Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TASYA KEPO
Raya bersenandung kecil seraya menata hidangan hasil masakannya ke atas meja makan. Walaupun dia jauh lebih muda dari Bagas, bukan berarti dia tidak tahu caranya menjadi seorang istri. Dia bahkan antusias bangun pagi hanya untuk mempersiapkan segala keperluan Bagas. Termasuk pakaian, dan air hangat untuk mandi.
"Nyonya, sebaiknya Nyonya istirahat. Biar sisanya mbok yang kerjain. Nanti saya malah kena omel tuan kalau membiarkan Nyonya kerja seperti ini," ucap Mbok Siti takut-takut.
"Nggak papa, Mbok. Santai aja. Ini tugas saya sebagai istrinya mas Bagas. Lagian Mbok juga sudah banyak kerja dari pagi, kan? Sekarang mendingan Mbok duduk di sana, saya buatin teh sama makan kue buatan saya."
Raya menunjuk ke arah kursi dan meja yang berada tidak jauh darinya. Dia ingin Mbok Siti duduk di sana. Wanita itu merasa iba, karena usia Mbok Siti tidak lagi muda, tetapi dia tetap berusaha membanting tulang untuk kebutuhan keluarganya.
"Duh, jangan, Nyonya. Nanti tuan Bagas bisa marah kalau sampai tahu saya bersantai-santai. Saya takut dipecat, Non. Anak saya masih membutuhkan biaya untuk sekolah."
"Siapa yang bakalan marahin Mbok? Nanti biar saya yang bicara sama mas Bagas. Di sini Mbok jangan sungkan, ya. Anggap saja saya keluarganya Mbok Siti. Mulai sekarang, kita bagi tugas. Saya mengerjakan apa yang semestinya saya kerjakan, dan Mbok Siti kerjakan apa yang belum saya kerjakan. Santai saja, Mbok. Sudah, sekarang Mbok duduk di sana, ya. Saya seduhkan teh untuk Mbok."
Mata Mbok Siti berkaca-kaca. Dia sama sekali tidak akan mengira kalau Raya akan sebaik itu. Padahal bisa dilihat dari penampilannya, Raya bukan dari kalangan biasa. Selain itu, dia juga jauh lebih muda. Mbok Siti mengira, Raya akan sama seperti majikan muda di sinetron-sinetron, yang akan memperlakukannya seperti budak.
"Nyonya baik sekali. Beruntung tuan Bagas memiliki seorang istri berhati lembut seperti Nyonya Raya," puji Mbok Siti yang sekarang duduk di kursi yang ditunjukkan oleh Raya.
"Mbok terlalu memuji. Saya masih banyak kekurangan, Mbok. Ini teh, dan kuenya. Selamat menikmati, Mbok. Saya mau ke kamar dulu, bersiap ke kampus. Sambil mengecek mas Bagas, apa dia sudah bangun atau belum. Takutnya nanti dia terlambat."
"Silakan, Non. Sekali lagi, terima kasih atas teh, dan kuenya."
"Sama-sama, Mbok."
Raya pun meninggalkan dapur. Dia segera melangkah ke kamarnya dan Bagas yang terletak di lantai dua. Saat tiba di sana, Bagas tengah menyisir rambutnya di depan cermin. Lelaki itu memakai pakaian yang tadi disiapkan untuknya. Raya tersenyum bahagia. Setidaknya Bagas menghargai apa yang dia lakukan.
"Sarapannya udah aku siapin di bawah, Mas. Silakan nanti kalau Mas Bagas mau berangkat duluan. Aku seperti biasa, naik motor. Hati-hati di jalan ya, Mas. Aku juga udah siapin bekal buat kamu untuk makan siang. Jangan lupa dibawa," pesan Raya sebelum masuk ke kamar mandi.
Bagas berniat menyahuti, tetapi Raya sudah tidak terlihat lagi. Ditambah bunyi air shower yang mengucur, membuatnya tidak mungkin mengajak sang istri bicara.
"Terima kasih banyak, Raya." Bagas bergumam kecil. Dia segera menenteng tasnya, dan turun ke lantai dasar.
Lelaki itu memandang takjub ke atas meja makan. Dia tidak menyangka kalau istri kecilnya ternyata pintar sekali memasak. Dari aromanya, Bagas bisa menebak kalau masakan Raya sudah bisa dipastikan enak.
"Mbok, apa semua ini dimasak oleh Raya?" tanya Bagas memastikan. Kebetulan Mbok Siti tengah membersihkan sayuran yang akan dimasukkan ke dalam kulkas sayur.
"I-iya, Tuan. Saya bahkan tidak diizinkan membantu. nyonya Raya bilang, dia ingin memasak spesial untuk Tuan Bagas."
"Terima kasih infonya, Mbok."
