NovelToon NovelToon
"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

"Berbagi Cinta" 1 Hati 2 Aisyah

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Perjodohan
Popularitas:1.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: wheena the pooh

Ketika seorang perempuan tidak ingin mempermainkan sebuah pernikahan yang baru seumur jagung, Humairah rela berbagi suami demi mempertahankan seorang pria yang ia cintai agar tetap berada dalam mahligai yang sama.

Aisyah Humairah menerima perjodohan demi balas budi pada orangtua angkatnya, namun siapa sangka pria yang mampu membuatnya jatuh cinta dalam waktu singkat itu ternyata tidaklah seperti dalam bayangannya.

Alif Zayyan Pratama, menerima Humairah sebagai istri pertamanya demi orangtua meski tidak cinta, obsesi terhadap kekasihnya tidak bisa dihilangkan begitu saja hingga ia memberanikan diri mengambil keputusan untuk menikahi Siti Aisyah sebagai istri keduanya.

Akankah Alif adil pada dua
Aisyahnya? atau mungkin diantara dua Aisyah, siapa yang tidak bisa bertahan dalam hubungan segitiga itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wheena the pooh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

"Sayang," panggil Alif pada Humairah.

Ibu Aini tidak bisa menahan sesak di dadanya, ketika Alif menghampiri ia segera berdiri dan berlari masuk ke dalam rumah, ibu Aini menumpahkan tangisnya di kamar mandi agar tidak ada yang melihat.

Humairah mengerti bahwa ibunya sedang tidak baik-baik saja saat ini, biarlah ibu Aini mencari ruang untuk sekedar bernapas dan menetralisir perasaannya atas ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Humairah.

"Ibu kenapa?" tanya Alif heran.

Humairah tersenyum, ia berdiri dan turun dari gazebo mendekati suaminya yang telah basah dan kotor oleh lumpur kolam ikan.

"Ibu hanya terkejut atas takdir yang mengelilingi kita, semua akan baik-baik saja, ayo masuk, mandilah dulu."

Alif melihat ke arah pintu belakang rumah mertuanya dimana ibu Aini baru saja menghilang dari sana.

"Kau mengatakannya?"

Humairah mengangguk, "Tidak ada yang harus ditutupi lagi, kau tahu ibu sangat rindu dengan kak Aisyah, dalam diam ibu mendamba bertemu putri kandungnya, kita bisa memperbaiki hubungan ini mulai sekarang, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali."

"Lagi pula semua sudah berlalu, tidak ada gunanya menyesal, menyambung tali silaturrahmi yang lama terputus itu bisa mendatangkan rezeki. Contohnya saja sejak bertemu papa, uang jajanku bertambah dua kali lipat dari suamiku dan juga papaku," canda Humairah di akhir kalimatnya.

Alif tersenyum, lagi-lagi ia jatuh pada Humairah. Ia merutuki dirinya sendiri, kemana saja ia selama ini melewatkan seorang bidadari dalam pernikahannya, wanita cantik lagi baik luar dalam. Atas semua yang terjadi Humairah masih bisa menanggapinya dengan sebuah canda, tidak marah apalagi dendam.

Menerimanya yang pernah mengabaikan Humairah diawal pernikahan, menerima apa yang telah dilakukan ibu Aini dan Mayang dimasa lalu. Tidak semua orang bisa menerima dengan lapang dada, Alif saja ingin sekali memperkarakan hal ini jika tidak mengingat Humairah yang terus memberinya pengertian.

"Mas Alif!"

Humairah meronta saat Alif memeluknya memberi ciuman di pipi mulus istrinya.

"Jangan takut kotor, bukankah kotor itu baik?" goda Alif memeluk Humairah semakin erat.

Humairah terdengar bernapas kasar, pakaiannya ikut kotor dan amis oleh ulah Alif.

Ayah Ihsan sungguh bahagia melihat anak dan menantunya yang tampak mesra.

"Lepaskan, ayo masuk kita mandi!"

Alif terkekeh melihat wajah kesal Humairah, mereka masuk dan membersihkan diri beruntung Alif selalu menyediakan baju ganti di mobilnya, pun Humairah yang tentu memakai pakaian masa gadisnya yang masih tersimpan rapi di lemari kamarnya.

Makan sore dengan menu ikan bakar buatan ayah Ihsan, suasana canggung tercipta dari ibu Aini yang bahkan malu untuk menatap Humairah apalagi Alif.

