NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.7k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10

Karena hujan deras, Ivan dan Vyan berhenti main basket. Mereka masuk ke dalam rumah Ivan dan mereka makan mie rebus bersama.

"Wah enak banget, udah hujan makan mie lagi uuhhhh..." Ucap Ivan dengan heboh.

Vyan menganggukkan kepalanya dengan setuju, "Apalagi ditambahin banyak sayuran wihhhhh tambah mantap." Jawab Vyan.

Ivan menggelengkan kepalanya karena dia tidak suka sayuran.

"Kau ini ya suka banget sama sayuran," Ucap Ivan dengan heran.

"Paman aneh, paman marahi Vani biar makan sayur sama buah tapi paman sendiri tidak suka, gimana sih," Ucap Vyan dengan heran.

Ivan terkekeh, "Beda itu, Vani kan masih kecil jadi harus banyak makan sayur sama buah." Jawab Ivan.

"Yang harusnya itu banyak makan ya paman lah, paman kan udah tua jaga kesehatan paman." Omel Vyan dengan kesal.

"Iya..iya kenapa jadi aku yang diomeli," Gumam Ivan dengan heran.

"Paman," Panggil Vyan.

"Hm?" Tanya Ivan.

"Apa paman dulu dekat sama papaku? paman kan teman mama otomatis paman kenal dengan papa," Tanya Vyan dengan heran.

"Eummmm...kita sahabatan." Jawab Ivan.

"Ha? iya kah?" Tanya Vyan dengan heran.

"Kenapa tidak percaya gitu!" Ucap Ivan sambil menyentil kepala Vyan dengan pelan.

"Ya tanya aja." Jawab Vyan dengan kesal.

"Vyan, kau kenapa tidak pernah tanya tentang papamu ke paman, padahal waktu kita bersama banyak dan mamamu juga tidak akan tahu juga kan," Tanya Ivan dengan heran.

"Aku tidak mau mendengar cerita kalau bukan dari mama, aku takut aja kalau menyakiti hati mama, jadi aku akan menunggu mama." Jawab Vyan sambil mengunyah.

Ivan tersenyum kecil, "Benarkah, padahal aku juga dekat loh sama papamu, kau tidak penasaran bagaimana dia dulu," Tanya Ivan.

"Enggak!" Jawab Vyan, sebenarnya dia penasaran tapi dia gengsi karena terlanjut mengatakan itu ke Ivan.

"Baiklah," Jawab Ivan.

Vyan melirik ke Ivan, "Memangnya papa seperti apa..." Tanya Vyan dengan suara pelan.

"Ha??? apa?? yang keras dong!" Ucap Ivan dengan kesal.

"Papa seperti apa dulu kenapa tidak dengar sih," Jawab Vyan sambil memalingkan wajahnya karena dia malu. Ivan terkekeh.

"Papamu ya...eummm...dia itu pintar, dia mirip denganmu loh. Hanya saja sifatnya lebih menyebalkan darimu enggak canda canda...dia baik kok hanya saja tidak semua orang bisa memahami sifatnya." Jawab Ivan sambil tersenyum.

"Dulu yang mengajariku bermain bola, basket, voly, gitar itu papamu, dan sekarang aku mengajarkan itu padamu." Ucap Ivan.

Vyan hanya diam, dia tidak merespon apapun.

"Kenapa? kau tidak puas dengan papamu?" Tanya Ivan dengan heran.

"Jika dia sebaik itu kenapa dia meninggalkan mama?" Tanya Vyan dengan heran.

Ivan terdiam, dia bingung harus menjawab apa.

"Aku sama sekali tidak mengerti dengan hubungan mama sama papa, aku bahkan tidak tahu apa alasan kita lahir." Ucap Vyan dengan kesal.

"Paman, bibi bilang aku mirip papa, aku jadi membenci wajahku karena mirip papa." Ucap Vyan.

"Kenapa benci?" Tanya Ivan dengan heran.

"Karena itu akan menyakiti mama, benar kan papa menyakiti mama, jika tidak kenapa mama ditinggal begitu saja." Jawab Vyan dengan kesal.

Ivan tersenyum kecil, "Kalau boleh jujur sih kisah cinta mereka itu menarik loh dulu, mamamu tidak akan pernah benci papamu sampai kapanpun begitu juga sebaliknya." Jawab Ivan.

"Kalau tidak kenapa-"

"Vyan!" Bantah Ivan. Vyan langsung diam dan menatap Ivan.

