NovelToon NovelToon
Melawan Kematian

Melawan Kematian

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Iblis / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fukano Jr

Seorang pemuda bernama Riu Zin, yang dipenuhi ambisi dan keinginan yang membara untuk mencapai kekuatan yang luar biasa, sehingga ia bersedia untuk melawan bahkan kematiannya sendiri.

Meskipun menghadapi tantangan yang tampak tidak mungkin, seperti melawan Surga yang bagi manusia adalah suatu kemustahilan, namun demi kekuatan yang diimpikannya, ia rela menghadapi segala risiko, bahkan kematian pun sudah menjadi bagian dari kesiapan dan tekadnya. Dengan tekad yang teguh dan semangat yang membara, pemuda ini siap menghadapi segala rintangan dan tantangan, mengejar impian dan ambisinya dengan penuh determinasi dan keberanian yang luar biasa.

Ini bukan tentang mencari kesempurnaan,cerita ini tentang mencari Mati! Ambisi dari seorang Pemuda yang merasa tertantang dan mengikuti seseorang yang menurutnya bisa di andalkan.


Mari baca cerita Pertama ku ya

[ Karya asli]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fukano Jr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10 Dia Iblis itu !

Di bawah cahaya remang bulan yang lembut, Mao Lili gadis kucing duduk termenung, menyandar di pohon tua yang menjulang tinggi. Dengan tatapan kosong, dia memandang ke kejauhan, seolah tenggelam dalam pikiran dan perasaannya yang rumit.

Mengenakan baju coklat muda yang sederhana, yang menutup hingga ke pahanya, ia terlihat seperti sebatang pohon yang tegar namun merasakan angin sepoi-sepoi yang menyayat hatinya. Rambutnya panjang dan halus, mengalir dengan lembut di sepanjang punggungnya, memberikan sentuhan keanggunan pada penampilannya.

"Manusia tidak punya hati, menyebalkan," desisnya pelan, suara lembutnya terbawa angin malam yang sejuk. Gadis kucing itu terlihat terisolasi, terpisah dari dunia yang ramai di sekitarnya. Namun, tiba-tiba, dia merasakan juluran tangan yang hangat mencoba mengajaknya bangkit.

Saat gadis itu mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan sosok pria yang tak asing baginya. Yup itu adalah Riu Zin yang datang dengan rasa bersalah.

Namun, rasa kesal dan kekecewaan tergambar jelas di wajah Mao Lili, membuatnya enggan untuk merespon. Dengan perlahan, gadis kucing itu kembali menundukkan kepalanya, membiarkan kegelapan malam menyelimuti hatinya yang rapuh.

Riu Zin memberikan satu buah apel dengan lembut kepada Mao Lili, "Ini aku punya apel, aku berikan padamu,makanlah" ucapnya dengan harapan permintaan maaf tersemat di dalamnya. Namun, pemberian itu diabaikan oleh Mao Lili yang tetap tertunduk tanpa merespon.

"Baiklah, kau marah ya," ucap Riu Zin mencoba menjalin pembicaraan akrab, duduk di samping pohon tua di dekat gadis kucing itu, tetapi dengan menjaga jarak.

Riu Zin merenung, "Betapa bodohnya aku, padahal siluman ini tidak memiliki aura jahat.Aku bertindak kasar ini memalukan" Namun, bayang-bayang penyesalan masih menghantui pikirannya. Dengan perasaan sedikit kecewa terhadap dirinya sendiri, Riu Zin menatap tangan yang digunakan untuk mencengkram tangan Mao Lili beberapa saat yang lalu.

Ketika Riu Zin melirik pelan dan menatap wajahnya, dia kembali terpaku oleh kelembutan wajah gadis kucing itu. Wajahnya selembut kapas, dengan rambut coklat yang panjang dan halus, sedikit menutup sebagian wajahnya saat ia tertunduk. Meskipun tidak mengenakan alas kaki, kakinya tetap bersih tanpa noda, meskipun menginjak tanah yang berdebu di bawahnya.