Satu sisi ia bahagia melihat Humairah dan Alif membaik, namun satu sisi ia memikirkan Mayang, siapa yang akan menyangka putri kandungnya adalah madu sekaligus racun dalam rumah tangga Humairah, meski Alif mencintai Mayang sekalipun, ibu Aini bingung sekaligus dilema tentang semuanya, ini tidaklah semudah dan sesederhana yang Humairah katakan.

Tiba saatnya Humairah dan Alif pamit akan bermalam di hotel seperti perjanjian mereka kemarin.

Humairah memeluk ibunya sebelum pergi, ia membisikkan sesuatu.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, percayalah aku tidak akan bisa marah pada ibu, aku akan bawa kak Mayang untuk bertemu ibu lain waktu, kita bisa memulai semuanya dengan baik. Percaya padaku," ucap Humairah disela pelukannya.

"Humairah," lirih ibu Aini tidak mampu berkata-kata lagi.

Setelah mengucapkan salam, Alif dan Humairah meninggalkan rumah ibu Aini dan ayah Ihsan yang sebenarnya masih merindukan Humairah untuk berlama di sana.

Alif terus tersenyum sepanjang perjalanan.

"Mas Alif," panggil Humairah saat melihat ponsel suaminya berdering ada panggilan masuk.

"Jangan pedulikan, kita tidak ada yang boleh mengganggu malam ini, siapapun itu termasuk kak Mayang mu," jawab Alif mematikan ponselnya saat melihat nama Aisyah di sana.

Humairah tersenyum namun juga merasa kasihan pada madunya karena tidak diterima panggilannya bahkan sejak kemarin.

"Kenapa tidak dijawab saja, bicara baik-baik jika kau sedang bersamaku. Atau kau takut kak Aisyah tahu kita sedang berdua saat ini? Bukankah malam minggu sebelumnya kau terbiasa bersamanya?"

"Akan bersama mu di malam-malam minggu berikutnya, aku mencintaimu sayang.... Tidak butuh alasan untukku menolak panggilan dari siapapun yang ku mau. Biarlah urusan tentangnya akan ku selesaikan jika dia pulang nanti," jawab Alif menoleh istrinya sekilas, ia bicara begitu enteng seperti tanpa beban.

"Memangnya kau mau apa?"

"Aku mau anak, kita akan buat anak malam ini," goda lelaki itu lagi.

Humairah menatap kesal.

"Aku bicara tentang---"

"Jangan bicarakan tentang siapapun jika berdua, itu rumusnya. Sudah jangan dipikirkan."

Alif menyela seraya mencubit gemas pipi Humairah.

Sampai pada mereka tiba di hotel, Alif membawanya ke kamar yang sudah ia siapkan untuk malam panjang mereka malam ini.

Humairah menutup mulutnya saat pintu kamar terbuka, ia menoleh pada suami yang memeluk pinggangnya dengan sikap posesif.

Bagaimana tidak terkejut, kamar mewah itu disulap seperti kamar pengantin, ditaburi ribuan kelopak mawar merah hampir diseluruh lantai hingga ranjang.

"Kau suka?"

"Apa ini tidak terlalu berlebihan, kita bukan pengantin baru...."

"Kau pengantinku malam ini."

Humairah berjalan mendekati ranjang yang terdapat sebuah lingerie berwarna pink salem terbentang di sana, Humairah menoleh pada suaminya lagi.

"Mas Alif?"

Seakan tahu arti dari tatapan sang istri Alif hanya bisa menjawab, "Ini ku suruh sekretaris ku yang belikan."

"Ingin aku memakainya?" goda Humairah setelah memberi kecupan bibir yang mesra pada suaminya, ia bahkan tidak tahu mengekspresikan perasaannya saat masuk kamar tadi, Alif benar-benar memperlakukannya dengan romantis malam ini. Lalu perempuan itu meletakkan tas kecilnya di atas meja yang berada di sudut ruangan lalu. kembali mendekati Alif lagi.

"Jika kau tidak keberatan, aku ingin malam ini sempurna untuk kita."

"Aku akan memakainya, tunggulah sebentar."

Humairah meraih lingerie seksi itu dan berjalan menuju kamar mandi, namun Alif tidak melepaskan genggaman tangannya.

"Ingin ku bantu?"

Humairah terkekeh, "Dengan senang hati," jawabnya singkat seraya menarik tangan Alif untuk mengikuti langkahnya ke kamar mandi.