Bagas diam-diam tersenyum. Dia lantas membalikkan piring yang sudah disiapkan, dan mengisinya dengan makanan yang terhidang di atas meja. Walaupun dia belum bisa menerima kehadiran Raya, tetapi Bagas sebisa mungkin menghargai apa yang wanita itu lakukan.
***
Raya berjalan santai di koridor kampusnya. Seperti biasa, penampilan Raya selalu mengundang perhatian setiap lelaki yang melihatnya. Sapaan-sapaan berbumbu goda terdengar di telinganya, tetapi Raya hanya menanggapinya dengan santai. Terlebih sekarang dia sudah menikah. Tidak ada alasan bagi Raya untuk menanggapi para lelaki iseng itu.
"Cie Raya!"
Tasya mendadak menyenggol bahu Raya cukup keras, membuat wanita itu terkejut.
"Lo ngagetin gue, Sya. Bisa nggak, dateng salam dulu, jangan asal tabrak," omel Raya pura-pura kesal.
"Yaelah, sama Lo mah nggak perlu salam segala. Betewe, gimana malam pertama Lo? Pasti pak Bagas hot banget, ya? Berapa ronde semalam?" goda Tasya setengah berbisik.
"Boro-boro. Gue semalem ditinggalin di kamar sama dia. Terus tau-tau udah pagi. Padahal gue udah pakai baju super seksi. Lo tau apa? Pagi-pagi tubuh gue udah kebuntel selimut kayak lontong. Pak Bagas tidur munggungin gue," cerita Raya dengan nada kecewa.
Raya memang lebih muda dari Bagas, tetapi soal urusan ranjang, dia sudah paham. Bukan berarti dia telah melakukannya dengan orang lain, tetapi sebelum menikah dengan Bagas, dia sudah mencari informasi terkait hal itu dari berbagai sumber.
Lagipula sudah menjadi seharusnya bukan, mempersiapkan diri untuk melayani suami dengan baik? Sayangnya, dia berhadapan dengan Bagas. Jangankan begituan, ciuman saja mereka belum pernah. Hanya satu kecupan kening saat ijab-kabul. Itu pun mungkin Bagas lakukan hanya untuk formalitas.
"Hahahaha! Astaga, Raya. Gue ngakak dengerin cerita Lo. Segitunya banget ya, Pak Bagas. Tingkahnya kocak banget. Segitu nggak maunya dia nyentuh Lo. Padahal kalian udah halal, ya."
Tasya masih terpingkal-pingkal. Tidak dengan Raya. Ekspresi wanita itu tidak bisa diartikan. Tasya paham, sahabatnya tentu tengah kecewa.
"Gue nggak akan nyerah. Kalo dia pikir semalam gue digituin terus nyerah, dia salah. Gue akan berusaha lebih keras lagi buat bikin dia mau nyentuh gue. Lagian gue istrinya, gue berhak mendapatkan dia sepenuhnya. Terserah deh Lo mau nganggep gue gimana."
"Ih, gue nggak akan ngatain Lo, kok. Lo bener, itu hak Lo sebagai istrinya dia. Emang udah seharusnya pak Bagas itu jalanin kewajibannya sebagai suami. Lagian dia nggak pengen apa? Usia segitu bukannya lagi semangat-semangatnya?"
"Nggak ngerti gue, Sya. Udahlah, nggak usah dibahas. Gimana kalo kita ngantin dulu? Gue pengen beli camilan. Tadi gue nggak selera sarapan di rumah."
"Ayolah, gas! Eh, rumah Lo sama pak Bagas di mana? Kasih tau gue alamatnya, dong. Kapan-kapan gue boleh main ke sana kan, ya? Pasti rumahnya gede banget. Nggak yakin gue, rumahnya pak Bagas biasa aja."
"Gampang, kapan ntar mau dateng ke rumah gue share lokasinya ke Lo. Nggak terlalu jauh dari rumah gue. Kalau soal gedenya, udah pasti gede banget. Gue juga nggak nyangka dia punya rumah pribadi segede itu."
"Yee! Bersyukur, Lo! Beruntung nikah langsung diboyong ke rumah pribadi. Daripada tinggal serumah sama mertua," celetuk Tasya.
"Iya juga sih, gue beruntung, ya. Dapet suami ganteng, kaya, dosen lagi. Hidup gue udah kayak di novel-novel."
"Doain gue juga dong biar kayak Lo. Gue juga mau punya lagi perfect."
"Gebet aja tuh pak Doni. Dia juga masih jomblo."
"Ih, ogah! Gue geli liat rambut klimisnya, hahaha."
"Jangan gitu, entar ngatain malah jodoh loh!"
"Raya!!"
Raya segera berlari, menghindari pukulan-pukulan gemas dari Tasya.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd