"Kau tidak bisa pergi dariku, mana mungkin aku melepasmu setelah aku bisa merasakan hasratku bangkit, kau tidak bisa hanya datang karena ingin merasakan kepuasan! Selena Agatha." Lirih Bentley Leister.
Selena Bianca Agatha seorang mahasiswi cantik berumur (22 tahun) ia terkejut tat kala orang yang begitu ia kenal dan sudah beristri menanyakan hal dewasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya baik dia maupun pria tersebut.
Di samping itu keanehan terjadi pada pria tampan berkuasa yaitu Bentley Max Leister (32 tahun) dimana hasrat bercintanya malah membara ketika bertemu dengan adik dari sahabatnya sendiri yang seharusnya ia rasakan bersama sang istri.
.
.
Lantas bagaimana hubungan Bentley dan Selena ke depannya? dan apakah Ben mampu menahan gejolak pada dirinya yang ia anggap bermasalah?
SIMAK KISAH LENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Mendengar jika Bentley lah yang waktu itu akan dijodohkan dengannya Selena seketika terdiam, ada sedikit rasa penyesalan karena ia menolak dijodohkan tanpa melihat bagaimana bentukan pasangan yang akan disandingkan.
Siapa yang akan menolak jika dipasangkan dengan pria blasteran itu, bentuk sempurna ketampanan seorang pria dia borong semua. Bukan hanya sekedar tampan Bentley juga manis, ditambah sorot matanya yang tajam indah meneduhkan bagi siapa saja pasti akan terhipnotis.
Namun seketika Selena menghilangkan pikiran liarnya yang ia ingat Bentley adalah pria mesum yang sering gonta-ganti wanita seperti malam kemarin.
"Pria m*sum!." Batin Selena tetap memaki.
Papa Martin dan mama Bella menatap gantian putrinya Selena dan Bentley yang dari tadi adu tatap. Ricky di sini juga bingung.
"Kapan kalian bertemu? kenapa tidak beritahu mama Selen?." Tanya Bella.
"Ah itu semalam kita gak sengaja ketemu dan terlibat dalam sebuah urusan ma." Jawab Selena.
"Kau tidak tahu dia adikku bro?." Timpal Ricky, pasalnya dulu ketika Selena duduk di bangku SMA kelas 12 pernah ia perlihatkan fotonya pada Bentley.
"Aku tidak tahu jika itu adikmu, dia sudah besar Ric." Lirih Ben.
"Benar sudah lama juga."
Selena masih melemparkan tatapan tajamnya pada Ben, ia merasa om itu sangat sopan dan ramah di hadapan keluarganya. Tetapi tidak ada yang tahu jika sebenarnya semalam Selena sendiri menyaksikan sisi kelam Ben yang celap-celup wanita.
"Sok suci om satu ini." Maki Selena lagi dalam hati.
Menyadari tatapan Selena, Ben hanya menyunggingkan senyum tipis entah apa yang ada dipikirannya yang jelas ia sudah menyusun rencana untuk bisa dekat dengan penyelamat hidupnya itu.
"Syukurlah jika kalian sudah pernah bertemu, papa harap kalian bisa mengenal satu sama lain. Dengan Ben kamu juga bisa mempelajari bagaimana merealisasikan target perusahaan tepat waktu dia pemimpin yang handal Selen." Ucap Martin.
"Selagi aku bisa aku akan melakukannya dengan sendiri pah." Timpal Selena yang sedikit kesal karena jika dilihat-lihat Martin tampak bangga dengan sosok Bentley itu.
"Yasudah aku berangkat ke kantor sekarang." Selena pamit ia tidak mau lama-lama di sana sedikit tak nyaman juga dengan tatapan mata Ben yang tidak bisa ditebak apa maksudnya.
"Sarapan dulu." Potong mama.
"Nanti saja ma aku sekalian mau ketemu Melinda."
"Tidak bareng kakak?." Timpal Martin.
"Gak usah pah kakak kan ada tamu, jadi aku duluan." Balas Selena, setelahnya ia berlalu pergi dari sana melajukan mobilnya membelah jalanan raya menuju perusahaan Martin.
.
Ricky menatap kamar mandi yang di dalamnya ada Ben.
Sementara Ben di sana sedikit ngos-ngosan, pria tampan itu menatap b*rungnya yang masih berdiri tegak sempurna.
Pria itu bertanya-tanya kenapa cuma Selena? kenapa istrinya ataupun wanita lain tidak sanggup membangunkan benda pusakanya itu.
Jika dulu tahu yang akan dijadikan istrinya adalah Selena mungkin Ben tidak akan melepasnya karena hanya dia. Namun sekarang? semuanya sudah terlambat ia sudah 1 tahun menikah dengan Tyla dan Selena kemungkinan sudah memiliki pasangan yang ia pilih sendiri.
