NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:881
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30 Jalan Rahasia

Sebuah furaisafin muncul dari bawah dan berperan sebagai penyelamat untuk Soren dan Cora. Di dalamnya ada Annora. Seseorang yang mengendarai furaisafin.

"SOREN! CORA!" Annora berseru panik bercampur lega. Seraya memeluk keduanya. Dengan segera ia membersihkan debu-debu yang masuk ke mata Cora dengan tangannya. "Kita harus segera ke ruang perawatan untuk menangani Cora agar matanya segera diobati. Serta luka-lukanya. Kamu juga. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Para occhio terlihat dari lantai tempat Soren dan Cora terjatuh. Sudah terlihat sangat ramai. Petugas segera meminta occhio untuk menjauh Agar tidak terjadi hal yang sama.

Namun, ada sesuatu yang tanggal dilihat Soren. Mereka diselamatkan pada saat sejajar lantai sepuluh. Di jendela lantai sepuluh itu, ada wajah seseorang yang sangat dikenalinya. Sesaat, ia langsung menutup tirai setelah menyadari Soren melihat keberadaannya.

"Bagaimana kamu bisa menyelamatkan kami tepat waktu?" tanya Soren.

"Ah, berbulan-bulan menghilang. Kamu sampai lupa kemampuanku." Annora berbangga diri. Tentu saja Soren langsung mengerti. Penglihatan Annora sangat tajam. Itulah yang membuatnya mengetahui apa yang menimpa dua temannya itu.

Sampai di ruang medis, perawat segera menangani Soren dan Cora. Mata Cora telah dibersihkan. Menampakkan kelopak matanya yang merah dan terlihat berdarah.

"Kamu tidak akan melihat dengan normal untuk beberapa lama. Kamu harus dirawat inap di sini, Cora." Si perawat berkata.

Cora hanya mengangguk lemas dan berbaring setelah matanya dibalut kapas lembut.

"Untuk Soren, kamu hanya terluka ringan. Tapi, jangan kebanyakan bergerak dulu."

Senyap sejenak beberapa menit setelah perawat itu keluar. Sebab Annora tengah sibuk membalas pesan penting. Cora hanya terbaring lemah. Sedangkan Soren menunggu Annora selesai dengan kesibukannya.

"Apa yang terjadi?" tanya Annora setelah mematikan gelang tipisnya.

"Aku dan Cora sedang di balkon lantai lima belas. Lalu, tiba-tiba seperti ada bom tak kasat mata yang tepat mengenai lantai tempat kami berada."

"Bom? Tapi kalian tidak terluka karena ledakan itu. Kalian hanya terluka karena kepingan bangunan yang hancur akibat ledakan itu."

"Benar. Itu sangat janggal."

"Apa yang kamu lakukan di sana dengan Cora?"

Lontaran pertanyaan yang membuat Soren terdiam. Ia melirik sekitar sembarang. Lantas melihat Cora yang terbaring dan telah terlelap.

"Baiklah. Kamu tidak akan aku paksa menjawabnya. Tapi, sejujurnya aku ingin menuturkan sedikit kalimat egois. Soren, sejak kamu kembali selepas tiga bulan menghilang. Kamu jadi berubah. Kamu bahkan lebih akrab dengan Cora. Ya, aku paham mungkin kebersamaan kalian yang tiga bulan itu menambah tingkat keakraban itu. Tapi, kamu bahkan tidak pernah makan bersamaku belakangan ini. Selalu menyusul ketika kantin sudah sepi. Itu pun bersama Cora. Kalian tampak aneh dan seperti memiliki rahasia besar. Kalian menyembunyikan sesuatu. Seperti sesuatu yang penting. Lalu keanehan terjadi. Yaitu ledakan tadi yang tepat mengarah ke kalian. Seolah ledakan itu memang mengincar kalian. Kukira, selama ini akulah temanmu yang paling dekat. Tapi, ternyata aku yang terlalu percaya diri. Mana mungkin kamu mau berbagi cerita dengan occhio sepertiku. Yang lebih lemah dari Archie, Dean juga Cora. Teman-teman kebanggaanmu itu." Annora mengungkapkan.

Embusan napas Soren terdengar. Ia bergegas berdiri dan menarik lengan Annora untuk keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Cora sendirian.

