Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinderella gadungan
Di bawah payung berwarna kuning itu, mereka berdua berjalan berdampingan. Bahkan bahu mereka saling bergesekan karena memang tak ada jarak lagi di antara mereka.
Meski keduanya begitu dekat seperti itu, tapi satu payung tak mampu menahan derasnya hujan untuk membasahi tubuh mereka.
Sebenarnya ingin sekali Abi menarik Sherin lebih dekat lagi kepadanya tubuhnya yang sudah basah itu tak lagi tersiram air hujan.
Tapi sungguh tak tau dirinya Abi kalau seperti itu. Alhasil dia hanya bisa mencondongkan payungnya ke arah Sherin. Membiarkan sebelah bahunya basah tersiram air hujan lagipula dia juga sudah basah, jadi tak apa kalau kehujanan sekalian.
Sementara Sherin, dia berkali-kali melirik ke bawah. Melihat kaki Abi yang hanya di balut kaus kaki itu menapak di tanah juga jalanan batu yang mereka lewati saat ini.
Juga sebagian badan Abi yang tersiram air hujan karena payungnya lebih condong ke arahnya. Tapi Sherin mencoba abai. Dia pura-pura tidak tau tentang hal itu.
Sampai saat ini Sherin tak tau kenapa Abi melakukan itu semua. Padahal di sana ada Ana, bagaimana tanggapan wanita itu nanti saat mereka tiba di resort nanti.
Lagipula kenapa Ana memperbolehkan Abi untuk mencarinya begitu saja. Setau Sherin, Ana pasti akan melakukan segala cara untuk menhan Abi. Tapi kali ini entah mengapa begitu berbeda.
Keduanya benar-benar saling diam sampai mereka akhirnya tiba di resort.
"Nona akhirnya Pak Abi menemukan mu" Nana sudah siap dengan handuk ditangannya. Dia segera menyelimuti handuk itu untuk Sherin.
Nana dan Anjas memang telah tiba di resort lebih dulu. Memutuskan kembali walau belum tau Abi menemukan Sherin arah belum. Hari yang sudah gelap dan hujan lebat tak memungkinkan mereka untuk tetap di luar.
Anjas pun melakukan hal yang sama pada Bosnya. Memberikan handuk untuk menutupi badan Abi yang basah.
"Sayang, kamu nggak kenapa-kenapa kan?? Baju kamu basah semua kaya gini" Ana mendekat pada Abi. Mencoba meraih tangan Abi namun Abi langsung menghindar. Dan semua itu tertangkap oleh mata Sherin.
"Nana, bawa Sherin ke kamarnya. Dia harus segera mengganti bajunya"
"Baik Pak Abi"
Sherin yang memang sudah tak ada tenaga lagi, hanya bisa menurut di rangkul Nana menuju kamarnya. Badannya sudah kaku karena kedinginan, rasanya kotor dan kepalanya pusing.
Tapi sebelum itu, dia sempat melepas sepatu Abi, dan meninggalkannya begitu saja.
"Terimakasih" Ucap Sherin dengan pelan.
Sementara itu, Abi tersenyum tipis meski mendengar ucapan terimakasih dari Sherin yang sangat pelan itu. Dia juga tidak langsung kembali ke kamarnya, dia justru duduk di kursi kayu penuh ukiran itu untuk melepas kaos kakinya.
Anjas hanya diam tanpa bertanya kenapa sepatu Abi bisa di pakai oleh Sherin.
"Tadi lo ketemu Sherin di mana Bi??"
"Di kebun teh, untung aja ada gubug. Dia berteduh di sana"
Anjas melirik wanita yang tak merasa bersalah sama sekali itu.
"Semua ini gara-gara lo tau nggak??"
Abi hanya melirik tanpa menghentikan Anjas yang sedang menyalahkan Ana.
"Anjas, aku nggak sengaja. Aku cuma kesal karena dia datang lagi di antara aku sama Abi. Aku takut kalau dia dekat lagi dengan Abi makanya aku nekat berbuat kaya gitu??"
"Terus tujuan kamu untuk apa??!!" Ana sempat terperanjat karena bentakan Abi. Dia belum pernah di bentak Abi seperti itu.
