NovelToon NovelToon
Only 200 Days Mr.Mafia

Only 200 Days Mr.Mafia

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:3.2M
Nilai: 4.7
Nama Author: Four

Bagiamana jika kehidupan seorang mafia yang terkenal akan ganas, angkuh atau Monster ternyata memiliki kisah yang sungguh menyedihkan?

Bagaimana seorang wanita yang hanyalah penulis buku anak-anak bisa merubah total kehidupan gelap dari seorang mafia yang mendapat julukan Monster? Bagai kegelapan bertemu dengan cahaya terang, begitulah kisah Maxi Ed Tommaso dan Nadine Chysara yang di pertemukan tanpa kesengajaan.

~~~~~~~~~~~
✨MOHON DUKUNGANNYA ✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

O200DMM – BAB 28

BERBEDA DARI YANG LAIN

suara kicau kicauan burung serta cahaya matahari mulai datang. Langit gelap menjadi terang, nyanyian dari para burung bak sebuah alarm bagi semua orang yang ingin melaksanakan aktivitas di pagi hari.

Maxi merasakan tubuhnya tertutupi sebuah kain, luka jahitannya yang masih belum kering mulai terasa nyeri dalam sekejap. Kedua kelopak matanya terbuka, memperlihatkan manik abu-abu nya yang terlihat indah.

Pria itu duduk di atas ranjang, menelusuri keseluruhan tubuh bawahnya dengan tatapan heran. Dia sangat ingat betul, bahwa rasa kantuknya semalam membuatnya tak sempat melepas sepatu ataupun menyelimuti dirinya sendiri. Maxi menoleh ke arah sofa yang sudah kosong, alisnya mulai berkerut ketika mengetahui gadis itu tidak ada di tempatnya.

Hendak beranjak, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Nadine yang sudah nampak segar dan aroma sabun menyeruak di hidung Maxi.

Tidak ada percakapan yang Nadine lontarkan maupun dia dengar. Pikirannya masih sedikit gelisah akan kejadian kemarin-- berharap tidak ada yan mengetahui kalau Nadine menelepon kakak nya diam-diam.

“Sudah menerima ku penulis?” Maxi tersenyum miring. Nadine meliriknya malas, lalu duduk di depan cermin.

Maxi sudah menebak bahwa yang melakukan perhatian kecil itu adalah istrinya. Sangat aneh dan kedengaran tak percaya ketika Maxi sendiri memikirkannya. Tapi itu adalah fakta.

“Saya hanya risih melihat orang tidur dengan sepatu.” Kata Nadine. Maxi masih memandangi istrinya tanpa mau berpaling, sedangkan Nadine sendiri menjadi gelagapan ketika menyadari akan tatapan Maxi yang terus mengarah padanya.

Sudah lewat dari 10 detik, pria itu enggan berpaling, membuat Nadine menjadi risih saat hendak mengeringkan rambut hitam pekatnya tersebut. Sampai, gadis itu menutup mata sejenak, lalu menoleh ke arah Maxi yang masih berbaring miring dengan tangan kanan sebagai topangan.

“Apa kamu ada masalah, huh?” Ketus Nadine.

“Masalahku adalah kamu.” Nadine mengerutkan keningnya antara heran dan kesal mendengar ucapan tersebut.

“Kamu terlihat cantik!” Tanpa malu, Maxi tersenyum manis ke arah Nadine. Gadis itu tahu, barusan adalah kata pujian yang pria sialan itu lontarkan, tapi bagi Nadine itu bukanlah pujian, melainkan rayuan yang membuatnya bertambah kesal.

Nadine segera kembali menatap cermin dan mulai melakukan kegiatannya yang sempat dia tunda. Sementara Maxi mulai beranjak, berjalan menuju kamar mandi sambil menggerakkan lengan kirinya berputar ke belakang.

Nadine yang melihatnya dari pantulan kaca, langsung menoleh ke belakang. “Kamu mau apa?” tanya Nadine sedikit terkejut.