Dalam kamar mandi.

Alif membantu Humairah menanggalkan pakaian lengkapnya sampai membantu pula istrinya itu memakai lingerie pink salem yang mampu membuat Alif terdiam dan terpaku menatap pantulan bayangan Humairah di cermin.

"Kau terpesona?"

"Sangat."

"Apa ini cocok di tubuhku?"

"Kau tampak cantik dalam balutan apapun sayang, kau sempurna Humairah."

Alif mengeluarkan sesuatu dari saku celananya sebuah kotak perhiasan.

"Mas Alif?"

Alif memakaikan sebuah cincin berlian di jari manis tangan kanan istrinya.

"Humairah, aku melamarmu kembali.... Melamar dengan perasaanku bukan dari campur tangan mama seperti dulu, aku benar-benar ingin pernikahan kita mulai dari awal lagi, kau dan aku, hanya kita berdua. Aku menyesal dengan masa yang sudah kau lalui, aku akan menebusnya dikehidupan kita setelah ini, aku berjanji Humairah, untuk kali ini ku mohon percaya padaku."

Alif berkata seraya berlutut, ia mengucapkan janji dengan wajah yang serius dan perasaan terdalam, namun tidak Humairah. Istrinya itu malah ingin tertawa.

"Sayang, ini kamar mandi."

Alif tersentak, barulah ia menyadari dimana mereka saat ini. Pria itu mengusap kuduknya malu.

Humairah menuntun Alif untuk berdiri lagi.

"Baiklah, lamaranmu ku terima... Ayo keluar, ini kamar mandi bukan tempat yang tepat untuk adegan romantis."

Alif tersenyum, ia meraih wajah Humairah, mereka berciuman sambil Alif menuntun istrinya keluar kamar mandi.

Mesra sekali layak pasangan pengantin baru yang akan menikmati malam pertama saja, Humairah mengingat pula bagaimana malam pertamanya dulu bersama Alif.

Di hotel dan kamar yang mewah seperti ini namun belum ada cinta saat itu, berbeda apa yang ia rasakan saat ini, mencintai suaminya sepenuh hati. Pun Alif, Humairah mulai yakin bahwa suaminya memang telah memberikan hati padanya.

Lama terlarut dalam ciuman panjang nan bergairah, Humairah melepas tautan bibir mereka sejenak.

"Apa butuh ranjang secepat ini? Baru pula pukul delapan malam," ucap Humairah sambil mencium pipi Alif dengan gemas.

Alif terkekeh, "Aku masih ada kejutan untukmu."

"Benarkah? Oke mana tunjukkan padaku, sayang aku rasa kau menyiapkan semua ini dengan baik, terimakasih," balas Humairah lagi-lagi suka sekali mencium pipi suaminya.

Alif menjawab pelan, "Aku ingin jadi pria romantis untukmu, kau pantas diperlakukan layak permaisuri."

"Memang ada raja bernama Alif?" canda Humairah. Mereka terkekeh bersama.

"Sayang, aku rasa badanmu tampak berisi," ucap Alif menatap istrinya dari atas sampai bawah.

"Aku juga merasa hal yang sama, aku banyak makan akhir-akhir ini. Apa mas Alif keberatan aku gemuk?"

"Kau sempurna dalam tubuh apapun, gemukpun aku tetap cinta. Kau cukup berisi, apalagi bagian ini."

Alif memainkan dada Humairah, segera dipukul istrinya tangan pria itu yang kian menggoda.

"Kau membuatku gila Humairah."

"Aku baru tahu ternyata orang gila pandai merayu," balas Humairah, mereka saling melempar tatap hingga kembali berciuman dengan napas yang menderu biru mengantarkan detik demi detik malam minggu yang akan segera berlalu.

"Mana kejutannya?" tagih Humairah lagi setelah puas bermain bibir.

"Aku bahkan melupakan banyak hal jika bersamamu sayang, ayo kemarilah.... Kau pasti suka."

Alif menuntunnya ke arah balkon. Membuka pintu lalu memberikan Humairah melewatinya.

Kembali istrinya menutup mulut.

"Mas Alif?"

Alif mengangguk ikut tersenyum.

"Ingin mainkan untukku?"

Humairah mengangguk semangat, ia berjalan mendekati piano yang terdapat di balkon kamar mereka setelah memberi Alif sebuah ciuman bibir yang begitu dalam.

