NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Langkah jenjang Nanda tentu dengan mudah menyusul kaki mungil sang istri. Kini mereka duduk bertiga dalam ruangan, saling bertukar tatap dan senyum canggung. Nanda sedang bersandar penuh di sofa dan memijat pelipis yang semakin berkedut kuat. Kehilangan seluruh kalimat. Baru hari pertama, sudah dihiasi banyak drama.

“H-halo, Nyonya Dirgantara kedua. Masih ingat saya, ‘kan? Salah satu groomsmen kalian.” Suara pria yang dilihat Delilah hampir mencumbu sang suami menyedot atensi si jelita.

Jika diperhatikan dengan seksama, memang terdapat ingatan samar tentang si pria asing. Delilah mengurai senyum tipis dan mengangguk. Dia masih menunggu penjelasan lanjutan. Akan tetapi, Nanda hanya bertukar tatap tanpa suara.

“Ah, tadi hanya salah paham. Saya hanya membantu Nanda menikmati kopi—” Merasa ada yang janggal penjelasan rumitnya, Matthew berhenti bersuara.

“Hhhh … diamlah, ember bocor. Kalimatmu makin membuat istriku pucat, kau lihat?” Nanda menatap tajam si sahabat yang kini merapatkan dua bibir menjadi satu dan mengalihkan pandang dari Delilah.

“Dengar, aku tidak—” Delilah tak berhasil menyelesaikan kalimat.

“Dia hanya membawakanku kopi dan memaksaku minum saat masih panas. Dia tidak ingin terkena semburan, jadi dia mengunci mulutku tadi. Begitulah yang kau lihat.” Nanda menjelaskan panjang sambil menatap lurus manik Delilah, tak ada suara. “Terdengar seperti alasan, bukan?” tambah Nanda.

Delilah mengangguk kecil. Kemudian terdengar desahan napas dari mereka. Masih dalam posisi serba canggung.

“Kalian tidak akan bercerai karena ini, bukan?” Pertanyaan Matthew membuat dua manik menatap dengan tajam.

Pemilik manik legam itu sedang mengucap sumpah serapah dalam hati. Susah payah dia menjelaskan. Malah mentah kembali dan membuyarkan pikiran si jelita. Risau, sekarang Nanda mendekat pada sang istri dan berlutut di depan.

“Bilang, jika kau ingin aku membunuhnya. Akan kulakukan sekarang.” Nanda mensejajarkan manik dengan milik Delilah sambil menunjuk ke arah Matthew tanpa mengalihkan pandangan.

Sudah tak memiliki cara untuk pembuktian. Otak si pria sedang buntu, bertubi-tubi cobaan hari pertama dia bekerja. Dia menyerah dan memilih menjadi komplotan pembunuh saja. Ketimbang harus menyandang sebagai kaum salah jalan jalur salah prasangka tanpa sengaja. Terlihat Matthew sudah tak berani bersuara, dia menggigit bibir bawah. Bersiap melompat keluar lewat jendela jika si jelita menganggukkan kepala. Setidaknya, dia mati karena pilihan sendiri, pikirnya.

“Dokter, tidak perlu membunuh. Tanganmu diciptakan untuk menolong, ingat itu!” Delilah menatap balik Nanda lalu beralih menajamkan tatapan pada Matthew, “lalu, aku tidak akan mengalah lagi pada siapapun, termasuk padamu.” Delilah telah menentukan akan menghadapi lawan.

Demi menyelamatkan pernikahan jadi-jadian yang baru seumur jagung. Dia hanya sangat terkejut tadi. Membutuhkan waktu dan oksigen untuk mendapatkan tekad serta kewarasan diri. Si wanita jelita telah kembali, melempar tatapan pada sang suami lagi sambil menahan dagu si pria. Memaksa sedikit agar manik mereka berjumpa.

“Aku kemari untuk mengantar snellimu, Sayang.” Delilah membelai lembut sisi wajah Nanda, melakukan lirikan pedas pada pria di sebelah, “selamat bekerja, aku menunggumu pulang.” Delilah mendekatkan wajah dan mengecup singkat pipi Nanda kemudian beringsut pergi.

Tentu saja hal yang dilakukan Delilah barusan membuat aliran di tubuh Nanda justru macet total. Dia mematung hampir tak percaya yang dilakukan oleh sang istri, setelah sekian hari tak banyak obrolan di antara mereka. Sungguh wanita yang sulit ditebak. Apalagi Matthew yang tak bisa berkedip melihat tantangan maut yang dilayangkan Delilah.

“Kau tau? Aku adalah pria yang sangat bermoral, tapi … bolehkah aku menikung istrimu?” Matthew menepuk bahu sahabatnya.

“Jika kau sudah bosan hidup, coba saja!” Jawaban Nanda diiringi dengan seringai membuat bulu kuduk Matthew meremang.