Mendengar suara istrinya, tentu saja membuat Maxi berbalik menatap heran. “Tentu saja mandi? Kamu mau ikut?” goda Maxi namun kali ini dengan wajah penuh keheranan.

Nadine sedikit malu mendengar ucapan itu. “Tentu saja tidak. Ha-hanya saja, lukamu masih belum kering.” Kata Nadine sedikit canggung ketika mengatakannya.

“Jadi sekarang, kamu mulai memperdulikan suami mu ini.” Rupanya Maxi salah mengartikan ucapan Nadine yang hanya ingin membantunya agar lukanya cepat sembuh.

“Apa salahnya mengingatkan sesama manusia.” Ujar Nadine langsung berbalik ke cermin, tak mau lagi berurusan dengan Maxi, dia takut jika salah bicara lagi. Maxi menggeleng heran dan sangat puas ketika membuat Nadine marah.

Mengetahui Maxi sudah masuk ke kamar mandi, seketika perasaan Nadine sedikit lega.

...***...

Di sebuah kamar, terlihat Julia tengah memasang dasi ke leher Ericsson. Sesekali mereka juga saling berbincang dan tertawa kecil dengan lelucon kecil.

Bahkan Ericsson memberikan kecupan singkat di bibir istrinya itu, setelahnya Ericsson keluar dan tanpa sengaja berpapasan dengan Miia yang kebetulan juga mau pergi ke ruang makan.

Ketiga orang tadi saling menatap satu sama lain. Miia terseringai miring ketika melihat Julia melingkarkan tangannya di lengan Ericsson. Jika kalian tanya apa yang membuat Miia tersenyum miring, karena usia mereka yang sangat jauh membuatnya tak habis pikir.

“Good morning!” sapa Miia masih dengan senyumannya. Julia maupun Ericsson sama sekali tidak membalas sapaan tersebut. Apalagi Julia yang terus saja memandangi Miia dengan tatapan tak suka.

“Sekarang apa?” seakan tahu rutinitas Miia yang suka menyindir nya. Ericsson terus menatapnya tajam meski dia adalah adiknya.

“Nothing! Aku hanya menyapa, mungkin saja kita semua mengalami hari yang baik di pagi ini!”

“Cih, hari yang baik. Tidak ada yang baik jika seorang penyihir masih berada di rumah ini.” Balas Julia juga sinis.

“Hm. Aku menerimanya karena aku tidak ingin berurusan dengan wanita gila di Mansion ini!” Miia tersenyum lebar, lalu berjalan pergi tanpa menghiraukan amarah Julia yang baru saja meluap. Bahkan Ericsson saja geleng kepala ketika mendengar pertengkaran kedua wanita tadi, benar-benar menyebalkan.

.

.

.

Suara Hairdryer berbunyi cukup kencang, angin panas keluar dari ujung benda tersebut yang kini mencoba mengeringkan rambut Nadine. Perlu beberapa menit sampai rambut basah tadi benar-benar kering.

Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka. Nadine yang awalnya melirik lewat pantulan cermin, seketika berpaling malu melihat Maxi hanya memakai handuk di pinggangnya, melihat ke arah Nadine sejenak dan masuk ke ruang ganti.

“Tidak bisakah dia membawa salin di kamar mandi?” Gerutu Nadine tak habis pikir.

Lagi-lagi, Nadine di buat berpaling ketika Maxi keluar hanya mengenakan celana hitam tanpa kaos yang menutupi dada berototnya, serta lukanya tersebut. “Tidak perlu berpaling jika kamu suka melihatnya.” Kata Maxi sambil duduk di sofa kecil yang berada di bawa ranjang.

Nadine melihat lewat pantulan cermin. Maxi sedang berusaha mengobati lukanya yang terlihat sangat basah, bahkan darahnya sedikit keluar akibat guyuran air. Kenapa dia sangat keras kepala? Nadine sendiri mendengus kesal melihat tingkah sok kuat Maxi Ed Tomasso.

Meski kedua tangan Nadine sibuk menggerakkan Hairdryer tatapan matanya masih menuju ke arah Maxi yang terlihat kesusahan saat hendak memberikan perban di sana. Bahkan pria itu tidak suka meminta bantuan dari seseorang, ataupun di bantu oleh seseorang. Baginya itu hanya memperlihatkan kelemahan seseorang.

Di saat selesai mengobati lukanya, Maxi hendak beranjak ketika dia merasa gagal dalam membalut lukanya sendiri yang berada di lengan kirinya.

Sebuah tangan meraih kotak obat yang ada di tangan Maxi hingga pria itu sedikit kaget melihat orang yang sudah berani menghentikannya. “Tidak perlu, aku-- ”

Seakan tuli, Nadine masih terus meraih kotak tersebut, mengeluarkan perban putih dan duduk di sebelah Maxi. “Aku bilang tidak perlu. Aku tidak membutuhkan-- ”

“Kamu membutuhkannya.” Mereka kalut dalam pandangan masing-masing. Tatapan Nadine menekan Maxi agar mau menurutinya.

Dengan lihai kedua tangan Nadine mulai bergerak di lengan berotot Maxi, meski jantungnya berdebar kencang di saat dia berdekatan bahkan kulit tangannya sesekali bersentuhan dengan kulit telanjang Maxi.

Pria itu masih menatap sang istri.

“Kenapa kamu tidak mau menurut?”

“Karena aku punya hak jika itu benar di mataku.”

Entah apa yang terjadi dalam diri Maxi. Dia terus menatap wajah cantik Nadine dengan penuh pikiran. Bagaimana bisa dia bertemu dengan wanita sepertinya? Nadine sangat berbeda dengan wanita yang pernah dia temui, bahkan Georgia pun yang memiliki sifat sama namun tidak seberani gadis yang saat ini masih sibuk merawat lengannya.

Tunggu! Apa seorang Maxi mulai terpesona?

1
Mamik Widowati
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
trims kak Four, saya menikmati cerita ini. Ditunggu ya sekuel nya..sehat² selalu kak
Four.: terima kasih juga sudah mampir 😁👍
total 1 replies
Ilham Bay
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Dewi Fitriani
makin kesini jadi keinget ceritanya mirip sama drama turki yg mafia jga,
Four.: yup, aku juga suka sama dramanya 😁
total 1 replies
kairin
ceritanya lambat
Four.: namanya juga drama, mohon bersabar 😁
total 1 replies
azfa
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
R_Aarale
sudah kuduga..yeeay bingo
Four.: yeayyy
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut thor
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
Thor kenapa ada tulisan Allah .apa tulisan Allah itu ngk bisa di ganti
Four.: gpp, udah terlanjur... ada penjelasannya di salah satu bab nanti, mohon dimengerti 🙏😌
total 1 replies
Nur Lizza
lanjut
Nur Lizza
mereka blm tau berurusan sama Maxi .
Ning Konveksi Cikarang
Luar biasa
Four.: tancuuuu 😘
total 1 replies
Nur Lizza
ngk masalh kn awal awalnya aja namany pertemuan tidak sengajah
Four.: ho,oh!
total 1 replies
kairin
apakah maxi akan jatuh cinta pada Nadine? penasaran deh
Four.: baca terusssss
total 1 replies
Cuik Kusmini
Luar biasa
Four.: terima kasih 😘
total 1 replies
Cuik Kusmini
Buruk
kairin
bagus sekali plus menegangkan.lanjut.....
Four.: terima kasih, lanjut sampai tamat bacanya 😁
total 1 replies
Baiq Widya Shinta
Klontang kita2 itu kah suara piring🤣🤣🙏
Four.: piring aluminium 😅 ada yang mahal Lo itu🤭
total 1 replies
Laila Clarence Atang
Luar biasa
Four.: thank youuuuuuuu 😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!