NovelToon NovelToon
Sunflower

Sunflower

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Wa Yana

Menjadi diri sendiri bukanlah hal yang mudah bagi Sebagian orang bahkan untuk beberpa tidak menyadari dan mengenali dirinya seperti apa. Namun bagi Haikal menjadi diri sendiri adalah versi terbaik dalam hidup yang tidak menuntut diri untuk menjadi terbaik dimata orang lain atau menjadi pribadi yang di inginkan orang lain.
Namun entahlah kedepannya seperti apa, bukankah pikiran orang akan berubah sesuai dengan apa yang ditemukan ke depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wa Yana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 Upaya Haikal

“Kak Haikal mau apa yah, kenapa hanya mengajak Gisel, kan sama Gue juga bisa.” ucap Candra dengan lirih yang tidak dapat di dengar oleh siapapun saking lirihnya.

“Jadi semua anggota inti BEM bisa ikut?” Tanya Gisel pada Candra yang masih melamun memperhatikan kakaknya yang keluar ruangan dengan senyum tipis yang tidak begitu jelas.

“Can, kok Lu ngelamun sih?” Gisel menepuk lengan kanan Candra

“Eh nggak, Gue cuma lagi mikirin sesuatu aja…, tadi Lu ngomong apa?” Tanya Candra memastikan kembali apa yang ditanyakan Gisel padanya.

“Tadi Kak Haikal setuju jadinya sama semua anggota inti BEM apa nggak?” Gisel kembali memastikan, karena Ia akan menyiapkan naskah untuk wawancara.

“Nggak, Kak Haikal bisanya sendiri doang, soalnya yang lain masih banyak kesibukan, terus Kak Juan juga lagi sibuk buat beberapa meeting kantor, apalagi Kak Jeno yang mungkin akan bertunangan sebentar lagi” Candra kembali menatap pintu keluar yang bahkan bayangan Haikal pun sudah tidak terlihat lagi.

Sikap Haikal cukup mengganggunya, Ia ingin tahu apakah Haikal sudah tidak trauma dengan perempuan dan tertarik pada temannya.

“Lu kenapa sih liatin depan pintu terus, Lu lagi nungguin orang yah?” Gisel memperhatikan Candra yang fokus melihat keluar ruangan setelah kepergian Haikal.

“Nggak, Gue lagi nungguin Karin, lama banget datangnya” Candra menggaruk tengkuknya yang tak gatal

.

“Nia, Lu ngapain disini?” Wina yang melihat Nia dari kejauhan datang menghampirinya yang duduk sendirian di gazebo sekitar ruang kuliah.

“Pengen aja, Gue lagi males di kelas pada berisik” jawab Nia dengan santai dan melanjutkan kegiatannya membaca buku yang ada dihadapannya.

“Gue mau beli minum Lu mau nitip nggak?” Tanya Wina yang melihat Nia begitu sibuk dengan buku ditangannya, sepertinya karena akan ada kuliah bersama dosen killer setelahnya.

Nia bukan orang yang begitu ambisi, namun Ia orang yang selalu memperhatikan hal yang dapat membuatnya malu nantinya. Sehingga Ia selalu mempersiapkan dirinya untuk bisa menyelesaikan tuntutan yang diberikan padanya.

“Boleh deh, Gue mau air mineral” jawabnya dengan senyum manis karena Wina yang selalu memperhatikannya.

“Okey, tunggu yah neng” Wina segerah bergegas setelah mencolek dagu Nia.

Niat tertawa dengan kelakuan Wina yang selalu berhasil membuatnya terhibur dan sejenak melupakan hal-hal yang membuatnya over thinking.

Setelah Wina pergi, Nia kembali fokus pada buku ditangannya hingga ada seseorang yang duduk disalah satu kursi disampingnya namun tidak dipedulikan oleh Nia, Ia pikir ini adalah tempat umum sehingga Ia tidak akan masalah jika ada orang lain yang duduk disampingnya.

