Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Pulas Aku Lemas
Satria menggelengkan kepala melihat tingkah Shayu. Dia mengusap bibirnya dan tersenyum tipis mengingat aksi nakal sang istri. Jungkir balik kehidupan dengan Shayu membawa warna tersendiri baginya. Satria pun sudah mulai paham sifat dan jalan pikiran Shayu yang iseng dan santuy.
Satria merangkak menyusul Shayu yang sudah menempati tempat tidur. Dia menatap wajah cantik yang sedang memikirkan sesuatu. Diam dengan bibir sedikit mengerucut membuat Satria beberapa kali gagal fokus.
"Mikir apa?" tanya Satria kalem.
Shayu melirik Satria yang duduk di sampingnya, kemudian gadis itu beranjak dari tempat tidur dan menatap Satria dengan alis menukik.
"Pak, kalau mau bercerai itu kan biasanya pisah ranjang ya. Terus ini kita kenapa tidur satu ranjang? Nanti rujuk lagi donk Pak jadinya. Apa tidak sebaiknya Bapak tidur di kamar Cakra aja atau saya yang di sana, bagaimana?" tanya Shayu dengan mata berbinar tetapi tak lama ekspresinya berubah, Shayu menekuk wajah dengan bibir mengerucut. Gadis itu mengusap keningnya yang disentil oleh Satria.
"Kdrt nich, aku foto akh buat bukti visum," ucap Shayu yang kemudian beranjak ingin meraih ponselnya tetapi tak kunjung bisa turun dari ranjang karena Satria sengaja menarik pakaian belakangnya.
"Jangan bertindak yang tidak-tidak Shayu! Cepat kembali ke posisi semula dan tidur! Tidak ada pisah ranjang dan tidak ada tidur dengan Cakra, apa lagi mau visum segala."
Shayu kembali ke posisi semula dengan menatap wajah Satria yang datar. Dia masih sanksi dengan Satria. Masih belum yakin dengan keseriusan Satria.
"Ayo tidur! Besok pagi-pagi harus mampir dulu ke rumah Papah, kamu tidak bawa buku buat jadwal pelajaran besok kan? Seragamnya juga tadi sudah kotor."
"Itu semua kan karena Bopak," gumam Shayu yang masih bisa di dengar oleh Satria.
Pria itu memposisikan diri merebahkan tubuhnya di samping Shayu. Dia menoleh ke arah sang istri yang masih diam belum kunjung tiduran. Dengan cepat Satria meraih pinggul Shayu lalu menariknya hingga gadis itu tertidur dengan posisi kepala di dada Satria.
Kedua mata Shayu membola, guru Gamonnya mulai meresahkan. Sudah berani menyentuh dan mengatur jarak. Shayu mengangkat kepala menatap Satria yang juga melihatnya. Kedua alis Shayu terangkat membuat Satria gemas dan kembali melayangkan kecupan di kening.
"Tidur! Jangan banyak pikiran, tugas kamu itu belajar! Sama halnya dengan saya, yang juga sedang belajar menjadi suami untuk anak murid nakal seperti kamu!"
Shayu memicingkan mata dengan tatapan sengit. Dia mengusap keningnya yang tadi, di singgahi oleh bibir Satria. "Bapak yakin?"
"Hhmm, jangan berpikir untuk berpisah dari saya!" tegas Satria dengan terus menatap lekat wajah Shayu yang semakin malam semakin menggemaskan baginya. Mungkin sejak awal jika dia mau lebih menerima, sudah dibuat jatuh cinta benaran. Sayangnya wajah menggemaskan itu harus tertutup dengan kisah lalu yang masih membekas di hati.
"Jaminannya apa?"
Satria menghela nafas berat, sulit rasanya membuat istri kecilnya percaya. Dengan gemas Satria menarik hidung Shayu hingga gadis itu meringis kesakitan.
"Sakit," keluh Shayu. Saya pukul nich lukanya biar impas," ancam gadis itu dengan mengusap hidungnya yang memereh.
"Tidur! Kamu seperti pegadaian yang meminta jaminan." Satria mengeratkan tangannya membuat Shayu tidak bisa berkutik lagi. Malam ini untuk pertama kalinya Satria ingin tidur dengan memeluk Shayu. Dia yakin ingin membuka hati selebar-lebarnya untuk sang istri, dan mulai belajar menjalani perannya sebagai suami. Meski belum bisa seimbang karena istrinya yang masih anak SMA.
Shayu pun mati gaya saat tubuhnya terhimpit dan menjadikan lengan Satria sebagai bantalnya malam ini. Mimpi apa dia bisa dipeluk dengan guru gamon yang bisanya ngajak perang. Namun, malam ini tak membiarkannya tidur bebas seperti biasa.