"Aku mencintaimu sayang, terimakasih ini malam sempurna untukku."

Humairah segera duduk, mulai menyentuh tuts tuts piano kegemarannya, jari-jari lentik nan mulus itu mulai memainkan bakatnya dalam bermusik.

Meski kurang pandai bernyanyi, namun Humairah sungguh lebih mahir memainkan piano.

Musik mulai dimainkan, Alif tertegun dan terkagum kagum saat melihat istrinya bermain alat musik itu, pria itu berdiri tidak jauh dari sana dengan tangan ia masukkan ke dalam saku celana.

Sesekali Humairah menoleh pada suaminya, pria yang hanya memakai kemeja putih polos dengan tiga kancinga atasnya yang terbuka.

Mereka saling melempar tatapan penuh cinta. Sampai Humairah menyetel mode berputar otomatis hingga musik tetap menyala namun ia berdiri mengulurkan tangan pada suaminya.

"Ingin berdansa?"

Alif tersenyum, ia menerima tangan istrinya lalu segera menangkap tubuh Humairah hingga menempel.

"Kenapa Soledad? Bukankah lagu ini sedih?"

"Aku suka lagu-lagu sedih, entahlah aku sedang mood dengan musik Soledad. Penuh makna, dalam dan sedih.... Aku suka lagu-lagu sedih," jawab Humairah tersenyum.

Mereka bergerak dengan tarian dansa seirama dengan musik yang mengalun merdu nan sedih namun raut mereka bahagia bahkan sangat bahagia, Alif mahir berdansa pun dengan Humairah yang mampu mengimbangi suaminya dalam gerakan.

"Kau juga bisa menari?"

"Aku pernah les menari sejak kecil, sebelum hilang dan berpisah dari orangtuaku."

"Humairah."

"Iya mas Alif."

"Aku mencintaimu, hidup denganku hingga lanjut usia?"

"Aku akan mendampingi mu hingga kakek-kakek."

Kembali berciuman panjang, menikmati malam minggu yang bahkan terlewati beberapa purnama sebelum pada akhirnya membentuk sebuah kebahagiaan yang tiada tara seperti malam ini.

Disaksikan deru angin yang bertiup membelai wajah dengan lembut, lampu kemerlap yang ditampilkan oleh gedung-gedung pencakar langit dalam pandangan mereka yang tengah berada di lantai tinggi, sungguh setiap kota akan terlihat dari arah mereka saat ini.

"Malam yang sempurna yang akan sering kita lalui nanti."

Humairah hanya menjawab lewat kecupan demi kecupan yang ia layangkan untuk suaminya tercinta.

Seperti inilah pernikahan Yang Humairah impikan, hanya ingin Alif punya waktu untuk melewati malam bersamanya dalam bingkai rumah tangga yang sakinah meski harus berbagi cinta.

"Aku tidak bisa menahannya Humairah," ucap Alif dengan dada memburu.

Istrinya tersenyum, "Aku milikmu mas Alif," jawab Humairah, mereka sama-sama saling meraih dalam kemesraan hingga mencapai ranjang.

Selebihnya hanya mereka yang tahu cara menikmati keintiman suami istri rasa pengantin baru, gairah yang menggebu, cinta yang memburu. Seterusnya hanya suara desah dan lenguhan entah dari mulut siapa, Humairah dan Alif menyatu di ranjang yang dipenuhi kelopak mawar.

****

Humairah tahu jika Alif akan cukup lama berada dalam kamar mandi, ingin mengurangi kebosanan, ia membuka sosial medianya yang telah lama tidak ia mainkan.

Duduk di kursi balkon, kamera diaktifkan. Karena banyak permintaan dari teman kampus dan beberapa seniornya di kantor Alif yang ia abaikan beberapa minggu ini agar dirinya membuat tutorial make up.

Live Instagram akunnya pun dimulai, meski hari masih pagi namun karena semangat Humairah memutuskan untuk kembali ke dunia maya sejenak.

"Hallo, Assalamualaikum semuanya.... Maaf sekali pesan kalian baru ku buka hari ini, aku sibuk skripsi sayang-sayang aku semuanya. Baiklah untuk menjawab tantangan dari sahabatku Lola yang ingin aku buat video live tutorial make up bangun tidur, eh bingung? Bangun tidur bisa langsung cantik, ayo kita coba."

