EKSKLUSIF HANYA DI NOVELTOON.
Jika menemukan di tempat lain artinya plagiat. Tolong laporkan🔥
Baru dua bulan menikah, Arumi Safitri harus rela mengikhlaskan kepergian suaminya yakni Letda Laut (P) Yuda Kusuma yang meninggal dalam tugas. Pahami jati diri sebagai prajurit angkatan laut bahwa air yang memiliki semboyan wira ananta rudira, yaitu tabah sampai akhir.
Hidup Arumi selepas kepergian suaminya, diterpa banyak ujian. Dianggap pembawa sial oleh keluarga suaminya. Ada benih yang ternyata telah bersemayam di rahimnya, keturunan dari mendiang suaminya. Beberapa bulan kemudian, Arumi terpaksa menikah dengan seorang komandan bernama Kapten Laut (E) Adib Pratama Hadijoyo hanya karena kejadian sepele yang menyebabkan para warga salah paham dengan mereka berdua.
Bagaimana kehidupan pernikahan Arumi yang kedua?
Apakah Kapten Adib menjadi dermaga cinta terakhir bagi seorang Arumi atau ia akan menyandang status janda kembali?
Simak kisahnya💋
Update : setiap hari🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Sebuah Janji
Malam ini sepasang pengantin baru itu tidur di ranjang yang sama. Namun dalam kondisi saling berjauhan dan memunggungi. Ranjang king size di hotel bintang lima tersebut menjadi saksi bisu bahwa keduanya tak melakukan ritual apa pun yang spesial di malam pengantin.
Seperti yang biasa dilakukan oleh pengantin-pengantin lainnya di luar sana. Bahkan hanya sekedar mengecup kening pun tidak ada. Adib berusaha menghargai dan menghormati Arumi. Karena terlihat sangat jelas jika Arumi memberi jarak yang sangat terbentang jauh untuknya.
Adib berusaha sabar untuk hal itu. Ia tak ingin memaksa Arumi. Jika memang sudah waktunya dan diizinkan oleh pemiliknya, maka ia akan menyentuh istrinya lebih dalam seperti suami istri pada umumnya di luar sana. Lagi pula saat ini Arumi juga masih dalam kondisi hamil darah daging mendiang Yuda.
Hingga menjelang pukul dua dini hari, keduanya pun sesungguhnya belum bisa tidur dengan nyenyak usai perbincangan yang sangat serius.
"Apa kamu harus tetap tinggal di rumah itu, Rum?" tanya Adib dengan nada lembut.
Walaupun sejujurnya dalam hati, Adib cemburu mendengar permintaan Arumi tersebut.
"Iya, Mas. Aku masih butuh waktu untuk menerima kondisi kita berdua saat ini. Aku harap Mas bisa mengerti. Terlebih aku juga memiliki janji pada mendiang Mas Yuda di masa lalu," jawab Arumi lirih dan terdengar sendu.
Air matanya tak mampu ia bendung. Namun tak lama ia langsung menyekanya.
"Janji apa, kalau boleh aku tahu ?"
Arumi pun menceritakan apa adanya secara jujur pada Adib mengenai janji tersebut.
Saat itu ketika tahun pertama ia dan Yuda resmi menjadi sepasang kekasih yang serius, Yuda memberikan kejutan untuk Arumi. Ternyata Yuda sudah membeli dan menyiapkan sebuah rumah impian untuk Arumi yang rencananya akan ditempati oleh keduanya di masa depan setelah resmi menikah.
Arumi tentu bahagia sekaligus terkejut melihat rumah itu. Ia tak menyangka jika Yuda sudah menyiapkan hal penting ini jauh-jauh hari untuknya. Padahal saat itu mereka berdua belum kepikiran kapan akan menikah.
"Bukankah kamu masih mencicil utang atas pengobatan mendiang ayahmu, Mas."
"Soal itu enggak lama lagi akan lunas kok. Mumpung waktu itu saat pihak marketing nawarin rumah ini ke aku, harganya masih promo. Jadi, uang muka dan cicilannya murah kok, Rum. Biar nantinya ketika kita berdua resmi menikah, sudah punya rumah sendiri. Enggak perlu ngekos atau kontrak rumah terus," tutur Yuda.
"Kan kita nikahnya juga belum tahu kapan, Mas. Kata kamu, keluargamu masih butuh banyak biaya. Jadi kita belum tahu akan nikah berapa tahun lagi. Apa nanti kamu enggak repot bayar ini itu? Terus sekarang ketambahan bayar cicilan rumah ini,"
"Tenang saja, Rum. Semua sudah aku perhitungkan kok. Aku juga berusaha sehemat mungkin untuk biaya hidupku sehari-hari saat ini. Nanti ketika kita sudah menikah, kamu harus janji untuk terus menjaga rumah ini dengan baik dan tinggal di sini. Melahirkan dan membesarkan anak-anak kita. Selalu setia menungguku pulang,"
Arumi semakin kagum dengan kegigihan Yuda tersebut padanya. Yuda ternyata sudah membeli rumah itu ketika mereka berdua pertama kali resmi sebagai sepasang kekasih. Namun, Yuda baru memberikan kejutan tersebut sebagai hadiah anniversary jadian mereka yang pertama. Senyum pun terbit di wajah Arumi saat itu.
"Iya, Mas. Arumi janji akan selalu mencintaimu seumur hidupku, setia padamu, dan menjaga rumah ini dengan baik." Janji itu pun terucap dari bibir Arumi.
"Jika nanti aku meninggal lebih dulu daripada kamu, aku titip ibuku ya Rum. Walaupun sifat ibu sedikit keras kepala, tapi aku pastikan padamu bahwa ibu sesungguhnya orang yang baik. Aku yakin beliau pasti bisa memberikan kasih sayangnya untukmu dengan baik seperti dia menyayangiku. Jika ibu marah, jangan kamu masukin ke hati. Tolong maafkan jika nanti di masa depan, ibu banyak salah padamu." Arumi pun mengangguk dan mengiyakan permintaan Yuda padanya kala itu.
Arumi tak mampu menolak permintaan Yuda tersebut. Terlebih Yuda telah banyak menolongnya. Baik sebelum keduanya resmi berpacaran maupun setelahnya.
☘️☘️
Begitu besarkah rasa cinta Arumi untuk mendiang Yuda ?
Apakah tak ada ruang tersisa di hati Arumi untuknya yang kini berstatus sebagai suami ?
Oh, sungguh hati Adib yang sebelumnya berbunga-bunga karena telah menikah dengan Arumi, mendadak kembang api cintanya yang berletupan itu mulai dilanda krisis dan rasa pesimis.
Apakah rasa cintanya untuk Arumi bisa bersaing dengan cinta Yuda Kusuma yang sudah meninggal dunia ?
Akan tetapi, hati kecilnya selalu menyemangati dirinya untuk tetap yakin bahwa rasa cintanya pada Arumi sejak dulu hingga sekarang tak pernah berubah. Dan tak ada yang salah jika ia mencintai Arumi di masa lampau hingga sekarang dan selamanya.
Seperti kata pepatah "witing tresno jalaran soko kulino", artinya kurang lebih adalah cinta hadir karena terbiasa.
Ia berharap seiring berjalannya waktu, Arumi bisa membalas cintanya sehingga tak terus bertepuk sebelah tangan.
Sekeras apapun batu itu, tetesan air secara terus-menerus pasti mampu melunakkannya suatu hari nanti.
Ya, ia berusaha optimis bahwa Arumi bisa mencintai dirinya juga.
☘️☘️
Pagi pun tiba, saat ini jam menunjukkan pukul lima pagi. Kelopak mata Arumi perlahan mulai terbuka. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan sebuah helaan napas berat keluar dari bibir Arumi. Pandangannya tetap sama. Ternyata dirinya tidur di hotel bukan di kamarnya sendiri yang ada di rumah.
Entah mengapa pagi ini dirinya begitu malas untuk bangun. Berharap pernikahan antara dirinya dengan Adib hanyalah sebuah mimpi belaka. Namun ternyata hal itu bukan mimpi tetapi kenyataan yang harus ia jalani. Mau tidak mau.
Arumi pun memberanikan diri untuk menoleh ke arah sampingnya. Tiba-tiba...
"Kok kosong? Ke mana Mas Adib? Apa dia sedang di kamar mandi?" batin Arumi seketika berkecamuk resah karena sepagi ini Adib ternyata sudah bangun lebih dulu daripada dirinya dan tak ada di ranjang mereka.
Rasa bersalah mendadak menyergap hati Arumi. Ia langsung bangun dan berjalan perlahan menuju kamar mandi. Saat didekati, ternyata pintunya sudah dalam kondisi setengah terbuka. Ia pun memberanikan diri membuka pintu kamar mandi lebih lebar. Dan hasilnya nihil. Adib tak ada di dalamnya.
"Mas Adib ke mana ya? Apa dia kecewa sama keputusanku? Apa dia marah karena aku belum bisa menjadi istri yang baik untuknya lalu dia memilih pergi tanpa pamit?" cicit Arumi lirih yang terdengar sangat cemas.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Ngomong2 lokasi setting novel kota J itu dimana ya thor? mohon di jawab, hatur nuhun.