel menambah kesan manis di mata Savinna.

Kayaknya gue gak jadi nyesel masuk ke sekolah ini. Gue pasti betah kalo kakak kelasnya modelan begini, batin Savinna.

***

Setelah menampilkan penampilan terbaik mereka di atas lapangan, para anggota futsal pun pergi ke ruang ganti untuk mengganti jersey mereka masing-masing. Suasana ruangan itu tak luput dari pembahasan teman-teman Alby yang tengah menggoda Alby lantaran laki-laki itu kembali menjadi pusat perhatian saat sedang berada di tengah lapangan tadi. Ledekan itu pun berhasil membuat telinga Kavi terasa panas. Laki-laki dengan nama lengkap Kaviandra Fazriel itu pun bergegas menyalin pakaiannya agar ia bisa segera pergi dari sana.

“Buru-buru amat sih, Kav ... kayak mau ambil gaji aja lo,” goda Alvero yang entah sejak kapan sudah berada di sampingnya.

“Gue mau ada urusan lain di ruang guru,” kelit Kavi.

“Oalah, pantesan ...”

“Kayaknya koleksi mantannya Alby bakal nambah lagi nih tahun ini,” goda Husein, salah satu teman Alby dengan nada yang sedikit berteriak, membuat Kavi mau tidak mau harus kembali mendengarkan percakapan mereka.

“Dia mah emang setiap tahun nambah terus mantannya, bahkan setiap semester,” timpal Rayhan yang juga teman sekelas Alby sekaligus wakil kapten futsal.

Alby yang mendengar itu pun hanya diam tak menggubris sama sekali, namun dari raut wajahnya terlihat jelas jika Alby sangat bangga dengan dirinya sendiri. Dan hal itu berhasil membuat Kavi tambah muak.

Mantan kok bertambah setiap tahunnya? Itu mantan atau umur?  batin Kavi dengan ekspresi jengkelnya.

“Oi, Kav ... nanti lo ikut gue bagiin formulir pendaftaran ekskul, kan?” tanya Alby saat mendapati Kavi tengah menatap ke arahnya.

“Enggak dulu, gue sibuk,” jawab Kavi singkat dengan tangan yang sibuk melipat jersey miliknya sebelum ia masukkan ke dalam tasnya. “Gue cabut duluan.”

Kepergian Kavi yang terkesan terburu-buru tentu saja menimbulkan tanda tanya besar bagi seisi ruangan itu. Untungnya sebelum itu Kavi sempat membohongi Alvero sehingga Alvero bisa menjelaskan alasan kepergian Kavi yang terburu-buru itu.

***

Disaat teman-temannya sudah pergi ke kelasnya untuk memilih tempat duduk, Savinna masih berjalan menyusuri koridor seorang diri sambil menggendong ranselnya tanpa tujuan yang jelas.

Sebenarnya, Savinna melakukan itu hanya untuk mempersiapkan dirinya sebelum menemui teman-teman barunya. Savinna takut jika dirinya akan kesulitan dalam berbaur dan memilih teman, karena sejujurnya gadis itu belum juga menemukan seorang teman sejak awal MOS hingga saat ini.

Mau sampai kapan lo keliling kayak gini, Sav? Udah lah ... terima aja kalo emang gak ada yang mau temenan sama lo. Lo gak akan mati juga kan, kalo hidup tanpa temen? batinnya.

Disaat Savinna tengah berperang dengan pikirannya sendiri, ia malah menemukan sosok pria yang berhasil merebut seluruh perhatiannya saat sedang berada di lapangan tadi. Ya, pria itu adalah Fazriel.

Saat itu, Fazriel terlihat berjalan berlawanan arah dengan Savinna. Walaupun posisi mereka masih sangat jauh, tapi Savinna bisa merasakan jika jantungnya kembali berdebar hebat saat melihat pergerakan Fazriel di ujung koridor sana. Langkah Savinna pun terhenti dengan pandangan yang lurus ke depan.

Kenapa rasanya begini? Apa gue jatuh cinta sama dia?

Savinna menelan salivanya susah payah saat melihat posisi Fazriel yang sudah semakin dekat dengannya.

Enggak ... gue gak boleh papasan langsung sama dia. Gue harus mengindar.

Tanpa berlama-lama lagi Savinna pun langsung berbelok lalu menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang terletak di lantai tiga.

Savinna pun tiba di kelas sambil terengah-engah layaknya seseorang yang baru saja menemui hantu berwajah seram. Savinna berusaha untuk menetralkan napasnya sebelum ia memasuki kelasnya yang baru.

