NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 8

“NAYAA!!” teriak Timira mencoba menggapai tangan Naya. Naya terjatuh. Sebelumnya, Naya masih bisa menginjak udara, namun sayapnya tiba-tiba berhenti bergerak sehingga ia menciptakan tragedi seperti ini. Mungkin ini Karena Naya yang terlalu senang sehingga membuat fokus terbangnya hilang. Sama sepeti Timira, Naya juga mencoba menggapai tangan teman ajaibnya.

Timira dan Naya mengeluarkan nafas lega setelah tangan mereka saling bertautan.

“Nay, dengarkan aku. Tanganku takkan bisa terus memegangimu. Kepakkan sayapmu, buat posisi mu sejajar denganku,” tegas Timira. Naya yang berada di bawah Timira mengangguk. Ia mencoba mengepakkan sayapnya lagi. Awalnya ia berhasil naik, tapi saat ingin mensejajarkan posisinya dengan Timira ia malah terjatuh lagi. Hal ini membuat tautan tangan mereka sedikit mengendur. Timira pun menggenggam pergelangan tangan Naya dengan satu tangannya yang lain, berusaha agar sosok itu tak terjatuh. “kepakkan sayapmu lagi, Nay. Tanganku sudah tak kuat.”

Naya mengepakkan sayapnya lagi. Ia naik, lalu mensejajarkan dirinya pada Timira. Berhasil, tak ada adegan terjatuh lagi, Naya berhasil menginjak udara tanpa bantuan sihir dari Timira. Naya menatap Timira dengan mata berbinarnya. Timira tersenyum, ia mencoba melepaskan genggaman tangannya dari tangan Naya, tapi Naya menahannya.

“Jangan lepaskan aku. Bagaimana kalau nanti aku jatuh?” ucap Naya dengan raut wajah takut. Timira menyentuh tangan Naya dengan tangannya yang lain. Ia mengelus-elus tangan itu, membuat raganya tenang.

“Tak apa, kau takkan jatuh. Percayalah padaku,” ucap Timira lembut. Setelahnya, ia melepas tangannya dari Naya. Sesuai dugaannya Naya juga tak terjatuh. “Sekarang, mari kita coba tahap kedua. Bersiaplah karena aku akan memutarimu dengan sihir yang menakjubkan.”

Timira terbang dengan stabil bersama sayapnya. Ia bergerak, memutari naya dengan indahnya. Saat dirinya hendak berbelok, gerak sayapnya menjadi lebih kompleks daripada sebelumnya. Tangan Timira membentang ke samping. Ia mengeluarkan pernak-pernik keemasan dari tangannya. Sihir yang mengagumkan juga indah menurut Naya. Akhirnya, Timira pun mendarat tepat dihadapan Naya. “Gimana, keren?”

“Banget, Tir.”

Timira tertawa. Mata dan bibirnya tersenyum. “Sekarang coba kau lakukan hal seperti tadi,” ucapnya yang terdengar mengerikan di telinga Naya. Naya menggelengkan kepalanya, ia memasang ekspresi tidak yakin. Timira yang melihat wajah itu memutar bola matanya malas, lalu meraup wajahnya.

“Ayolah, Nay. Aku ini punya sihir, percikan-percikan itu... mereka bisa membantu.” Timira mengulurkan tangannya. “Pegang tanganku. Jangan terlalu khawatir, tak akan ada lagi yang terjatuh, oke.”

“Kenapa kau cukup yakin dengan itu?” Naya meraih uluran tangan Timira. Dirasakannya genggaman ditangan itu, genggaman yang erat.

“Karena sihirku bisa menyelesaikan segala hal. Lalu, sihirku lebih hebat dari yang kau kira. Penyihir-penyihir kuat dalam cerita dongeng mu pun mampu ku taklukan.” Timira menyebarkan kabut hitam di sekeliling mereka. Ia juga menaruh percikan-percikan emas di sayap Naya, Naya tak menyadari itu karena Timira melakukannya hanya dengan melihat sayap itu. Ia menatap sayap itu dengan wajar, lalu mereka pun muncul disana.

“Ku pegang ucapanmu,” ucap Naya yang direspon senyum oleh Timira. Naya dan Timira pun bergerak, Mereka terbang. di saat terbang, Naya berusaha stabil sambil mengingat gerakan yang tadi ia lihat.