“Hai” sapanya pada Nia

Nia hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat orang tersebut, dengan harapan orang itu paham bahwa Nia tidak ingin diganggu dan fokus membaca bukunya.

“Kenalin nama Gue Taufan, jurusan Administrasi Bisnis” ucapnya dengan menyodorkan tangannya.

Nia yang tidak merasa asing dengan nama tersebut yang seolah Ia pernah mendengarnya pun mengangkat kepalanya dan memperhatikan wajah pria yang ada di hadapannya.

Pria tersebut tersenyum menyambut tatapan Nia padanya dengan harapan Nia mau membalas uluran tangannya.

“Maaf yah, Gue nggak suka ngomong sama orang asing, Gue juga lagi sibuk belajar” jawabnya menolak dengan sopan pada pria tersebut tanpa memperhatikan wajahnya

Pria itu menarik kembali uluran tangannya karena tidak mendapat respon baik oleh Nia.

“Gue Cuma pengen tahu nama Lu doang, kali aja kita bisa berteman” ucapnya lagi dengan nada yang lirih dan membuat Nia sedikit merasa bersalah.

“Eh…, nama Gue Nia, Gue jurusan Geografi” jawabnya dengan senyuman canggung pada Taufan yang kini menundukkan kepalanya.

“Eh, Lu cowo yang semalam kan?” tanya Nia yang terkejut saat melihat wajah pria yang menanyakan Namanya tersebut.

“Iya, Gue sebenarnya mau minta maaf soal semalam, Gue merasa bersalah udah buat kalian tersinggung dengan sikap kami” ucapnya dengan nada lirih dan tampah tulus.

“Iya nggak papa, Gue juga minta maaf yah mewakili teman-teman Gue, soalnya semalam kita emang lagi bahas persoalan penting jadi nggak enak aja kalau misalnya kalian gabung” Nia juga meminta maaf dengan tulus, terlepas mereka adalah musuh Candra dan yang lainnya bukankah itu tidak berurusan dengannya. Begitulah pemikiran Nia saat ini.

“Lu mau ada ujian yah, fokus banget belajarnya tadi Gue liat?” Taufan mencoba mencari topik agar tidak menjadi canggung.

“iya, ini dosennya killer banget terus bakal adain kuis, kalau misalnya gagal akan mempengaruhi nilai akhir” jawabnya dengan nada mengeluh, entah kenapa Nia seolah mendapat tempat mengeluh saat Taufan bertanya dengan lembut.

“Lu mau Gue bantuin nggak, nanti Gue tanyai pertanyaan yang ada dibuku Lu, biar sekalian Latihan kuis” Taufan ingin membantu Nia belajar dengan metode yang biasa dilakukannya.

“Nggak usah deh, Gue takut ganggu waktu Lu” Nia tidak ingin merepotkan Taufan, walaupun menurutnya itu merupakan cara yang cukup efektif baginya, namun Ia tidak punya orang yang tepat untuk membantunya.

“Nggak papa, Gue juga udah kelas kuliahnya. Ini kalau pulang juga paling rebahan doang” Taufan meyakinkan Nia untuk mempercayainya..

“Oke deh” Nia memberikan bukunya pada Taufan dengan senang hati.

Taufan mulai membaca buku yang diberikan Nia dan mencoba memberikan pertanyaan yang mungkin saja akan menjadi soal kuis pada Nia, sedangkan Nia dengan senang hati menjawab pertanyaan Taufan. Keduanya tampak asik menikmati proses tanya jawab tersebut.

Disisi lain penampakan Nia dan Taufan mengganggu pandangan mata seorang pria yang kini telah mengepalkan tangannya dengan kuat hingga menampilkan buku-buku pada tangannya dengan jelas.

“Gue nggak akan biarin Lu ganggu apa yang ada di hidup Gue dan yang akan menjadi milik Gue” ucapnya lalu meninggalkan tempatnya berdiri.

.

“Eh Lu berdua mau kemana?” Tanya Karin yang bertemu dengan Candra dan Gisel dengan tas mereka masing-masing yang seolah siap untuk meninggalkan ruang kelas.

