Ketulusan Cinta Nabila

Hari-hari dilalui Nabila seperti biasanya, setiap akhir pekan dia masih menyempatkan waktu untuk bermain bersama Kevin di wahana permainan yang disukai bocah itu. Beberapa minggu terlewati, tak terasa sudah satu setengah bulan hubungan baik antara Nabila dan Kevin terjalin.

Tapi ada yang berbeda dengan sikap Nabila, dia membatasi dirinya dengan Rehan. Tampak Nabila sering menghindari mengobrol dengan Rehan, dan jika sesekali secara tak sengaja dia bertemu pandang dengan laki-laki deddy dari Kevin tersebut Nabila segera membuang pandangannya.

Bahkan ketika Nabila terpaksa harus menuruti kemauan Kevin untuk pulang ke apartemen deddy nya, Nabila lebih sering menghabiskan waktu di dalam kamar hanya berdua dengan bocah kecil itu. Entah apa yang ada dalam pikiran Nabila, yang jelas dia belum ingin membuka hatinya kembali setelah apa yang terjadi dengan hubungan pertunangannya sama Hendra yang belum ada kejelasan sampai saat ini.

Dan pagi ini Nabila masih disibukkan dengan proposal yang harus segera dia selesaikan sebelum jam makan siang nanti, karena siang ini dia harus segera menyerahkan proposal penawaran kepada Perusahaan Retail yang terkenal di ibukota.

"Billa,,, bagaimana dengan proposal penawaran yang kau buat, apa sudah selesai?" sebuah suara bariton tiba-tiba terdengar membuyarkan konsentrasi Nabila yang tengah sibuk menarikan jemari lentiknya di atas keyboard komputer miliknya.

"Iya Pak Yuda,,, ini tinggal dikit lagi kelar," jawab Nabila tergagap karena tiba-tiba Bos nya sudah berada di depan meja kerjanya, "dalam lima belas menit ke depan sudah bisa Bapak koreksi," lanjut Nabila menjelaskan.

"Baik, saya tunggu di ruangan," sambil berlalu meninggalkan Nabila yang masih sibuk dengan berkas-berkas di hadapannya menuju ruangan Presiden Direktur.

"Aku harus selesaikan cepat," gumam Nabila sambil melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda tadi.

Tok,,, tok,,, tok,,,

Tepat lima belas menit kemudian Nabila mengetuk pintu ruangan Bos nya,

"Masuk Bill,,," titah suara dari dalam ruangan.

Cek lek,,,

Terdengar pintu ruangan terbuka, Nabila bergegas masuk sambil membungkukkan badan kearah Presiden Direktur dimana dia bekerja.

"Duduk Bill,,," sambil menunjuk bangku kosong yang berada tepat di depan meja Direktur.

"Baik pak," Nabila mengangguk dan segera mendudukkan dirinya disalah salah satu kursi.

Nabila segera menyerahkan proposal yang telah dibuatnya tadi, untuk dikoreksi oleh Bos nya sebelum kemudian bisa diajukan kepada pihak rekanan yang telah ditunjuk.

Beberapa menit berlalu,,,

"Hmmm,,, bagus," ucap Presiden Direktur itu tersenyum puas. "Tunggu sebentar," titahnya melihat kearah Nabila dan kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi seseorang.

Tak berapa lama terdengar pintu diketuk, dan kemudian muncul seorang pria sambil tersenyum kepada Pak Yuda dan juga Nabila.

"Silahkan duduk Rahmat," titah Pak Bos kepada Manager Keuangan di perusahaan nya itu.

"Baik Pak,,"' melirik kearah Nabila sambil tersenyum hangat dan segera duduk tepat di samping Nabila.

" Siang ini saya tugaskan kalian berdua untuk bertemu dengan pemilik perusahaan XX untuk menyerahkan proposal penawaran ini, sebenarnya saya sendiri yang sudah berjanji kepada Presdir nya untuk bertemu siang ini tapi mendadak ada urusan keluarga yang tak bisa ditinggal. Jadi kalian saja yang memberikan proposal ini, janji temunya di Restoran XX di Jakarta Pusat.

"Siap Pak," jawab Rahmat dan Nabila berbarengan.

"Ada waktu dua jam dari sekarang, sebaiknya kalian langsung berangkat," titahnya, "biasanya jam makan siang lalu lintas rame, takutnya kalian malah terjebak macet dan tidak bisa tepat waktu," lanjutnya memberi saran.

Rahmat dan Nabila pun segera beranjak dari tempat duduknya, memberikan hormat kepada Bos nya dan berlalu dari ruangan Presiden Direktur itu.

*****

"Bos,, makan siang nanti kita ada janji sama pemilik Perusahaan Garmen XX yang ada di Jakarta Barat," Alex mengingatkan kepada tuan mudanya, "tapi barusan Presdir nya meminta maaf karena tidak bisa hadir dan memberi kabar bahwa yang datang ke Restoran adalah sekretaris dan Manager Keuangan," lanjutnya menginformasikan apa yang dia dapat dari Bos perusahaan rekanan yang ingin mengajukan kerjasama dengan perusahaan Rehan.

"Apakah itu berarti Nabila dan laki-laki yang mengejarnya?" ucap Rehan menautkan kedua alisnya.

"Betul Bos,,, apa Bos mau datang ke sana?" selidik Alex sambil menatap intens wajah atasannya yang tiba-tiba berubah.

"Tidak," jawab Rehan cepat, "suruh saja Manager Keuangan dan asistennya untuk menemui mereka," lanjutnya datar dan masih dengan air muka masam.

"Lu cemburu bro???" selidik Alex mengalihkan pembicaraan serius keranah yang lebih pribadi, Alex sengaja berbicara dengan bahasa santai layaknya sahabat jika membahas urusan di luar pekerjaan.

"Huh,,," Rehan terdengar mengeluarkan nafasnya dengan kasar, "entahlah..." gumamnya tak bersemangat. "Akhir-akhir ini dia sering menghindar dan sepertinya sengaja membangun dinding yang tinggi diantara kami," ucapnya lesu.

"Mungkin dia butuh waktu,,, bersabarlah," Alex mencoba menasehati sahabat sekaligus atasannya itu sambil menepuk bahu Rehan. "Jangan menyerah, terus berjuang dan berdo'a," lanjut Alex memberi semangat.

"Tapi Lex,,," Rehan menghentikan ucapannya.

Alex yang mengerti kegelisahan atasannya terus mencoba memberikan dukungan, "ayolah Rey,,, kapan lagi lu bisa dapetin wanita seperti Nabila, sudah jelas-jelas putra lu sangat menyayangi nya dan diapun menyayangi Kevin, gue juga bisa melihat ketulusan dimatanya," ucapnya menggambarkan apa yang dia ketahui, "satu lagi Rey,,, dia tidak mengenal lu sama sekali sebelumnya, jadi dia tidak seperti wanita-wanita lain yang ngedeketin lu karena harta dan ketampanan yang lu miliki," tegasnya lagi sambil menatap sahabat nya.

"Lu bener Lex, gue harus mengejarnya dan sepertinya gue harus lebih bersabar, mungkin saja Nabila masih trauma..." ucap Rehan mencoba menyemangati dirinya sendiri. "Gue akan rebut hatinya dengan do'a," gumamnya dalam hati dengan penuh keyakinan.

"Gimana Bos, mau datang sendiri atau jadi diwakilkan?" tanya Alex membuyarkan lamunan Rehan.

"Perintahkan saja sama Manager yang mengurus masalah itu," jawab Rehan sambil mendorong tubuh Alex agar segera keluar meninggalkan ruangannya.