“Waktunya belok, Nay,” pinta Timira yang langsung dilakukan oleh Naya. Naya mengangkat salah satu sayapnya sedikit lebih tinggi. Ia berbelok dengan lancar. Naya sangat fokus dengan dirinya, sayapnya dan juga sekelilingnya. Sepertinya Timira sudah tidak perlu bersuara keras terhadap Naya karena ia sudah mulai terbiasa dengan sayapnya.

“Sangat bagus, Nay. Sekarang mari kita coba tahap ke-tiga, yaitu mendarat.”

“ Baiklah. Tolong arahannya, Timira.”

Timira mengangguk. Ia melihat sekeliling, lalu menunjuk salah satu awan. “Kita akan mendarat disana. Pertama, perlambat kecepatanmu dengan cara turunkan sayapmu sedikit lebih rendah dari posisi normalnya. Kedua, perluas sayapmu secara horizontal. Ketiga, sesuaikan posisi tubuhmu. Dan terakhir, gunakan sayapmu sebagai rem. Kau mengerti, Nay?” tanya Timira setelah ia berbicara panjang lebar dengan Naya. Naya mengangguk, ia melakukan semua perintah Timira dengan baik. Keduanya pun mendaratkan diri ke awan, mereka berhasil tiba disana. Namun begitu sudah berada di atas benda putih itu, badan Naya seketika ambruk. Dengan kecepatan kilat, Timira mempertahankan posisi tubuh Naya dengan sihirnya. Naya akhirnya kembali stabil. Timira menghembuskan nafas lega, lalu mengusap-usap kepala Naya.

“Kerja bagus, Nay. Jika kau terus berlatih maka kau akan terbiasa. Sekarang, ayo kita pulang,” ucap Timira lembut yang mampu membuat pipi Naya merona.

###

Hari ini kelas Naya dipenuhi oleh manusia-manusia yang saling memamerkan gambar milik mereka. Siska dan Dharma juga membuat tantangan baru lagi yang membuat suasana kelas makin berisik. Namun, kali ini Naya tak ikut-ikutan untuk memamerkan gambarnya atau ikut beradu argumen dengan Abya, Siska atau Dharma. Dirinya kini sibuk tertidur di bangku belakang milik temannya yang lain karena latihan terbang yang melelahkan.

Di kejauhan, Abya melihat Naya yang sedang tertidur dari bangkunya. Awalnya dirinya ingin membangunkan sosok itu, tapi Abya merenungkan niatnya karena melihat Naya yang begitu pulas tertidur.

Beberapa menit kemudian bel sekolah pun berbunyi. Para murid-murid yang ada dikelas 6A seketika duduk dengan tertib saat guru seni mereka masuk ke kelas. Abya yang memiliki jabatan sebagai ketua kelas pun menyuruh para murid untuk berdiri agar mereka bisa memberi salam pada guru tersebut. Abya melihat sekeliling sebelum memerintahkan untuk memberi salam, Tatapan matanya tertuju pada bangku belakang.

‘Masi tidur ternyata,’ batinnya.

“Calleta, tolong bangunin Naya, dong,” pinta Abya yang langsung dilakukan oleh anak perempuan yang duduk di depan Naya. Bocah yang berkepang dua itu pun menggoncang-goncang tubuh Naya sambil memanggil namanya. Namun, Naya tak terganggu dengan guncangan itu, ia masih tidur dengan pulas bagaikan orang mati.

Melihat Naya yang tak kunjung bangun, dengan terpaksa Abya melangkah kesana. Saat dirinya sudah ada disamping temannya, ia menyuruh Calleta untuk kembali ke posisi semula. Seketika rencana jahat terbesit dipikirannya.

Abya menaruh tangannya di leher Naya, Ia mengeluarkan api kecil disana. Setelahnya Naya terbangun. Ia tersentak dan langsung berdiri di bangkunya. “SELAMAT PAGI,PAKK!” ucapnya yang mendatangkan tawa dikelas 6A. Guru seni yang melihat Naya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Naya bingung dalam situasi ini. Ia pun melihat kesamping, diihatnya Abya berada disana dengan tangan yang sudah terlipat didepan dada.

