MUSUHKU MENJADI SUAMIKU

Keyra melotot kala sang calon mertua kembali menanyakan keputusannya mengenai pernikahan dirinya dan Albian.

"Apa kamu masih tetap ragu sayang?" tanya Diana dengan lembut.

"Bu- bukan seperti itu tante. Kei, merasa pernikahan ini terlalu tiba-tiba. Kei juga masih muda dan punya impian yang ingin di capai."

"Kamu tenang saja sayang. Setelah menikah nanti, kamu masih bisa mengejar impianmu itu. Tante juga tidak akan menuntut kamu untuk menjalankan tugas sebagai seorang istri pada umumnya, sampai kamu benar-benar siap untuk melakukannya."

Keyra menelisik ke dalam netra Diana. Dia berharap sang calon mertua kelak tidak membohonginya.

"Aku juga akan merahasiakan pernikahan kita ini", timpal Albian.

Keyra malah curiga melihat kekompakan ibu dan anak tersebut. Namun tiba-tiba dia teringat akan pengorbanan ayahnya Albian. Dengan pasrah Keyra menjawab, "Oke, tante. Kei setuju", katanya seraya menatap sang calon mertua.

Diana tersenyum bahagia mendengar jawaban Keyra. "Kalau begitu kita lanjut fitting baju", katanya girang.

"Ayo, Kei", ajak Albian dengan lembut.

Keyra termangu kala melihat perubahan sikap Albian. Dia tidak menyangka musuh bebuyutannya itu akan bersikap lembut padanya. "Ayo", jawab Keyra seraya bangkit dari tempat duduknya. Dia gegas melakukan fitting baju bersama Albian. Semoga aku tidak lagi mengingat cinta masa kecilku. Aku harap kak Dirga dan Diandra jadi sepasang kekasih yang bahagia. Batin Keyra kala baju pengantin telah membalut di tubuh mungilnya.

"Cantik!" puji Diana tanpa berkedip.

Sontak Albian membalikkan badannya. Netranya seakan enggan untuk berkedip kala menatap sang calon istri.

"Bian aja sampai nggak berkedip Kei", lanjut Diana kala dia menoleh ke arah Albian.

Keyra tersipu malu kala semua mata tertuju pada dirinya.

"Apa kamu tidak suka dengan bajunya Kei?" tanya Diana kala Keyra sama sekali tidak berkomentar atas baju pengantin yang dia pakai.

"Suka tan", jawab Keyra yang membuat Diana senang.

Albian pun tersenyum mendengar jawaban Keyra. "Bagaimana dengan penampilanku Kei?"

Apa aku perlu memberi komentar pada pakaiannya? batin Keyra. Dia hanya memperhatikan pakaian yang dikenakan oleh Albian tanpa menatapnya.

"Penampilanmu juga bagus nak", sela Diana.

"Tapi Bian bertanya pada Kei, ma."

"Aku sependapat dengan tante", timpal Keyra dengan cepat.

Namun Albian merasa tidak puas dengan ucapan Keyra, karena Keyra hanya menimpali pernyataan sang ibu.

"Oke, pakaian pengantin sudah beres. Sekarang kita pergi ke tempat makan. Mama sudah lapar", kata Diana yang mengabaikan raut wajah kesal Albian.

"Bian langsung pulang saja ma."

"Tidak bisa!" tegas Diana yang membuat Albian dan Keyra tersentak kaget.

"Kenapa ma?"

"Masih perlu tanya kenapa?" sahut Diana dengan tatapan tajam.

Albian pun paham maksud tatapan sang ibu, akhirnya dia membatalkan niatnya itu. "Oke ma", katanya seraya menghela nafas.

"Kalau begitu kita berangkat sekarang."

*-*

Di sebuah restoran yang tak jauh dari butik di mana Albian dan Keyra fitting baju.

Albian gegas menarik kursi untuk sang ibu.

"Tidak perlu sayang! Kedepannya kau tidak perlu lagi melakukan hal ini pada mama, melainkan kepada istrimu saja."

"Baik ma. Bian paham."

Tiba-tiba seorang pramusaji datang mendekati meja mereka. Lalu dia bertanya sekaligus mencatat semua pesanan mereka. Setelah selesai, sang pramusaji beranjak dari posisinya berdiri.

"Bian, Kei. Mama tinggal sebentar ya. Ada teman mama yang ngajak ketemuan, tapi dia tidak mau bertemu di dalam restoran ini", kata Diana.

