Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MGTB And CEO BAB 29 - Bukan Tentang Kita
Tak ingin banyak berdebat dan ingin segera mengetahui keadaan sang paman, akhirnya Haura menuruti keinginan Adam untuk memegang ranting itu.
Terlebih saat Adam menjelaskan jika pamannya pindah tak jauh dari sini, namun lebih masuk ke dalam gang sana.
Haura cukup tahu, jika di gang itu banyak pemuda usil, tak hanya mengganggu orang yang lewat kadang pula tak segan mereka mencopet.
Adam berjalan didepan, memimpin Haura yang mengekorinya.
Melewati gang sempit yang hanya cukup untuk tiga orang lewat.
Haura tetap terdiam mengikuti kemanapun Adam membawanya pergi.
Dibenaknya hanya ada satu, apa yang terjadi dengan pamannya itu? Kenapa toko bisa tutup dan bahkan mereka pindah.
Pindah ke tempat yang lebih kumuh.
Adam berhenti dan Haura pun mengikuti, tapi mereka belum sampai. Didepan sana banyak pemuda bertato sedang berkumpul dipersimpangan, tertawa terbahak entah membicarakan apa.
Adam melepas ranting itu dan membuka telapak tangannya lebar-lebar.
"Genggam tanganku," ucap Adam.
Haura bergeming, tidak langsung menuruti ataupun menjawab. Hanya menatap Adam dengan kedua matanya yang sudah nampak merah.
Berada ditempat ini, Haura sangat yakin jika pamannya dalam keadaan yang tidak baik.
"Darimana kamu tahu tentang om Jodi?" tanya Haura setelah cukup lama terdiam.
"Karena aku mencarimu," jawab Adam singkat dengan tatapannya yang tidak pernah putus.
"Juga mencari anak-anak kita," timpal Adam lagi karena Haura hanya terdiam.
Hening.
Hingga setetes air bening jatuh dari kedua mata Haura. Entahlah, air mata itu jatuh tanpa permisi.
"Lalu apa yang terjadi dengan om Jodi?" tanya Haura lagi, seraya menghapus sendiri air matanya dengan cepat.
Dan Adam menjelaskan semuanya dengan rinci, tentang Jodi yang terus mencari Haura hingga toko bunga itu bangkrut, lalu istrinya Salma pergi meninggalkan Jodi begitu saja.
Jodi dan Salma tidak memiliki anak dalam pernikahan mereka.
Tak mampu bertahan hidup didepan sana, akhirnya Jodi pindah ketempat ini.
"Kamu tidak percaya padaku?" tanya Adam karena Haura hanya bergeming.
Lalu tanpa izin, Adam menarik ranting di tangan Haura itu dan melemparnya asal. Lalu menggenggam erat tangan Haura seraya menariknya untuk berjalan.
Melewati kerumunan pemuda itu dengan saling menggenggam.
Hingga sampailah mereka disebuah rumah kecil dengan banyak coretan di bagian dindingnya.
"Ini rumah om Jodi," ucap Adam.
Dan seketika itu juga air mata Haura luruh, ia meremat tangan Adam yang berada di genggaman tangannya, menahan agar tangis itu tidak pecah.
Hingga dilihatnya seorang pria paruh baya membuka pintu rumah itu dari arah dalam. Nampak kurus tak terurus.
"Om Jodi," panggil Haura diantara isak tangis.
Melihat sang keponakan berdiri di sana, dihadapan rumahnya, Jodi tercenung.
"Haura?"
Haura mengangguk, lalu dengan cepat ia berlari kearah pamannya. Sementara Adam dengan sendirinya melepas genggaman tangan mereka, hingga ia merasa ada yang hilang.
Haura memeluk tubuh sang paman erat, pun Jodi yang membalas tak kalah eratnya.
Keduanya menangis, haru.
6 tahun mereka tidak bertemu dan kini semuanya sudah berbeda.
"Maafkan aku Om," lirih Haura diantara isak tangisnya.
"Tidak Haura, kamu tidak bersalah. Maafkan Om, karena Om tidak bisa melindungimu," jawab Jodi seraya melepas pelukan mereka, namun masih menyisahkan isak tangis.
Ditatapinyalah Haura dari atas sampai bawah.
"Om lega, kamu baik-baik saja," jelas Jodi dengan senyumnya yang teduh.
Namun nampak begitu miris dimata Haura.
"Maafkan aku Om," balas Haura lagi, hanya satu kalimat itulah yang bisa ia ucapkan.
Tatapan Jodi teralihkan pada seorang pria yang berdiri tak jauh dibelakang Haura.
"Siapa pria itu? apa suamimu?" tanya Jodi menebak dan Haura menggeleng. Haura pun tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.
