My Teacher Husband

Selama berada di perjalanan, Keyla dan Lio sama-sama diam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka berdua.

Keyla lebih memilih fokus menatap ke luar jendela, sedangkan Lio fokus menatap ponsel pintar miliknya.

"Bilang sekarang atau nggak sama sekali, Key. Siapa tahu pak Lio mau membatalkan pernikahan ini," gumam Keyla dalam hati sembari melirik Lio.

Keyla menarik nafas panjang kemudian menghembuskan nya dengan perlahan.

"Keyla... Pak." mereka berucap bersamaan. Saling menatap sekilas lalu kembali memalingkan wajah masing-masing.

"Silahkan, Bapak duluan," ujarnya mempersilahkan Lio untuk bicara lebih dulu. Karena Keyla juga penasaran apa yang ingin guru killer itu katakan padanya.

"Kamu duluan. Cepetan ngomong. Saya sibuk," ketus Lio.

"Hah? Sibuk? Emangnya Bapak sibuk apa?" tanya Keyla. Perasaan gurunya itu sedang duduk tanpa melakukan apapun.

Lio menunjukkan ponselnya pada Keyla. "Kamu nggak lihat ini?!" sentak Lio mulai kesal. Apa Keyla memang berpura-pura bodoh atau bagaimana? Jelas-jelas dia sedang mengerjakan pekerjaannya dari ponsel.

Keyla mendengus kesal. Lagi-lagi dia kena semprot Lio.

"Cepetan ngomong! Sebentar lagi kita sampai sekolah!" sungut Lio dengan wajah dingin dan datarnya.

Keyla mengambil ancang-ancang supaya bisa mengungkapkan isi hatinya pada Lio.

"Begini Pak, bisa nggak kita pira-pura nikah? Nggak usah nikah beneran?" ucap Keyla. Entah pemikiran dari mana, Keyla mengatakan ide aneh seperti itu.

"Bapak tahu 'kan saya ini masih bocah. Dada saya juga masih rata nggak ada bagus-bagusnya. Seperti kata Bapak malam itu, kalau Bapak nggak suka sama cewek kerempeng," ucap Keyla lagi dengan wajah tanpa dosa.

Ya, bukankah itu lebih baik Keyla mengatakan yang sejujurnya daripada menyesal akhirnya? Itu yang Keyla pikirkan.

Uhuk!

Mendengar ucapak Keyla yang tanpa filter itu, membuat Lio tersedak air liurnya sendiri sampai matanya memerah.

Keyla bergegas menepuk punggung calon suaminya itu. "Bapak kenapa sih sampai batuk-batuk gini? Memangnya saya salah bicara, ya?" tanyanya.

Sean yang sejak tadi fokus menyetir hanya menggelengkan kepalanya tanpa mau ikut campur seperti tadi. Pikirannya juga sedang kalut karena tengah memikirkan seseorang.

"Nggak, kamu nggak salah bicara hanya saja—" Lio tak melanjutkan kalimatnya. Nafasnya terasa sesak karena ulah Keyla, yang memukul kuat punggungnya.

"Bisa-bisanya dia bangun hanya karena mendengar ucapan nggak penting dari bibir gadis bar-bar ini," batin Lio kesal.

Ya, selama ini naga perkasa milik Lio memang sedikit bermasalah dan sulit untuk bangun. Bukan sulit, memang tidak bisa bangun. Sudah berbagai macam cara Lio lakukan. Namun, belum ada satu obat pun yang berhasil menyembuhkan masalahnya.

Ditambah lagi, saat masih kecil, Lio pernah menderita penyakit yang menyebabkan hampir semua organ tubuhnya tidak berfungsi dengan baik saat melakukan terapi.

Itu adalah satu-satunya alasan Lio kenapa selama ini tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita. Lio memilih menjomblo seumur hidupnya.

Lio juga tidak peduli dengan kabar buruk yang selalu dia dengar. Kabar yang mengatakan kalau Lio menyukai sesama jenis karena tidak pernah berkencan.

Lio berpikir, dia akan selamanya seperti itu. Hidup dalam bayang-bayang gelap dimana dirinya memiliki kekurangan yang cukup fatal.

Siapa yang menyangka sangka, jika pertemuannya dengan Keyla adalah awal dari segalanya.

Lio tidak mungkin menolak perjodohan ini. Lio tidak mau menyakiti Krystal. Terlebih lagi, wanita itu adalah segalanya bagi Lio.

"Mau sampai kapan kalian berpelukan? Ingat belum sah!" sindir Sean dengan wajah mengejek.

Keyla mendorong pundak Lio yang sejak tadi berada di pundaknya. Saking khawatirnya, Keyla tidak sadar menarik Lio ke dalam pelukannya.

"Argh, Keyla! Apa yang kamu lakukan?! Apa kamu berniat membuat saya geger otak?!" pekik Lio dengan rahang mengeras, menatap tajam ke arah Keyla.

"Ya habisnya Bapak keenakan di pelukan saya, jadi—"

"Cukup! Saya nggak mau dengar apapun!" Lio keluar lebih dulu saat mobilnya berhenti tak jauh dari gerbang sekolah.

Sean sengaja berhenti di sana karena tahu, kalau Keyla masih belum nyaman jika teman-temannya mengetahui hubungan mereka berdua.

"Mau di sini atau turun?" tanya Sean membuyarkan lamunan Keyla.

"Tentu saja turun, Kak. Terima kasih sudah mengantarku," ucap Keyla tersenyum sangat manis, berbeda saat ia sedang bersama Lio.

Sean menepuk puncak kepala Keyla. Saat gadis itu hendak turun, Sean menahannya.

"Ada apalagi, Kak?" tanya Keyla menatap bingung Sean yang menyodorkan ponselnya ke arah Keyla.

"Berikan nomor ponsel kakakmu padaku," pinta Sean.

"Kakakku? Maksud mu kak Anastasya?" Sean mengangguk.

Apa hubungan mereka berdua? Kenapa Sean tiba-tiba meminta nomor ponselnya?

"Key, berikan sekarang. Karena aku harus segera berangkat ke kantor dan—"

"Kenapa masih di sini? Cepat turun!" sahut Lio menatap mereka berdua bergantian dengan tatapan tak suka.