“Siapa yang menyuruhmu mengucapkan salam terlebih dahulu. Berdiri di tempatmu, jangan menempelkan kepala ke meja.” tegas Abya. Naya memalingkan wajahnya. Ia mendecak karena tak suka dengan Abya saat mode ketua kelas. biasanya, anak laki-laki itu akan tersenyum ke Naya dan akan melakukan apa pun untuknya. Bahkan, jika ia menginginkan kadal bersayap, Abya tidak akan ragu untuk menurutinya walau mustahil.

Abya kembali ke bangkunya saat sudah yakin Naya sepenuhnya sadar sekarang. Setelahnya ia Menyuruh para murid memberikan salam yang biasa mereka lakukan setiap pagi. Saat guru seni sudah menjawab salam para murid, dirinya menyuruh para murid duduk, lalu pelajaran dimulai.

Selama di bangku belakang Naya tak mendengarkan guru yang berada di depan. Satu hal yang harus di ketahui oleh orang-orang adalah ia tak menyukai seni, kecuali drama. Walaupun seisi kelasnya sangat menyukai seni, ia tak akan ikut-ikutan untuk menyukai hal tersebut karena menurutnya bahasa indonesia dan sejarah adalah pelajaran yang harus diprioritaskan dan diagung-agungkan.

Semua murid sangat antusias ketika mereka ditanyakan tugas menggambar oleh guru tersebut. Tapi, semua murid seketika terdiam karena mereka harus menjelaskan kenapa dan mengapa mereka membuat gambar tersebut. Abya mengangkat tangannya, membuat para murid melihatnya dengan penasaran termasuk Naya. Dirinya maju kedepan setelah dipersilahkan oleh guru tersebut. Ia pun memperlihatkan gambarnya yang selalu indah kepada teman-temannya. Sesosok anak perempuan yang sedang memakan eskrim dengan kantung mata hitam terlukis disana. Naya melihat sosok yang berada di kertas itu dengan lekat, ia merasa familiar dengan isinya. matanya, rambutnya dan warnanya seperti-

“Dia antariksaku, si penulis handal yang hobi membaca berbagai buku. Saya menggambarnya karena mengingat dirinya. Sekian dari saya terimakasih, ” ucapnya singkat, padat, dan tak terlalu terbelit jika menjelaskan tentang Naya. baginya, Naya tak boleh dijelaskan terlalu detail karena hanya dirinya yang boleh tau seberapa unik dan lucunya teman perempuannya itu. Siska dan Dharma menatap lukisan itu dengan penuh arti, mereka sangat yakin sosok itu pasti si pembenci seni yang berada di kelas ini. Abya melihat ke gurunya, meminta izin untuk duduk melalui kontak mata.

‘Sudah kuduga,’ batin Naya dari tempat duduknya.

“Ahhh... lucu banget sampai bilang antariksa, pengen deh digituin abya Juga,” girang Calleta yang terdengar di telinga Naya. bocah berkepang dua itu kini sedang berbicara dengan teman disebelahnya. “Kira-kira kapan ya aku digituin ama dia. Sosok itu beruntung banget bisa digambari dan dicintai pangeran tampan itu. ”

Naya yang mendengar kalimat itu pun seketika merasakan perutnya seperti berputar-putar, rasanya ingin sekali ia memuntahkan makan paginya karena ucapan ‘tampan’ dari Calleta. ‘Daripada pangeran tampan, dia lebih mirip pangeran kodok, si,’ batin Naya yang membuatnya tertawa renyah. Calleta yang mendengar tawa itu pun berbalik, melihat ke Naya dengan kerutan di dahi.

“Kenapa, Nay? kok ketawa?”

“Gapapa, Cal. Cuman tertawa karena pikiran sendiri,” jawab Naya dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya. “Btw, sosok itu nggak seberuntung itu digambarin ama Abya, Cal. Tu cewek, selalu diusilin sampe-sampe pengen mukul orang yang kamu bilang pangeran tampan itu,” Naya berkomentar, ia ingin ikut dalam topik yang dua orang didepannya itu perbincangkan.

“Emang kamu tau siapa yang abya gambar?”

“Ya tau lah, orang aku bestinya.”

“Kalau gitu, siapa dia?” Naya menunjuk dirinya sendiri setelah pertanyaan itu keluar.

“Aku orangnya.”

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!