"Oke, ma."

"Oke, tante", jawab Albian dan Keyra hampir bersamaan.

Kemudian Diana gegas meninggalkan Albian dan Keyra. Dia berjalan menuju pintu ke luar.

"Aku merasa ada yang aneh dengan tante, apa kamu juga merasakan hal yang sama?" tanya Keyra seraya menatap Albian.

"Apa kau curiga mama meninggalkan kita berdua?"

Keyra membalas dengan mengangguk cepat. "Apa perlu tante membawa tasnya keluar, kalau hanya untuk bertemu dengan temannya?"

"Mungkin mama ingin membawa ponselnya."

"Bukankah cukup hanya membawa ponselnya saja?"

"Sudah! Jangan terlalu dipikirin. Mungkin saja mama tidak hanya sekedar bertemu dengan temannya."

"Em, iya mungkin seperti kata kamu."

"Apa kita akan tetap berbicara seformal ini, Kei?" tanya Albian mengalihkan perhatian Keyra.

"Emangnya kamu mau kita bicara seperti apa? Aku rasa begini juga cukup baik."

"Aku tahu, saat ini kau belum memliki perasaan padaku. Tapi apakah setelah kita menikah nanti, sapaan kita akan berubah? Kita tidak saling menyapa seperti biasanya, saat kita bermusuhan?"

Keyra membisu sejenak. Dia mencoba memikirkan permintaan Albian tersebut. "Hm, aku rasa tidak ada yang perlu di ubah! Kamu hanya perlu memanggil namaku seperti biasanya, akupun akan melakukan hal yang sama", jawabnya.

Raut wajah kecewa Albian terlihat jelas kala Keyra baru saja menyelesaikan ucapannya. Mungkin untuk saat ini kau belum menyukaiku Kei. Tapi aku akan membuatmu mencintaiku dengan tulus. Batin Albian.

"Permisi!" ucap sang pramusaji yang membuat Keyra dan Albian sama-sama menoleh ke arahnya. Ĺalu dia meletakkan pesanan Albian dan Keyra di atas meja. "Silakan dinikmati", lanjutnya dengan sopan.

"Terimakasih", sahut Keyra dengan tersenyum.

Albian dan Keyra gegas menikmati pesanan mereka masing-masing.

Kenapa tante Diana lama sekali? Apa jangan-jangan ini hanya rekayasa tante Diana semata. Dia cuma ingin melihatku dan Albian akrab satu sama lain. Batin Keyra.

"Ehem, sepertinya tante sudah sangat lama di luar. Apa tidak sebaiknya tante mengajak temannya untuk ikut bergabung dengan kita?"

"Nikmati saja makananmu. Mama pasti sedang sibuk dengan temannya itu."

Namun jawaban yang keluar dari mulut Keyra, berbeda dengan kata hatinya. "Oke, kalau begitu", jawabnya. Apa dia pikir aku sepolos itu. Apa yang telah mereka rencanakan sangat terlihat jelas. Batin Keyra.

Albian menikmati makanannya seraya menatap wajah imut Keyra. Akhirnya dia menjadi istriku, aku tidak akan membiarkan pria lain mengambilnya dariku. Janji Albian di dalam hatinya.

*-*

Setelah 15 menit berlalu, Keyra meletakkan sendok dan garpu bersamaan di atas piring. "Sebaiknya aku pulang sekarang. Tolong sampaikan permintaan maafku pada tante, karena tidak menunggunya lebih dulu."

"Biar aku yang mengantarmu pulang."

"Tidak perlu! Aku bisa pulang naik taksi. Lagipula nanti tante kebingungan saat tidak melihat salah satu di antara kita."

Albian terbelalak kala mendengar ucapan Keyra. Sebelumnya dia dan sang ibu telah merencanakan makan siang tersebut, namun sepertinya Keyra mengetahui rencana mereka itu.

"Oke, aku akan menunggu mama di sini", jawab Albian pasrah. Dia tidak ingin membuat Keyra semakin curiga.

"Kalau begitu aku pamit ya Bi", ucap Keyra yang membuat Albian mendelik mendengar sapaan Keyra untuknya.

"Hati-hati di jalan Ke", jawab Albian dengan tersenyum.

Tidak lama setelah Keyra pergi, Diana pun datang menghampiri Albian. "Bagaimana Bi? Apakah rencana kita berhasil?" tanya Diana penasaran.