“Hai?”

Savinna sontak menoleh ke belakang saat mendapati sapaan dari seorang perempuan yang ada di belakangnya.

“Eh, muka lo kenapa pucat gitu? Lo sakit?” tanya perempuan itu pada Savinna.

Savinna pun menegakkan tubuhnya lalu berbalik menghadap perempuan itu, “Gue baik-baik aja kok.”

“Kelas lo disini juga?” tanya perempuan yang Savinna ketahui bernama Katrina itu.

Savinna pun hanya mengangguk disertai senyuman agar terkesan ramah.

“Kalo gitu, kenalin ... nama gue Katrina. Gue bisa jadi temen sebangku lo kalo lo mau,” ucap Katrina sembari mengulurkan tangannya ke arah Savinna. “By the way, nama lo siapa?”

Savinna langsung meraih tangan Katrina seraya memperkenalkan dirinya, “Nama gue Savinna. Gue mau banget duduk sebangku sama lo, kebetulan gue emang belum dapat temen.”

“Yeay! Akhirnya gue bisa punya temen juga!” ujar Katrina riang. “Kalo gitu sekarang kita masuk dan pilih tempat duduk yuk!” ajak Katrina dengan antusiasnya.

“Yuk!” sahut Savinna tak kalah antusias.

***

Setelah mendapat tempat duduk yang terletak di dekat jendela, Savinna dan Katrina pun mulai bertukar cerita tentang pengalaman mereka selama MOS kemarin. Katrina bercerita pada Savinna kalau dia sangat kesulitan dalam mencari teman yang satu frekuensi dengannya. Padahal Katrina ini adalah tipe orang yang cukup mudah berbaur dengan orang lain. Jika sekelas Katrina yang pandai bergaul saja kesulitan mencari teman, bagaimana dengan Savinna?

Ditengah obrolan mereka berdua, tiba-tiba kelas Savinna kedatangan beberapa anggota futsal yang akan mempromosikan ekskul mereka serta membagikan formulir pendaftaran pada murid yang tertarik untuk bergabung dengan ekskul futsal.

Setelah bicara panjang lebar, Alby selaku ketua sekaligus kapten dalam ekskul tersebut mulai bertanya, “Sampai sini, ada yang berminat buat gabung sama kita?”

Beberapa murid putra yang tertarik untuk bergabung pun langsung mengangkat tangan mereka.

“Kalo yang cewek boleh gabung juga gak, Kak?” salah satu siswi di kelas Savinna pun mulai mengajukan pertanyaan.

“Boleh banget, kami juga punya anggota futsal putri kok.”

“Wah, kalo gitu saya mau ikut, Kak.”

“Saya juga, kayaknya seru deh masuk futsal.”

Sekitar empat orang siswi yang berminat sudah mengangkat tangan mereka. Savinna juga sebenarnya sangat tertarik untuk bergabung, namun perhatiannya saat itu malah terfokus akan hal lain sampai-sampai ia tak sempat mengangkat tangannya sendiri.

Kak Fazriel kok gak ikut kesini ya? batin Savinna.

Lamunan Savinna seketika buyar saat Katrina menyenggol lengannya pelan, “Lo gak mau angkat tangan juga? Katanya lo mau ikut ekskul futsal?”

Savinna tak merespon Katrina sama sekali, ia malah menatap Katrina dengan tatapan ragu.

“Lo kenapa sih? Segitu terpesonanya ya sama Kak Alby?” goda Katrina.

“Eh, gak gitu ya!” bantah Savinna.

“Ada lagi yang mau gabung ke ekskul futsal?” tanya Alby lagi.

Katrina mengangkat tangannya lalu menunjuk Savinna yang duduk di sebelahnya, “Temen saya mau gabung nih, Kak ... tapi dia malu katanya.”

“Riiin ...” rengek Savinna lirih.

Alby dan teman-temannya pun tertawa setelah mendengar itu. Beberapa saat kemudian, Rayhan terlihat mendekati tempat duduk Savinna untuk memberikan formulir untuknya.

“Jangan malu-malu ya, santai aja sama kita,” ucap Alby yang masih berdiri di depan papan tulis bersama beberapa temannya yang lain.

Savinna pun hanya tersenyum kikuk setelah itu.

Sial, si Katrina malu-maluin gue aja!

Terpopuler

Comments

ibraaa

ibraaa

cemungut thorrr

2024-07-08

1

ibraaa

ibraaa

Bab pertama bener2 bikin kesan yg baca mau dibaca berapa kalipunnn, pasti author nya juga sama ye kan wkwk

2024-07-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!