"Gimana bisa tidur kalau begini, dia pulas aku lemas," gumam Shayu setelah terdengar suara dengkuran halus dari Satria. Shayu sejak tadi belum bisa tidur, jantungnya mengajak maraton dengan debaran yang tak kunjung berhenti.
Perlahan Shayu melepaskan diri dari pelukan Satria setelah memastikan pria itu benar-benar pulas. Tubuhnya bergeser ke samping untuk kembali ke sisi ranjang, tetapi tiba-tiba tubuh Shayu ditarik ke belakang oleh tangan kekar yang melingkar di perutnya.
"Tidur Shayu!" titah Satria dengan mata terpejam. Kini Shayu masuk kepelukan Satria dengan tubuh memunggungi pria itu.
Shayu menghela nafas berat, dia memutuskan untuk memejamkan mata tak peduli dengan jantung anak perawan yang mau lepas akibat ulah guru gamon yang mulai membuat gelisah.
Seulas senyum dengan mata terpejam menghiasai wajah Satria saat mendengar dengkuran halus dari sang istri. Satria mengeratkan pelukannya dan ikut meraih mimpi dengan kehangatan yang ia ciptakan malam ini.
"Untuk yang pertama dan ternyata begitu nyaman."
Shayu melenguh saat merasakan cubitan kecil di pipinya dan berusaha terjaga dari alam mimpi. Perlahan kedua mata lentiknya terbuka lalu menatap wajah tampan yang sedang mengulum senyum menyambut pagi.
"Nyenyak sekali tidurnya, padahal semalam menolak untuk dipeluk, tapi paginya malah buat saya tak tega meninggalkan tempat tidur."
Shayu mengucak matanya, dia mencerna ucapan Satria dan melihat posisi tidur mereka.
Kedua mata Shayu melebar, dia segera menarik tangan dan kakinya dari atas tubuh Satria. Tanpa sadar Shayu menindih tubuh Satria seperti sedang memeluk guling besar. Memang nyamannya tak terkalahkan hingga Shayu lupa daratan.
Satria menahan tawa melihat wajah Shayu yang menggemaskan dengan ekspresi terkejut, tetapi karena gerakan yang begitu semangat membuat gadis itu hampir saja terjatuh ke lantai andai tangannya tidak cepat meraih tubuh Shayu.
"Akh..." Shayu mengusap dadanya, beruntung tidak terpelanting ke lantai.
"Pelan-pelan!" ucap Satria yang dengan menatap lekat wajah Shayu yang mulai merona. Sungguh posisi yang tidak aman baginya, Satria mengukung tubuh Shayu menciptakan getaran tak menentu. Satria menghela nafas berat, hampir ingin kembali menyentuh bibir Shayu tetapi lekas diurungkan karena dia tak ingin khilaf.
"Jangan digigit bibirnya! Cepat mandi dan bersiap! Saya antar kamu pulang, sekalian pamit Papah untuk kembali tinggal disini!" Satria segera beranjak dari tubuh Shayu dan turun dari ranjang untuk menumpang mandi di kamar Cakra.
Mashayu menghela nafas lega, dia melirik guru Gamonnya yang sudah keluar kamar dengan hati tak karuan.
"Huuhhff... aman." Shayu segara beranjak dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Namun, tak lama ia keluar lagi dengan tangan berkacak pinggang.
"Repot kan, maksain sich. Aku kan jadi bingung sendiri," keluh Shayu, gadis itu segera membuka lemari dan mengambil pakaian Satria yang cukup untuk menutupi tubuhnya, kemudian kembali masuk ke dalam kamar mandi dan segera membersihkan diri.
Shayu mandi jalur cepat, waktu yang terus berputar menuntutnya untuk segera menyelesaikan diri. Gadis itu segera meraih tas dan sepatunya. Dia ingin bergegas pulang tanpa menunggu Satria yang tak kunjung kembali.
"Sudah jam enam, mati aku kalau sampai telat." Shayu melangkah panjang keluar kamar berbarengan dengan Satria yang masuk dengan santai. Pria itu terdiam melihat penampilan sang istri yang begitu minum, pahanya terlihat dibalik balutan kemeja putih.
"Kamu pakai kemeja saya?"
"Bapak kalau mau komplain nanti saja ya, keburu telat ke sekolah. Mending bapak sarapan dan jangan lupa minum obat. Dach..." Shayu segera melarikan diri sebelum kena amuk oleh Satria.
"Dasar nakal!"
asyik juga jalan cerita nya...
bucin gk ad obat
aku mah sampe 40 hari ya suami anteng² aja tuh,,apalagi anak pertma sampe 2 bln dia baru minta krn kasian katanya 🤗
jd bini yg baik dn penurut jauh lebih mnyenangkan kok shay dn ttep bisa lanjut meraih gelar setinggi apa yg kamu mau,,dari pd jd bini durhakim 🤣