NovelToon NovelToon
Where Are You?

Where Are You?

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen School/College / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Persahabatan / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Agnettasybilla

Kalea Ludovica—murid paling keras kepala seantro SMA Bintang dan salah satu murid yang masuk dalam daftar jajaran murid paling disegani disekolah. Masa lalunya yang buruk karena sering dikucilkan keluarga sampai kematian sang adik membuatnya diusir dari rumah ketika masih berusia tujuh tahun.
Tuduhan yang ia terima membuat dirinya begitu sangat dibenci ibunya sendiri. Hingga suatu ketika, seseorang yang menjadi pemimpin sebuah geng terkenal di sekolahnya mendadak menyatakan perasaan padanya, namun tidak berlangsung lama ia justru kembali dikecewakan.

Pahitnya hidup dan selalu bertarung dengan sebuah rasa sakit membuat sebuah dendam tumbuh dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agnettasybilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

...~Happy Reading, dear~...

...***...

Esok harinya

Memakan makanan milik orang lain tanpa seizin yang punya membuat Kalea dirundung rasa bersalah untuk kedua kalinya.

Setelah kejadian kemarin, ia benar-benar tidak siap melihat sahabat kakaknya menatap dirinya. Namun, kali ini gadis dengan kunciran rambut bak ekor kuda itu berusaha menghilangkan perasaaan itu dari dalam benaknya.

Kalea menggerutu seketika saat dasinya tidak menggantung di kerah seragamnya. Kelakuannya sepagi ini tidak lepas dari pandangan Letta bersandar disisi meja dengan tangan melipat di depan dada.

"Sampai lo robek itu tas, dasi lo gak bakalan ketemu Lea. Bilang ajah lo lupa pakai dasi dari rumah. Kebiasaan lo gak akan berubah juga Lea. Lo selalu saja teledor."

Kalea memanyunkan bibirnya. Ia melirik dengan tatapan tidak suka karena ejekan Letta yang menusuk hatinya.

"Seingat gue tadi pagi gue pakai dasi Let, tapi... kenapa sekarang dasi gue malah gak ada."

"Lea, Lea... kalau ada pastinya ada di leher lo itu. Masa dasi lo punya kaki. Udah deh kita ke lapangan ajah," kata Letta membuat Kalea pasrah dan mengikuti langkahnya.

"Tapi gue pakai apa? Gue gak mau di hukum karna masalah sepele gini."

"Itu tahu masalah sepele. Kenapa lo tinggalin dasi lo? Mana hari ini guru piketnya killer lagi..."

"Udah deh, kita ke lapangan ajah. Ana udah nungguin kita disana, yok!"

"tapi dasi gue Let... " Kalea spontan berjongkok di lorong kelasnya, membuat Letta geram sendiri. Namun kekesalannya mendadak hilang ketika orang yang seharusnya ia hindari berdiri tepat di belakang Kalea.

Tanpa gadis itu sadari, sebuah dasi menggantung di lehernya. Letta menyaksikan itu semua.

"Pakai dasi gue dulu Lo masih baru disini, masa iya langsung kena hukum, kasian..." ujar GS.

Kalea yang kenal suara itu mendongak dan melongo tidak percaya menatap kehadiran cowok itu begitu dekat padanya.

Tidak sampai disitu saja, dengan keberanian penuh Kalea bangkit berdiri tegak— mulai menatap penampilan Gabriel dari atas kepala hingga ujung sepatu putihnya yang bersih.

"Lo malu-maluin gue ajah... Lo terus berulah Lea," bisik Letta.

"Gue ngga tau kalau akan jadi begini..." Letta menghela napas panjang. Ia kembali melirik cowok disampingnya.

"Gak papa kalau gue pakai dasi kakak?" tanyanya menatap Gabriel tidak percaya.

"Pergi sana! Lo mau di hukum karena telat baris?" Kalea menggeleng. Setelah mengatakan itu GS memilih berlalu menuruni anak tangga dengan langkah cepat.

"Jangan sampai mata lo keluar karena liatin itu cowok ya..."

"Hah?" beo Kalea.

Mendengar itu Letta menepuk jidatnya pelan. "Sini-in ah, biar gue yang pasangin!"

Tangan Letta begitu lihai memasang dasinya. Untung saja dasi setiap murid laki-laki dan perempuan sama. Keduanya pun buru-buru turun dari lantai dua menuju lapangan yang sudah ramai akan murid SMA Bintang.

"Lama benar sih lo berdua..." sosor Ana pada Kalea dan Letta yang baru saja tiba dari barisan belakang. Lea berdiri diantara Letta dan Ana.

"Lo tanya nih sama ini anak. Katanya dasinya ada dalam tas, tau-taunya zonk," seru Letta.

"Untung kak GS lagi mode baik dengan santainya pinjamkan dasinya sama Lea, kalau kagak teman kita ini bakalan jadi ikan asin di depan sana. Dihukum Bu Salsa," jelas Letta.

Kalea berusaha tidak mendengar ocehan sahabatnya itu dan memilih menatap lurus petugas upacara yang berbaris didepan sana.

Waktu pun terus berjalan. Kini kepala sekolah siap memberikan amanat dari depan, namun Kalea mendadak kesal ketika Ana bersuara dalam barisan.

"Sekian dan terimakasih," ujar kepala sekolah mengakhiri pidato singkatnya yang tampak membuat semua murid menghela napas.

Senin adalah hari dimana razia besar-besaran di lakukan oleh guru BK, Bu Salsa. Guru yang suka menyiksa anak murid yang tidak taat akan aturan. Tapi biar demikian, kaum laki-laki sudah terbiasa dengan hal itu.

'Bukankah aturan untuk dilanggar' begitulah kalimat yang selalu mereka lontarkan saat menerima hukuman.

"Seluruh siswa kami yang tidak memakai atribut sekolah, silakan maju dan jangan coba-coba keluar dari barisan," seru Bu Salsa dari depan podium.

Sorak-sorai mulai bersahutan di lapangan sekolah setelah mendengar penuturan dari depan. Barisan yang tadinya rapi kini sudah berantakan.

Sementara dibarisan lain tepatnya barisan anak kelas dua belas, Adit mulai mengundang keributan.

"Apes bangat hidup gue pagi ini... Udah pidato si botak lama, sekarang kena hukum juga gara-gara topi gue ketinggalan dikelas," gerutu Adit kesal.

"Sejak kapan kelas pakai topi?" sindir Haris membuat Adit menatap sinis padanya.

"Lo—wah, sekali ngomong langsung nyinyirin gue ya.""

"Cuman bilang doang," sahut Haris santai. Ia tidak tahu bagaimana nasibnya kalau ketahuan tidak lengkap di hadapan Bu Salsa.

"Bukan cuma lo doang Dit, gue juga gak lengkap," timpal Bobby.

"Eh-eh! ngapain lo maju?!" tanya Bobby menarik seragam GS.

"Lo gak lihat?" jawab GS membalikkan badannya. Adit segera memeriksa bagian mana yang membuat temannya itu maju ke depan sana.

"Dasi lo mana? Tumben-tumbenan lo gak lengkap..."

"Gue kasih pinjam sama tuh anak baru—Kalea ya namanya..." Jawaban ketusnya membuat Zion dan lainnya terheran-heran. Baru kali ini loh GS mau melakukan hal yang tidak pernah ia mau.

"What, setan apa yang rasukin lo sepagi ini!" ujar Bobby heran.

"Biasanya lo gak pernah baik sama orang, kenapa mendadak,"

"Berisik lo!" ketus GS kemudian melangkah maju membuat teman-temannya tak habis pikir dengan kelakuannya.

GS sekilas tampak menoleh mencari keberadaan gadis itu diantara barisan anak kelas sebelas. Sayangnya, ia tidak menemukan keberadaan sosok itu disana.

"Yok lah, yok. Kali ajah hukuman kita jadi ringan gara gara itu anak," ujar Adit melihat GS berjalan mengikuti murid lain yang tidak lengkap.

"Sekali lagi kami umumkan bagi anak didik kami yang merasa tidak lengkap silahkan maju!!"

"Buta iya itu guru! Gak lihat apa kita bertiga udah jalan kayak artis papan atas gini," ujar Adit seraya menyugar rambut hitam tebalnya.