"Aku saksi kisah mereka, apa kau bisa percaya ke paman?" Tanya Ivan.

Vyan mengepalkan tangannya dengan kesal.

"Paman tahu kok kalian berdua sengaja enggak peduli soal papa kalian didepan mama kalian, tapi saat dengan paman begini kau bisa melampiaskan emosimu." Ucap Ivan sambil mengusap rambut Vyan.

Vyan menghela nafas dengan kesal.

"Aku tidak ingin peduli dengan dia," Jawab Vyan.

Ivan tersenyum kecil, "Jika waktunya sudah tepat kau akan mengerti juga nanti." Jawab Ivan.

Vyan mendengus kesal lalu dia memakan mienya.

"Hari ini aku nginap disini, aku tidak ingin pulang." Ucap Vyan.

"Iya tenang saja nanti aku ijinkan ke Keara." Jawab Ivan.

Axel terus berdiri didepan rumah Keara, dia tidak peduli dirinya kehujanan sekarang, dia hanya ingin melihat anak dan istrinya yang sedang makan bersama itu. Sebenarnya dia juga sangat ingin bergabung dengan mereka.

Lalu Keara menutup jedelanya dia melihat ada pria aneh yang berdiri di depan rumahnya itu, Axel sontak terkejut karena Keara melihatnya dan dia langsung membalikan badannya dan pergi. Keara terus memperhatikan pria itu.

"Axel...." Gumam Keara dengan heran.

"Mama? ada apa?" Tanya Vani.

Keara langsung lari keluar dari rumah, dan dia sudah tidak bisa melihat pria itu lagi.

"Apa benar itu Axel," Gumamnya dengan heran.

"Mama kenapa?" Tanya Vani.

Keara menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Hujan sayang, ayo masuk ke dalam." Ajak Keara sambil merangkul pundak Vani lalu mereka masuk ke dalam rumah lagi. Keara masih penasaran apa benar orang yang dia lihat itu Axel atau dia hanya berhalusinasi saja.

Axel masuk ke dalam mobilnya dengan keadaan tubuhnya yang basah kuyup, dia menghela nafas dengan kesal. Dia kesal karena masih belum bisa menunjukkan dirinya didepan Keara.

"Maaf Axel..." Lirih Axel dengan sedih.

.

Keesokan harinya.

Axel pergi ke kantor polisi, dia masih penasaran dengan pria yang ditemui Dion kemarin.

"Dia itu Darwin, pria 60 tahun, dia punya catatan napi 20 tahun karena kasus narkoba dan prostitusi, dan dia punya hubungan keluarga dengan Eric. Mungkin saja dia bergabung dengan mafia itu karena dia ingin balas dendam ke keluarga Eric. Bedasarkan berita yang aku cari, tidak ada anggota keluarga yang peduli dengan dia selama ini bahkan saat persidangan pun tidak ada anggota keluarga yang datang, bisa saja hal itu memicunya untuk melakukan kejahatan ke Eric." Jelas Leon.

Axel hanya diam, tapi dia mendengar semua yang dikatakan oleh Leon itu.

"Axel wajahmu pucat sekali, kau baik-baik saja?" Tanya Leon dengan cemas.

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, diluar kasus ini." Ucap Axel.

"Iya katakanlah," Jawab Leon.

"Setelah kasus ini selesai aku akan berhenti menjadi polisi bayanganmu, aku ingin...aku ingin kembali ke keluargaku." Ucap Axel dengan ragu.

Leon tersenyum kecil, "Itu memang yang aku inginkan, kau juga harus kembali ke rumahmu." Ucap Leon.

"Iya...aku akan kembali ke rumah, dan mengambil tempatku yang sebenarnya." Jawab Axel.

Leon menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Iya begitu seharusnya," Jawab Leon.

Axel menatap Leon dengan tatapan tajamnya, "Kenapa kau terlihat peduli denganku? bahkan dulu saat aku kabur kau yang membantuku. Kenapa?" Tanya Axel dengan heran.

Leon berdecih tersenyum, "Karena aku punya hutang budi dengan papamu."

"Hanya itu?" Tanya Axel dengan heran.

"Iya, itu sangat berarti untukku Axel." Jawab Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam.

"Lalu kau akan menyingkirkan mama tirimu itu?" Tanya Leon.

"Tidak. Aku hanya akan menggesernya dari tempatku." Jawab Axel.

"Setelah itu aku akan membawa mereka bertiga tinggal di tempat yang lebih layak." Ucap Axel dengan sedih.

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!