“Ini tadi Candra ngajak ke rooftop Gedung BEM, katanya di sana suasananya bagus buat kerja tugas” ucap Gisel dengan senyum.

“Emang boleh yah, bukanya bakal panas yah, ini kan udah mau masuk siang” ucap Karin yang tidak begitu suka panas matahari.

“Nggak, di sana udah di desain oleh Kak Haikal dan lainnya untuk tempat bersantai kalau lagi pusing jadi tetap nyaman walau terik-teriknya matahari.

“Ya udah deh nggak papa” jawab Karin yang menerima tanpa mengeluh, biasanya Ia akan membujuk Gisel agar tetap berada pada ruangan dingin agar tetap nyaman.

“Lu serius Rin, diatas bakalan panas loh” Gisel meyakinkan Karin.

Karin hanya menganggukkan kepalanya dengan senyum manis pada Gisel untuk meyakinkannya.

“Ya udah ayo, lagian diatas nggak panas banget kok seriusan” Candra meyakini kedua temannya, Ia sering kesana jika sedang gabut, tentu saja itu karena Haikal yang mengizinkannya.

.

“Kalian mau kemana?” Tanya Haikal yang kembali bertemu dengan ketiga orang yang kini hendak menuju rooftop tempat yang biasa Ia kunjungi.

“Ke rooftop kak, soalnya kelas kita mau dipake kelas lain buat kuliah” jawabnya dengan santai pada Haikal yang kini hanya menganggukkan kepalanya.

Lalu Candra kembali mengajak Karin dan Gisel untuk melanjutkan perjalanan setelah mendapat anggukan kepala Haikal.

“Gue tunggu di ruangan BEM sebentar jangan sampai lupa” ucap Haikal pada Gisel lalu segera bergegas meninggalkan ketiganya.

Karin yang belum tahu persoalan mengerutkan dahinya seolah bertanya ada urusan apa hingga Haikal meminta Gisel keruang BEM, bahkan saat ini belum ada informasi mengenai kegiatan apa yang akan dilakukan lagi.

“Udah nggak usah gitu muka Lu, ntar Gue jelasin. Kita ke atas aja dulu biar nggak kemalaman selesainya” Ajak Gisel yang tidak begitu peduli dengan pikiran kedua temannya.

“Gue sih nggak masalah yah, kalau misalnya Lu bakal jadi ipar Gue” ucap Candra menggoda Gisel dan mengikuti Langkah Gisel berjalan menuju rooftop.

“Nggak usah aneh-aneh ya Can” Gisel melirik Candra dengan tatapan sedikit sinis. Ia tidak ingin membuat Karin berpikir yang lain-lain.

.

“Cape banget Gue sumpah, seharian bergelut dengan kasus seperti ini” Riza frustasi dengan kasus yang ada didepannya yang sedang Ia analisis untuk tugas mata kuliah.

“Ya udah lah, nggak usah se pusing itu, biasanya juga tugas BEM lebih parah dibanding beginian doang” Jeno kembali melihat lembaran yang ada ditangannya.

“Persiapan pertunangan Lu gimana Jen?” Riza sudah menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa tempatnya duduk.

“Udah diatur semua sama nyokap” jawabnya santai

“Terus Dia udah tau kalau Lu yang bakal dijodohin sama dia?” Tanya lagi Riza

“Hmm, Dia juga udah suka sama Gue” Jeno menjawab dengan senyum yang Ia tahan sembari menunduk pada kertas-kertas yang ada dihadapannya.

“Lu udah mengungkapkan perasaan Lu sama dia?” Riza yang sebelumnya menyandarkan tubuhnya kini sudah kembali tegak karena terkejut dengan ucapan Jeno.

“Nggak Dia yang mengungkap perasaanya sama Gue semalam jadi Gue samperin tadi pagi”

1
ℨ𝔞𝔦𝔫𝔦 𝔞𝔫𝔴𝔞𝔯
orok gak tuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!