Saat terpaku tanpa sadar, Riu Zin dan Mao Lili kembali mendapati tatapan satu sama lain. Mao Lili, dengan gerakan halus, menundukkan kepala mencoba melirik pelan ke arah Riu Zin, menciptakan momen yang penuh dengan kekaguman dan kebingungan.

"Eh."

Riu Zin tersadar dengan canggung dan malu dia reflek memalingkan wajahnya, begitu juga Mao Lili yang segera kembali tertunduk, keduanya sama-sama terkejut. "Gadis kucing, apa kau tidak marah padaku lagi? Aku tahu aku salah, tolong maafkan aku, walau aku tahu kau pasti marah sekali," ucap Riu Zin dengan suara lembut, sambil tersandar di pohon, menatap bintang dengan penuh penyesalan. Meskipun tanpa jawaban yang jelas, Riu Zin tetap merasakan kegelisahan dalam dirinya.

Saat Mao Lili mengucapkan "Apel," suara lembutnya memecah keheningan. Riu Zin segera membalik arah pandangannya ke arah gadis kucing itu, dan tanpa ragu memberikan apelnya.

Dengan gesit, tangan mungil Mao Lili meraih apel dari tangan Riu Zin dan memakannya diam-diam, sementara wajahnya tetap tersembunyi di balik rambut panjangnya yang halus. "Kamal bilang, manusia itu berbahaya, tapi mereka selalu menyangkal kalau mereka lah yang paling benar," ucap Mao Lili akhirnya ingin berbicara dengan suara pelan, tapi masih dengan menjaga pandangan.

Sebelum Riu Zin bisa menanggapi, nama Kamal sudah mengusik pikirannya, menimbulkan pertanyaan yang mengganggu. Siapakah Kamal itu? Teman? Kerabat?  menjadi tanda tanya besar bagi Riu Zin

Ketika Riu Zin bertanya, "Kamal, siapa itu?" dengan nada lembut kepada Mao Lili, gadis itu akhirnya mengangkat wajahnya. Dari senyuman hangat kecil yang terpancar di wajahnya, terlihat bahwa kemarahan telah menghilang dari tatapan matanya. Sebelum Mao Lili sempat menjawab, tiba-tiba...

Dom      Dom        Dom

 Hentakan kaki yang menggema menggentarkan tanah seakan-akan terasa seperti gempa. Dari balik bayangan, muncul sesosok makhluk yang bermata merah dengan taring tajam yang menghiasi wajah seramnya.

"Aku takut," seruan ketakutan langsung terdengar dari Mao Lili, sementara kedua tangannya mungil melintang di pergelangan tangan Riu Zin. "Jangan takut, aku akan melindungi mu," ucap Riu Zin dengan penuh keyakinan, tanpa sedikitpun menunjukkan ketakutan di wajahnya. Senyum tipis mengembang di bibirnya, menunjukkan bahwa dia tampaknya sudah terbiasa bertemu dengan makhluk seperti itu.

Makhluk itu tampak seperti serigala, namun tubuhnya begitu besar, setinggi empat kaki. Beberapa lapisan batu keras menghiasi beberapa bagian tubuhnya, menciptakan tampilan yang menakutkan namun juga mengesankan.

Monster itu melompat dengan ganas ke arah mereka, membuat Mao Lili menundukkan kepalanya penuh dengan rasa takut.

"Tidak apa, makhluk ini hanyalah alat latihan untuk ku" Riu Zin berbicara dengan tenang, satu tangan entengnya menahan tubuh besar monster yang melompat ke arah mereka. Monster tersebut merupakan bahan latihan yang sering digunakan oleh Sekte Rantai Api, dengan kemampuan monster hanya berada pada Ranah Penguasaan Alam saja dan berada di tingkat kedua dari ranah itu,sangat jauh di bawah Ranah Penyempurnaan.

