Disarankan baca "Dear, my first love" dulu ya🙃
"Kalo jalan yang bener, pake mata dedek."
Tangan Shawn setia berada di pinggang Zuya agar gadis itu tidak terjatuh dari tangga. Dan lagi-lagi gadis itu menatapnya penuh permusuhan seperti dulu.
Pertemuan secara kebetulan di tangga hari itu menjadi awal hubungan permusuhan yang manis dan lucu antara Shawn dan Zuya, juga awal dari kisah cinta mereka yang gemas namun penuh lika-liku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Ketika Bowen sampai, ia memandangi seluruh ruangan apartemen Shawn yang bak kapal pecah. Ia yakin sekali itu pasti ulah Zuya. Siapa lagi coba. Tidak mungkin Shawn karena dengan sekali lihat saja, pria itu orangnya pasti sangat rapi.
"Apa yang terjadi di sini?" Bowen bertanya, memandangi Shawn.
Sedangkan laki-laki yang dia lihat menunjuk ke Zuya yang sedang tidur pulas di sofa bak orang tak berdosa.
"Dia pernah mabuk?"
Bowen menggeleng. Zuya tidak pernah mabuk sebelumnya. Sahabatnya memang nakal, tapi bukan nakal yang di luar batas. Keluarganya amat sangat menjaga dia , sahabat-sahabatnya juga. Agar dia tidak jatuh ke dalam pergaulan yang tidak benar.
"Kalau begitu kau belum pernah lihat betapa menyusahkan gadis itu saat dia mabuk." Shawn terkekeh setelah mengatakan kalimat tersebut.
"Kenapa dia sampai mabuk, kenapa Zuya ada di apartemen bapak?" Bowen menyipitkan matanya ke Shawn. Dia memanggil pria itu bapak karena menghormatinya sebagai dosen.
Selain Shawn lebih tua, laki-laki itu adalah dosen di kampus mereka. Sudah seharusnya dia menghormati laki-laki itu walaupun lelaki tersebut tidak mengajar di jurusannya. Pembawaan Shawn tampak dewasa dan berwibawa. Dan terlihat seperti pria baik-baik dari kelas atas. Tapi Bowen tidak boleh percaya begitu saja. Bisa saja kan laki-laki itu mengambil kesempatan dari Zuya yang polos.
"Tadi kami makan malam bersama. Lalu saat aku menelpon, dia tidak sengaja meminum alkohol yang aku letakkan disamping kulkas. Mungkin dia pikir itu adalah minuman bersoda."
Ah, memang Zuya banget. Sih perempuan dengan rasa penasaran tinggi kalau melihat sesuatu yang tidak dia ketahui. Tunggu, makan malam bersama? Memangnya hubungan mereka sedekat apa sampai makan bersama segala.
"Cepat bawa dia pergi dari sini. Aku tidak tahan melihat pemandangan mengerikan di ruangan ini." kata Shawn lalu menghembuskan napas beratnya. Malam ini dia harus bekerja keras membersihkan kekacauan yang dibuat dedek nakal itu.
Bowen pun tidak banyak bertanya lagi. Habis meminta maaf mewakili Zuya, ia mengangkat gadis itu dan keluar dari apartemen tersebut.
"Terimakasih karena bapak sudah menelepon." kata Bowen sebelum benar-benar menghilang dari pintu depan. Shawn mendesah pelan. Malam ini adalah malam yang tidak akan dia lupa. Lelaki itu tak sabar menunggu besok pagi untuk bertemu kembali dengan Zuya. Ia ingin tahu apakah gadis itu akan mengingat kekacauan yang dia buat atau tidak.
Di luar apartemen, otak Bowen terus berpikir. Sebagai sesama laki-laki, ia merasa Shawn adalah seorang pria yang gentle. Kalau pria lain mungkin sudah mengambil kesempatan terhadap Zuya. Apalagi sahabatnya ini sangat cantik. Body-nya pun adalah salah satu jenis yang paling disukai para lelaki. Bowen bertanya-tanya dalam hati,
Apakah si Shawn tidak tergoda sama sekali?
Kalau Bowen si memang tidak karena dia menganggap Zuya adalah adiknya sendiri. Tapi Shawn? Masa ia laki-laki itu tidak tergoda sama sekali.
Bowen membuyarkan lamunannya dan menekan password apartemen Zuya. Selain keluarga Zuya, dia, Keno dan Igo juga tahu password-nya.