Begitulah Humairah memulai sapa menyapa penggemarnya yang cukup banyak di dunia maya. Karena Humairah jarang aktif akhir-akhir ini jadi live nya kali ini cukup ramai penonton terutama sebagian penggemar dan pengikutnya adalah sesama mahasiswa dan teman sekelasnya di kampus, ditambah lagi orang-orang kantor suaminya juga menjadi pengikut Humairah di Instagram karena pernah magang di sana.

"Oke, kita mulai...."

Humairah tersenyum saat melihat ada nama akun Aisyah madunya yang juga telah menjadi pengikutnya sejak menikah itu juga sedang menontonnya saat ini.

Ada ratusan mata dan ketikan komentar yang menunggu aksinya dalam merias wajah.

Namun belum juga Humairah mulai dengan tutorialnya, tangannya baru akan membuka tas berisi alat-alat make upnya ternyata Alif muncul dari arah belakang menghampiri istrinya meraih wajah Humairah mencium pipi mulus yang masih polos belum tersentuh make up itu dengan mesra, cukup lama pula.

Humairah yang terkejut hanya bisa membesarkan matanya, bagaimana adegan itu terlihat jelas di hadapan kamera ponselnya yang tengah online, Alif mencium pipi Humairah berhasil muncul di livenya pagi ini.

Semua terkejut, semua mata menoleh dengan seksama pada layar yang ditampilkan.

Humairah menutup mulutnya, ia berdiri dari kursi lalu menghadap suaminya tanpa ia menyadari live itu masih terus berlangsung.

Alif yang hanya memakai handuk melilit pinggang itu tampak cuek.

"Mas Alif, aku sedang live!"

"Memang kenapa?"

"Sayang, mereka tidak ada yang tahu jika aku sudah menikah."

"Akan tahu setelah ini," jawab Alif santai, ia bahkan menggoda Humairah dengan mencium bibir istrinya lagi.

Tanpa mereka sadari percakapan itu meski sayup namun dapat di dengar oleh penonton live milik Humairah tersebut.

Terlebih mata seorang perempuan yang akan pulang nanti malam. Aisyah alias Mayang Sari tengah meradang luar dalam, suami yang mengabaikan pesan dan panggilannya itu rupanya tengah bermesraan dengan istri pertamanya dipagi buta seperti ini.

Matanya merah, tangannya tergenggam dengan kuat seraya menggeram.

"Beraninya kau Humairah."

*****

Eh ini malam rabu bukan malam jumat ya.... 😁😁😁

1
Ayu_Lestary
Aduhh, bisa²nya salah masuk toilet 🤦🏼‍♀️
Sri Puryani
calon pelakor dtg ...eng ieng ...
Sri Puryani
kenapa alif yg jujur pd arya kan sdh disrh jujur biar arya tahu klo humairah istrinya....oon bgt sih alif nyari penyakit
Yuna Ningsih
Mayang gak takut karma sama ibu kandungnya
Yuna Ningsih
ini orang jahat banget ya, perbuatan jahatmu akan balik lagi kepadamu
Yuna Ningsih
terimakasih Thor, membuat aisah Humairah bahagia, semoga cepat dikasih momongan
Yuna Ningsih
Iyah bener Thor harus ada imbalan sesuai dengan perbuatannya,bls Thor aku mendukungmu /Good/
Yuna Ningsih
dasar anak tak tau diri
Yuna Ningsih
dasar ci Mayang jahat,nanti bakal ada balasannya
Sri Puryani
kenapa alif gk nyoba mendekati sih....klo cinta hrs usaha dong...
Yuna Ningsih
mudah2an kesabaran Humairah berbuah manis
Yuna Ningsih
pasti akan menyesal bila Alip melepaskan Humaira,belum tentu Aisah sebaik Humaira
Yuna Ningsih
Alip kamu blm bisa adil sama istri tuamu
Sri Puryani
kenapa alif gk jelasin klo itu ulah aisyah sih....
Sri Puryani
gimana klo mayangnya kecelakaan aja trus meninggal? 🤭
Sri Puryani
untung ayah ihsan orang baik klo tdk hidup humaira bs sengsara
Sri Puryani
gk tau aja humaira klo si mayang bs jd mak lampir
Yuna Ningsih
Thor jangan bikin Humaira disakiti terus,aku jadi nyesek
Yuna Ningsih
/Sob//Sob//Sob/
Yuna Ningsih
adil dari mana alip
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!