"Ck sial!."
"Kau ini sedang apa lama sekali?." Tanya Ricky.
Pintu kamar mandi di buka, Ben keluar dan kembali duduk di samping sahabatnya.
"Hanya mules sedikit."
Ricky menatap wajah Ben sahabatnya itu seperti tidak sedang mules dari sorot matanya seperti sedang menahan sesuatu. Sebagai seorang pria tentunya Ricky paham betul apalagi Ben sahabat sekaligus kolega bisnis bertahun-tahun. "Kau h*rny??."
Belum sempat Ben menjawab, Ricky sudah melotot dan menjauh.
"Bro jangan bilang milikmu bereaksi karena dekat denganku!." Ricky yang tahu masalah besar yang dimiliki sahabatnya itu dari jauh hari tentunya panik.
"Sh*t! yang benar saja Ric! aku tidak menyukai laki-laki aku normal camkan itu!." Bantah Ben ia sangat benci dituduh demikian.
Ricky menghela nafas lega ia langsung duduk kembali, niatnya yang ingin melanjutkan ngobrol mengenai rencana proyek, namun di sini Ricky tiba-tiba kepikiran sesuatu. "Lantas karena apa kau turn on?."
Ben mengusap wajah tampannya ia memijit sekilas keningnya karena pening, tidak mungkin ia mengatakan jika setiap melihat adiknya Selena maka miliknya juga akan bangun bereaksi.
"Lupakan, aku sekarang sepertinya sudah perlahan normal kembali Ric." Balas Ben menghindari kecurigaan, ia sendiri akan langsung menemui dokter pribadinya.
"Ah syukurlah, dari sejak kapan? ku doakan semoga kau juga cepat-cepat diberi momongan." Timpal Ricky.
Ben tidak langsung menjawab, ia memilih fokus pada pekerjaannya yang harus diselesaikan.
.
"Putus!???." Pekik Melinda setelah puas melepas rindu dengan sahabat dekatnya.
Selena menceritakan semua kejadian yang menimpa dia dari sebelum pulang dan setelah pindah ke rumah keluarganya.
"Pantas saja selama hampir 3 tahun Galang tidak pernah menciumku ataupun yang lain, kita hanya pegangan tangan paling pelukan. Aku pikir itu cara dia membangun hubungan yang sehat hingga pada akhirnya dia akan melakukannya setelah menikah."
Tatapan Selena kosong. "Namun ternyata taunya dia tidak normal Mel."
"Aaarrrgh!." Pekik Selena menutup wajah cantiknya dengan kedua tangan. Ia frustrasi.
Melinda menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu, memang di jaman sekarang bingung sekali untuk memilih seorang pria yang benar-benar pria.
Sebagai seorang wanita yang sudah dewasa kadang Selena juga sering ingin merasakan bagaimana rasanya ciuman diperlakukan layaknya perempuan yang selalu mendambakan sentuhan.
Ia hanya membayangkan bagaimana ketika Melinda mendapat perlakuan itu dari kekasihnya Sam, ia sering iri namun tidak menuntut tapi menginginkan juga karena penasaran.
"Ada yang lebih baik lupakan si br*ngsek Galang itu, kamu terlalu berharga buat dia Sel!." Tegas Melinda.
"Ya i know, cuma sedih saja mengingat diriku yang buang-buang waktu menjalin hubungan dengan pria gay." Selena mengasihani diri sendiri.
"Bagaimana dengan pria bernama Bentley itu?." Melinda sangat penasaran.
Selena teringat sesuatu. "Entahlah aku hanya merasa aneh saja, waktu itu aku juga sempat disuruh lepas pakaian untuk lebih menggodanya namun dia berkata sudah cukup."
"Hidup lagi capek-capeknya malah terlibat dengan sesuatu yang aku sendiri tak tahu apa maksudnya." Timpal Selena. "Tapi om Bentley di mataku terlihat sangat dewasa dan sexy Mel."
"Otakmu itu kenapa tiba-tiba?."
Selena mengangkat kedua bahunya. "Mungkin karena aku kurang belaian dan dipertemukan dengan dia yang mesum jadi otaknya kemana-mana."
Melinda menepuk jidatnya tak habis pikir. Tapi ini begitu plot twis Selena sendiri bilang tak mau dijodohkan tapi ia menyesal juga menolaknya.
"Coba Mel carikan aku pria yang bisa memberiku belaian tapi ini tidak melibatkan perasaan." Ujar Selena. "Ini mungkin gila tapi aku membutuhkannya dan penasaran akan hal itu, takut kedepannya aku tak normal."
Melinda mengembangkan senyum manisnya. "Baiklah sudah waktunya Sel."
.
TBC
kekurangannya menurutku pemilihan kata2 yg kurang sesuai dengan makna kata itu sendiri. bahasanya juga....😶🌫️
love sekebon deh