Bowen membaringkan Zuya di kasur dan membersihkan wajah gadis itu dengan miccelar water. Hanya itu saja lalu keluar. Tidak mungkin dia membantu Zuya ganti baju kan? Bisa-bisa perang dunia lagi besok.
®®®
Paginya saat terbangun, Zuya merasa kepalanya pusing sekali. Gadis itu mengerjab-ngerjabkan mata. Dan saat matanya terbuka lebar, ada tiga laki-laki tampan yang sedang berdiri di tempat mereka masing-masing seraya menatapnya sambil bersedekap dada.
Zuya kaget melihat keberadaan mereka di kamarnya pagi-pagi begini. Keno berdiri di dekat meja belajar, Igo menyandarkan tubuh jangkungnya di tembak samping kiri tempat tidur, dan Bowen duduk di sofa. Pandangan mereka tak beralih sedikitpun dari Zuya.
Zuya yang bingung pun mengedip-ngedipkan matanya.
"Kok kalian semua pagi-pagi udah ada di sini sih? Ya ampun, aku ini cewek tahu. Nggak baik ah kalian masuk kamar cewek pagi-pagi gini." celetuk Zuya. Kepalanya masih sedikit pusing.
Keno yang berdiri paling dekat mengambil sebuah gelas di atas nakas dan memberikannya ke Zuya.
"Minum air hangat dulu. Habis itu makan sop ayam dan minum vitamin biar pusing kamu reda. Siapa suruh mabok semalam." kata Keno agak ketus. Ia dan Igo sudah dengar dari Bowen. Tapi mereka bertiga sepakat nggak akan lapor ke bunda Amalia. Apalagi Zuya mabuk tanpa di sengaja.
Kalau mereka melapor, bisa-bisa gadis itu ngambek dua minggu nggak nyamperin mereka lagi.
"Aku, mabok? Kenapa?"
"Lah, kamu nanya?" Bowen bersuara dari tempat duduknya dengan ekpresi yang dibuat lucu. Igo dan Keno tertawa. Pasalnya Bowen terus mengomel tentang Zuya yang mabuk dan mengacau di rumah orang. Orang itu Shawn lagi.
"Kok aku nggak ingat ya?" ucap Zuya lagi.
"Coba ingat-ingat lagi. Semalam kamu ngapain aja sampai mabuk. Dan apa yang udah kamu bikin di rumah orang." giliran Igo yang angkat suara.
Zuya mulai berpikir keras.
"Waktu pulang kampus, aku ketemu sama om jelek di depan apartemen, terus kami debat, dan kurir makanan datang. Makanan yang si om pesan semuanya adalah makanan kesukaan aku, jadi langsung masuk ke apartemennya buat numpang makan, habis itu ..."
"Numpang makan?!"
Tiga sahabatnya tercengang.
"Zuzu, kamu bisa pesan makanan kesukaan kamu sendiri atau minta aku, Bow-bow sama Go-go beliin. Kenapa pake numpang makan ke rumah orang sih. Bener-bener yang kamu ini." omel Keno mengetuk pelan kepala Zuya saking gemasnya sama gadis ini.
"Habisnya makanannya udah di depan mata. Makanan kesukaan lagi. Nggak ada waktu mikirin yang lain. Lagian aku udah kenal om jelek itu. Dia adalah musuh bebuyutan aku." Zuya mengatakan kalimat tersebut dengan senyuman lebar.
Makin tercengang lagi ketiga sahabatnya itu.
Numpang makan di rumahnya musuh bebuyutan? Hanya ada dalam kamus Zuya.
"Terus kamu ingat nggak kalau kamu udah bikin rumahnya berantakan? Waktu aku datang rumah beh, tuh ruangan udah kayak kayak kapal pecah."
"Masa sih? Bow-bow jangan asal nuduh ya. Aku kan anak manis, mana mungkin berantakin rumah orang."
"Hahaha, anak manis katanya! Kamu mau liat videonya?" Bowen tertawa kuat sampai Zuya menatapnya kesal.
"Udah, nih makan dulu. Habis itu siap-siap ke kampus." timpal Keno memberikan semangkok sop ayam di atas nakas ke Zuya.
Zuya masih berpikir keras mengingat-ingat kejadian semalam. Bahkan sampai di kamar mandi ia terus mengingat. Lalu samar-samar ingatan itu memenuhi pikirannya. Zuya yang tengah menggosok badannya dengan sabun berhenti sesaat.
"Ya ampun, aku beneran udah berantakin rumahnya si om jelek!" Serunya kuat lalu malu sendiri.
Ah ini semua karena dia minum minuman botol yang dia kira minuman biasa.
lucu bgt s Zuya..