***

Letta bersandar di bahu kanan Kalea. "Lihat noh, orang yang nolongin lo lagi dihukum di depan," kata Letta kepada Kalea lewat ekor matanya.

Kalea hanya bisa menatap cowok itu dari balik tubuh teman-temannya yang tinggi.

Sebelum beranjak dari barisan, Kalea dan GS sempat saling pandang tidak sengaja membuat GS menarik kedua sudut bibirnya membuat Kalea mengerutkan dahi, gadis itu heran lalu mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kalian bertiga tidak pernah tidak melanggar aturan! Kamu juga Gabriel, dasi kamu kemana?!" tanya Bu Nining berkacak pinggang di hadapan mereka.

Rupanya kali ini ketiga cowok itu tidak dihadapkan dengan Bu Salsa melainkan Bu Nining, salah satu guru BK yang sangat familiar di kalangan murid laki-laki karena tidak memberi hukuman ringan pada murid yang melanggar peraturan.

"Pastinya hilang Bu, kalau ada gak mungkin saya berdiri disini," kata GS. Ia berusaha membuang ingatan yang mengingatkannya tentang Bu Nining, guru killer di SMA Bintang. Seribu alasan apapun tidak akan membuatmu selamat dari hukuman beliau.

"Hilang? Besok-besok kepalamu juga hilang kalau tidak bisa kamu jaga."

Kesabaran Bu Nining sudah habis. Tidak pernah sekalipun anak muridnya itu tidak melanggar aturan. Buku dosa miliknya penuh dengan nama mereka.

"Yaelah, Bu omongan itu sebagian dari doa loh. Gak baik ngatain orang kayak gitu. Emangnya Ibu mau lihat murid ibu gak punya kepala," sosor Adit membuat Bu Nining menarik napas panjang.

"Diam kamu Adit! Saya tidak berbicara dengan kamu. Lihat rambut kamu itu, apa tidak bisa dipotong biar lebih rapi lagi..." Bu Nining berseru.

"Namanya juga gaya Bu. Ibu ajah ke sekolah pakai gaya, kan?"

"DIAMMM!! KAMU ITU YA..." geram beliau mendengus.

"SEKARANG KALIAN BERSIHKAN HALAMAN BELAKANG SEKOLAH, SE-KA-RA-NG!" titah Bu Nining dengan suara meninggi. Belum juga Bu Nining beranjak dari sana, GS sudah berlalu dengan kedua tangan di saku celana abu-abunya.

"Ngapain sih lo lawan omongan Bu Nining. Lo kan tahu Bu Nining ada gilanya dikit," kesal Bobby mulai menyapu halaman penuh dengan dedaunan jatuh di tanah.

Kini mereka bertiga sedang membersihkan dedaunan yang terjatuh diatas rumput belakang sekolah.

"Suka ajah lihat Bu Nining marah-marah gitu, lo gak lihat, keriput tebal di sudut matanya. Udah tua begaya layaknya anak muda," timpal Adit.

Satu jam lebih mereka membersihkan halaman belakang. Mau tidak mau, GS memungut semua dedaunan lalu memasukannya dalam tempat sampah. Setelah di rasa pekerjaan mereka siap, ketiga cowok itu pergi membersihkan diri ke toilet.

"Kapan iya gue bisa kayak Haris sama Zion. Mereka gak pernah dihukum, gue jadi iri!" ujar Adit menatap pantulan dirinya di kaca.

"Kesambet lo ngomong gitu," timpal Bobby.

"Sadar gak sih lo berdua, kita tiga ajah yang terus di hukum kayak gini. Sebagai senior gue jadi malu bangat." GS berdecak. Apa temannya itu baru sadar selama ini kelakuannya gak pernah teratur.

"Diem diem bae lo, kenapa? lo ribut lagi sama bokap?" tanya Bobby melihat GS sedang bersandar di tembok.

"Engga papa. Udah ayok, tempat biasa." GS keluar setelah dirasa ia sudah membersihkan tangannya.

Bobby langsung menyiku lengan Adit yang sedang berkaca merapikan penampilannya.

"Ngapain lo nanya kayak gitu, njir! Masalah terbesar dia masih masalah yang sama, jadi lo gak usah ungkit lagi," kata Adit kepada Bobby.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!