Dengan keahlian yang luar biasa, Riu Zin mampu mengangkat monster besar itu dengan satu tangan saja. Monster yang beratnya bisa mencapai puluhan ton terangkat dengan sangat enteng, seolah-olah tidak ada beban sedikit pun bagi Riu Zin. Dengan gerakan yang lincah, Riu Zin melontarkan monster itu tinggi ke langit, hingga akhirnya lenyap dari pandangan, menjulang di atas langit yang tak terlihat.

Mao Lili tersenyum hangat sambil memeluk erat Riu Zin, merasa sangat terlindungi dalam pelukan hangat tersebut. Dengan wajah canggung, Riu Zin mencoba berbicara pelan dengan suara kaku, "Hei, bisakah kau melepaskan pelukanmu, aku...aku .." Namun, Mao Lili memotong dengan lembut, "Hangatnya berada di pelukanmu, kau sungguh seorang pendekar hebat." Kata-kata itu sedikit membuat Riu Zin terpesona, meskipun dia merasa bahwa pujian itu agak berlebihan dan tidak perlu.

Bagi Riu Zin, menghadapi monster seperti itu adalah hal biasa, dan mendapatkan pujian terasa sangat berlebihan. Lagipula, Riu Zin menganggap bahwa ini hanyalah pujian dari seorang anak kecil, mengingat tinggi gadis itu hanya mencapai dada Riu Zin dan sifatnya yang mencerminkan seorang anak.

Dengan perlahan, Riu Zin mencoba melepaskan pelukan hangat itu, "Gadis kucing, bisakah tolong mundur sedikit?"

Mao Lili melepaskan pelukan Riu Zin, "Gadis kucing, jangan memanggilku begitu, aku ini punya nama, nama ku Mao Lili."

Bunyi langkah kaki terdengar di sebelah kanan Riu Zin, tidak jauh dari tempat mereka berada. "Kamal!" Teriak Mao Lili penuh kegirangan, seakan seorang anak yang merindukan ayahnya. Gadis kucing itu berlari kegirangan ke orang tersebut, langkahnya ringan seperti kupu-kupu yang melayang di udara. Wajahnya berseri-seri penuh kebahagiaan.

Dia berlari dengan semangat dan ceria,melompat memeluk seseorang yang tidak asing bagi Riu Zin. Mata Riu Zin membulat tidak menyangka, "Dia, sialan orang yang mempermalukan ku." Ternyata,orang yang bernama Kamal itu adalah iblis yang membuatnya tidak berdaya.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Sekedar Info : Ranah Paling awal yaitu Ranah Penguasaan Mendasar terdapat beberapa tingkatan yang harus di lalui yaitu : Tingkat Fondasi,Tingkat Hukum Alam,Tingkat Pengendali Elemen,Tingkat Pengendali Roh,Tingkat Keterampilan Alam,Tingkat Keterampilan Roh, dan Tingkat Keterampilan Sakti.

1
Aether Kong
MC-nya makin OP 😲
Aether Kong
MC-nya keren 😎
Aether Kong
yah kabur /Doge/
Aether Kong
lagi seru diganggu 🗿
Aether Kong
sikat bang...😎
Luka Ingin Mencintai
Semangat nulis, sampai tamat ceritanya 😘🥰
Gilang Alfritz
Sepertinya ada politik dalam para keluarga ini
Fuka ingin dicintai: Mungkin saja🤔
total 1 replies
Gilang Alfritz
Keadaan genting ini
Gilang Alfritz
jangan maksa lah bg
Gilang Alfritz
Betul juga🤔🤣🤣
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
hahaha gadis kucing?
Fuka ingin dicintai: siluman itu kak😊
total 1 replies
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Rongsokan?
Aether Kong
mantap 👍
Aether Kong
latihan mlawan Kematian ya thor
Aether Kong
wah keren 😎
Aether Kong
wkwkwk siluman kucing rupanya
Aether Kong
awas jatuh bang
Aether Kong
namnya bikin laper Thor 🤤
Aether Kong
knp gak mau bunuh, iblisny galau ya
Aether Kong
Ibisny ngulue waktu, knp gak lngsung ambil aja jantung si Rui Zhin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!