Di koridor banyak orang berlalu-lalang. Masih membahas perihal ledakan di lantai lima belas itu. Dari kaca jendela sudah terlihat banyak wartawan yang meliput. Ia menduga bahwa tak lama lagi ia pasti diincar wartawan. Sebelum itu terjadi, ia mencari tempat sepi agar jika firasatnya benar-benar terjadi. Maka ia aman dari kejaran wartawan. Bukan karena geer, tapi dulu Soren pernah mengalami itu. Sewaktu masih menjadi occhio kelas A. Ia menarik perhatian karena aksi penyelamatan yang ia lakukan pada seorang anak kecil. Ia lebih trauma daripada anak yang hampir tertabrak mobil itu. Karena para wartawan mendesaknya hingga kesulitan bernapas. Padahal, itu hanya aksi biasa. Itu menjadi menarik karena kecepatan Soren, statusnya sebagai occhio baru, serta ketampanannya yang bertambah ketika tertimpa terik mentari.

Mereka sampai di aula besar. Tempat pertemuan seluruh occhio.

"Maafkan aku, Annora. Hanya saja, banyak hal yang terjadi selama ini."

"Banyak hal tapi tak satupun yang kau bagi padaku. Apakah kita sudah bukan teman sejak kamu tersesat selama tiga bulan bersama Cora?"

"Ayolah, jangan kaitkan semuanya dengan Cora."

Apa yang terlihat malah seperti adegan seorang perempuan yang cemburu dengan lelakinya. Padahal, hubungan mereka tidak lebih dari seorang teman. Lagipula, Annora lebih tua lima tahun dibanding Soren. Ya, walaupun sebenarnya cinta itu tidak memandang usia. Tapi ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan itu. Annora hanya sebal dan merasa tidak dianggap.

"Baiklah, aku akan menceritakan sesuatu padamu. Mungkin dengan bumbu-bumbu pertanyaan." Sebenarnya, Soren sangat ragu untuk bercerita pada Annora. Bukan karena ia tidak percaya. Hanya saja rencana itu hanya diperuntukkan untuk dia, Dean, Cora dan Archie. Selaku orang-orang yang sering satu tim dengannya.

Annora menggigit bibir.

"Apakah kamu berpikir bahwa ada occhio yang merupakan pengkhianat?"

"Tidak menutup kemungkinan. Bagaimana pun, kita semua hidup dengan latar belakang berbeda-beda. Bahkan datang dari ujung ke ujung penjuru kota. Terlalu naif jika menganggap semua orang baik." Annora menjawab santai.

Soren mengembuskan napas lega. Karena ternyata Annora tidak menanggapinya dengan Heboh.

"Aku melihat seseorang yang seharusnya tidak ingin aku curigai. Tapi, aku tidak dapat membantah untuk tidak menanggapinya serius."

"Siapa?"

"Tepat saat kamu menolong kami dengan furaisafin itu, aku melihat seseorang di lantai sepuluh. Tatapannya dingin. Tidak seperti tatapannya yang biasa. Ia segera menutup tirai saat menyadari bahwa aku melihatnya. Tapi itu sia-sia. Wajahnya sangat jelas dari jendela itu."

"Siapa, Soren?"

"Shiroi!"

Ekspresi Annora kaget bukan main. Sampai-sampai, ia menggoyang-goyangkan tubuh Soren.

"Itu dugaan yang tidak berdasar!"

Salah dugaan. Soren mengira Annora kaget karena tidak menyangka dengan seseorang yang dicurigai pengkhianat. Tapi, ternyata ia kaget karena tidak menyangka bahwa Soren akan mencurigai perempuan baik hati seperti Shiroi.

"Dia jelas-jelas di lantai yang jauh dari lantai lima belas. Lagipula, sejak di sini ia hanya berbincang dengan Sunniva. Ia pasti lari ke sana karena mendengar kegaduhan itu."

"Tapi harusnya dia di kota Sky Caprio. Kenapa tiba-tiba ada di sini?"

"Itu karena ia ingin memperbaiki gelang tipisnya yang rusak. Ia baru menggantinya beberapa bulan yang lalu karena gelang tipis lamanya hilang."

Soren terdiam. Mencerna penuturan Annora. Sebuah jawaban yang bukan menjernihkan pikirannya untuk berpikir positif pada Shiroi. Justru itu menambah kecurigaan. Gelang tipis yang hilang. Bukankah ia menemukan alat itu di gua? Tempat mencurigakan yang diyakini menjadi persembunyian si occhio pengkhianat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!