Merasa ditanya, Adam pun mendekat.
"Saya adalah ayah dari anak-anak Haura," jelas Adam apa adanya, yang tak ingin ada yang ditutup-tutupi.
"Ayah anak-anak Haura?" tanya Jodi membeo, namun ia mengingat dengan jelas saat Haura mengelengkan kepalanya tadi.
Ingatannya dimasa lalu kembali muncul dengan begitu cepatnya. Saat sang istri memaki-maki dirinya tentang Haura. Keponakan tersayang yang ternyata membuat malu keluarga.
Haura hamil dan aku mengusirnya, aku tidak sudi menampung gadis hina itu!
Kedua netra Jodi membola.
Jadi karena pria inilah hidup kami hancur. Batin Jodi yakin.
Lalu dengan sisa tenaga yang ia miliki, Jodi melayangkan sebuah tinjuan di wajah Adam.
Tak sampai tersungkur, Adam hanya terhuyung kebelakang. Namun Jodi kembali menyerangnya membabi buta.
Tak jauh dari mereka, Luna hendak melerai perkelahian itu. Namun Adam menggerakan tangannya, tak mengizinkan Luna untuk datang.
Adam, menerima semua pukulan itu tanpa membalas sedikitpun.
Sementara Luna berdiri, menahan langkah agar tak berlari kesana.
Dan Haura, sejenak ia bergeming, namun saat melihat Adam tak sedikitpun memberikan perlawanan. Haura segera berusaha melerai sang paman.
"Om!" pekik Haura seraya menarik Jodi menjauhi tubuh Adam yang sudah tergeletak diatas tanah.
"Dia yang sudah memperkosaa mu Haura? untuk apa mengampuninya?" balas Jodi dengan kilatan amarah dikedua matanya.
Ia begitu marah mengetahui kebenaran ini. 6 tahun Jodi merasa bersalah dihatinya. Bersalah kepada mendiang kedua orang tua Haura.
Haura menggeleng pelan, "Semuanya sudah berlalu Om, tidak bisa merubah apapun," jelas Haura, ia masih memegang erat lengan sang paman.
Dan dengan sendirinya, Haura mulai menceritakan semuanya, bahkan tentang kedua anaknya Azzam dan Azzura.
Setelah Jodi tenang, Haura membantu Adam untuk bangkit. Membawanya duduk di kursi teras rumah itu.
"Aku tidak akan meminta maaf untuk semua luka ini," jelas Haura saat melihat wajah Adam yang lebam, bahkan ada darah menggumpal disudut bibirnya.
Adam tersenyum tipis, lalu merintih merasakan sakit.
Jodi lalu masuk ke dalam rumahnya, mengambil air hangat dan lap kain bersih.
"Bersihkan lukanya, om akan beli obat merah didepan," ucap Jodi dan Haura mengangguk.
Dengan wajah datarnya, Haura mulai membersihkan wajah Adam. Ia bahkan tak peduli saat Adam pura-pura kesakitan.
Haura, begitu hangat ketika bersama dengan orang lain. Namun terasa begitu dingin jika sudah berhadapan dengannya. Adam sadar, dosa yang ia lakukan teramat besar. Tapi benarkah tak ada maaf untuknya?
"Kamu tidak ingin bertanya padaku apa yang terjadi dimalam itu?" tanya Adam, membuat pergerakan tangan Haura terhenti.
Sesaat tatapan keduanya terkunci, sampai akhirnya Haura memutus lebih dulu dan kembali membersihkan sisa darah disudut bibir pria ini.
"Tidak," jawab Haura singkat.
"Kenapa?"
"Karena aku tidak berharap kamu kembali," jelas Haura seraya kembali membalas tatapan Adam.
"Bagaimana jika tes DNA itu benar, bagaimana jika benar aku adalah ayah Azzam dan Azzura, apa kamu masih tetap membenciku?"
Sejenak, Haura bergeming. Menyusuri relung hatinya sendiri. Mencari jawaban tentang semua ini.
"Jika benar kamu ayah Azzam dan Azzura, aku tidak akan membatasi pertemuan kalian. Mereka juga berhak mendapatkan kasih sayang seorang ayah."
"Lalu kita?"
Haura menggeleng pelan.
"Ini bukan tentang kita, tapi Azzam dan Azzura."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sapa Author 👋
Jangan lupa dukungannya ya, Insya Allah Adam dan Haura akan up setiap hari jam 5 subuh.
Jika berkenan, terus berikan dukungannya ya, like dan komen sebanyak-banyaknya, Vote dan juga Hadiah.
Karena dengan dukungan kalian, buat author jadi semangat nulis, meski hujan badai ataupun panas terik 🙈😆
Salam AH ( Adam & Haura) 🌹