"Kamu mau mempermalukan dia kaya dulu lagi?? Di depan orang sebanyak itu kamu berpura-pura tersakiti padahal itu ulah kamu sendiri!!" Abi tak bisa lagi menahan kemarahannya yang ia pendam sejak tadi yang memilih diam dulu karena terlalu khawatir dengan Sherin.
"Aku menyesal karena tidak pernah mendengarkan Anjas dan Belva tentang kamu yang sebenarnya Ana!! Padahal aku udah percaya sama kamu tapi apa yang kamu lakukan ini benar-benar udah buat aku kecewa"
Abi mengingat kata-kata Sherin dulu saat Abi membela Ana di span Sherin.
"Aku nggak akan minta lagi barang-barang yang udah aku berikan sama kamu. Aku nggak akan tega memintanya lagi sama orang yang sampai ingin meneteskan air liur saat melihat barang-barang mewah"
Abi baru sadar kalau Ana dari dulu tidak pernah meminta apapun darinya, tapi dengan kata-katanya yang membuat Abi tak tega, Abi akhirnya selalu memberikan apa yang Abi lihat di inginkan Ana.
"Ana menunduk sedih" Namun dalam hatinya mengumpat kesal karena rencananya gagal dan justru tertimpa sial karena Abi melihat kelicikannya.
Anjas yang tak tau apa-apa menjadi kebingungan sendiri. Apa maksud Abi berkata seperti itu pada Ana. Padahal Anjas tau sendiri kalau Abi tidak pernah terpengaruh sama sekali dengan ucapan Anjas tentang Ana.
"Apa maksud lo Bi?? Lo udah tau gimana kelakukan dia selama ini??"
"Gue minta maaf karena selama ini nggak percaya sama lo dan Belva. Tadi gue lihat sendiri gimana dia mencoba memfitnah Sherin"
Anjas terperangah, namun sedetik kemudian dia tertawa lepas. Benar-benar tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya.
"Terus lo mau apa sekarang?? Gimana rasanya di tipu habis-habisan?? Menyesal?? Ngga ada gunanya Bi" Sesekali dia masih menertawakan Abi.
Abi hanya dia, karena memang membenarkan itu. Menyesal sepertinya tidak ada gunanya lagi saat ini.
"Itu belum seberapa Bi, masih ada banyak yang lo nggak tau dari wanita ini. Apa lo nggak pernah curiga sama dia Bi?? Katanya Manager, tapi kok sering kelayapan di jam kerja"
Abi menatap Ana dengan dalam. Abi akan benar-benar menyesal selama hidupnya kalau sampai ada kebohongan Ana yang lainnya.
Ana menatap Anjas garang. Dia tidak akan terima jika Anjas semakin menyulut kemarahan Abi.
"Apa maksud mu Anjas!" Tajam Ana.
"Tentu lo tau apa yang gue maksud An" Sinis Anjas.
"Sayang, kamu jangan dengarkan Anjas. Dia memang nggak pernah suka sama hubungan kita dari dulu" Ana meraih tangan Abi namun lagi-lagi pria itu menjauhkannya.
"Oke aku ngaku salah kalau masalah tadi, tapi itu semua murni karena rasa cemburu. Aku mohon percaya sama aku sayang. Aku janji kalau aku nggak akan mengulanginya lagi"
Anjas ingin memukul kepala Abi saat ini kalau dia benar-benar kembali terhasut oleh Ana.
"Aku mau sendiri dulu, jangan ganggu aku!!" Abi berdiri ingin kembali ke kamarnya.
"Setelah ini aku mau pulang ke Jakarta, kamu datang ke sini sendiri, jadi pulanglah sendiri" Abi bahkan tak mau menatap Ana.
"Dan lo Njas, kita berkemas sekarang. Nanti kita akan pulang sama Sherin dan Nana. Mereka nggak mungkin kalau pulang dengan mobil sendiri saat hujan begini"
"Siap Bos"
Anjas tersenyum penuh kemenangan, apalagi melihat Abi yang meninggalkan Ana tanpa peduli sedikitpun.
Meski Anjas sempat ketinggalan dan tak sempat melihat apa yang terjadi pada mereka berdua. Tapi Anjas bersyukur karena mata Abi sudah terbuka. Akhirnya kebusukan Ana selama ini tercium juga oleh Abi.
"Bersiaplah menerima karma mu Cinderella gadungan" Ucap Anjas kemudian menyusul Abi yang sudah berjalan menjauh.