Mereka berpisah dan melanjutkan aktivitas. Jam konsultasi telah dibuka dan sudah masuk list antrian untuk masing-masing dokter yang bertugas. Cukup sibuk seperti biasa bahkan, Nanda memiliki jadwal berkeliling untuk memantau perkembangan beberapa pasien pasca operasi.

Memang takdir selalu saja mengejutkan, seperti sekarang. Seorang perempuan muda sedang tercekat, melihat seorang pria bersnelli panjang berdiri di depan sambil memperkenalkan diri. Si pria memang tak mengacuhkan, tetapi dia merasa bersalah atas sikap sendiri.

Mampus, batin Melinda mengutuk diri sendiri.

Degup jantung semakin tak keruan ketika manik coklat si dokter muda berjumpa dengan manik legam di depan. Baru saja hendak menyembunyikan diri. Terlambat, nyawa si perempuan sudah menguap tak bersisa di tatap si mata elang.

“Ada pertanyaan?” Suara berat Nanda membuat kepala Melinda mendadak kosong. Manik Melinda terkunci, seluruh perhatian terfokus pada perempuan muda yang sedang di tatap oleh si dokter senior.

***

“Loh, Kak Deli. Kangen banget!” Sapa Rena—salah satu front office—yang bertugas di klinik tempat Delilah bekerja sebelum memutuskan untuk memenuhi syarat yang diajukan oleh Nanda.

“Kau sehat, Ren? Bagaimana perkembangan janinmu?” Delilah membelai lembut perut buncit Rena.

“Alhamdulillah, Kak. Aduh, sebentar lagi pasti menyusul, nih.” Rena genit mencubit pinggul Delilah sambil terkikik.

Klinik belum begitu ramai, dia segera beralih ke ruang lantai dua. Menyapa seluruh penghuni gedung. Dia tak menyangka, pekerjaan membosankan kemarin begitu dia rindukan sekarang. Memanglah, hal kecil terlihat begitu remeh hingga kita kehilangan dan baru menyadari seberapa berartinya dia. Sudah terlambat untuk menarik diri dari keputusan yang terlanjur dibuat. Delilah tak bisa terlalu lama berada disana. Dia tak ingin mengganggu aktivitas teman yang lain. Dia segera berpamitan dan meninggalkan buah tangan.

“Nggak nunggu si Kak Jen?” tanya Rena saat mengantar Delilah ke pintu depan kantor.

Delilah menggeleng, “lain kali aku mampir lagi, ya. Sehat selalu kalian.” Si jelita berpamitan, terus melambaikan tangan hingga masuk ke dalam mobil dan meninggalkan lokasi kenangan, rumah kedua si jelita.

Dia mengingat lagi, betapa sering dia justru menghabiskan waktu di gedung tersebut ketimbang berada di rumah. Entah kenapa, dia lebih suka menyibukkan diri dengan pekerjaan daripada berada di kamar sendirian menatap langit-langit. Sekarang, dia tak tahu hendak melakukan apa. Delilah membuang tatap ke luar jendela mobil yang sedang melaju.

Masih belum puas menghirup hawa segar di luar rumah, Delilah memutuskan menjajaki salah satu mall terdekat. Barangkali dapat mengaburkan penat dan mengisi kekosongan hati si jelita. Masih belum begitu ramai pengunjung, banyak tenant yang belum terbuka. Delilah menyusuri ruang luas dengan langkah ringan menuju salah satu supermarket di dalam. Dia sibuk memilih beberapa camilan kesukaan di jajaran rak yang berderet. Sedang sibuk menelisik sambil menyeret kereta belanja kecil di belakang. Manik si jelita sibuk mengedarkan pandang.

Beberapa kali berhenti dan memasukkan barang yang dipilih. Suasana damai yang digemari si pemilik gingsul. Dia sedang memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

“Hhhh … abis ini masuk kurungan. Jadi, ayo belanja sedikit lagi.” Delilah mengepalkan tangan, menyemangati diri sendiri.

Terdengar kekehan seseorang dari arah belakang. Tanpa disuruh, kepala si jelita segera menengok. Khawatir sedang dibuntuti seseorang, dia sudah memasang kuda-kuda. Bersiap menghantam jika diperlukan. Akan tetapi, setangkas apa seorang wanita bertubuh mungil di depan. Lekas dicekal tangan yang berusaha melawan tanpa aba-aba oleh si pria.

“Oops, usaha yang bagus, Delilah.” Netra si pria menyipit seiring senyum yang tercetak, sedangkan milik Delilah terbelalak hampir terlepas.

***

Yuk, jangan lupa dukung author tekan like dan tinggalkan komentar kalian, ya ...

Minimal 4 komentar bakalan cepet update lagi deh, janji 🤫 see you next part 💜

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!