Perjalanan kisah seorang wanita, jatuh bangun dalam membangun karir dalam hidupnya, hingga akhirnya menjadi sosok wanita kuat dengan dukungan dari seorang laki-laki yang sangat berkuasanya.
Kehidupan yang penuh dengan luka, bahkan kepingan layar hidupnya ada yang hilang dari ingatan.
Sebuah Rahasia yang tak terduga akan ditemukan, bersama dengan sosok anggota keluarga Klan Nugraha yang tak lain adalah Aftan Brian Nugraha.
Misteri apa apa yang akan terkuak pada akhirnya?, yuk ikuti semua kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sinho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di sisimu
Keluar dari ruangan, Aftan segera memanggil anak buahnya.
"Bawa mereka dan bereskan!" Ucapnya sambil menatap tajam.
"Siap Tuan" jawab laki-laki dengan tubuh tinggi besar, lalu segera menunduk saat Aftan pergi meninggalkan.
Sementara Andin dan Deni ikut menyusul pulang ke perusahaan, dan masih ada dua pertemuan lagi yang cukup menguras tenaga dan pikiran, namun Andin menjalani itu semua dengan semangat dan suka cita.
"Kamu kelihatan sangat lelah" ucap Deni melihat Andin menyandarkan kepalanya di kursi mobil.
"Lumayan Pak" jawab Andin sambil memejamkan mata.
"Kita mungkin akan pulang agak malam, kau tidak apa-apa?"
"Tenang pak Deni, Aman" jawaban Andin yang membuat Deni tersenyum menatap sejenak dan segera mengalihkan pandangan.
Ditempat lain, dua orang sudah di hajar babak belur sampai, berteriak meminta ampun akan kesalahan yang masih belum di mengerti, hingga diakhir sebelum mereka pingsan, sebuah peringatan di tangkap telinga agar tidak menganggu Andin Praharini.
*
*
Hari yang sangat melelahkan, Andin berjalan pelan menyusuri tangga hingga menemukan pintu kamarnya, lalu masuk dan duduk sambil memijit pelipis dan tengkuknya yang terasa begitu berat.
"Sungguh melelahkan" gumamnya, kemudian beranjak menuju ke kamar mandi yang ada di dalam ruangan.
Rutinitas dilakukan, tubuhnya berendam di air hangat untuk merilekskan otot-otot di tubuhnya yang sudah menegang seharian.
"Ini sangat nyaman" ucap Andin sambil memejamkan mata.
Tak lama, segera keluar, menunaikan ibadah sholat sebelum benar-benar merebahkan tubuh untuk beristirahat karena begitu kelelahan.
Tanpa di sadari, beberapa jam kemudian, pintu kamar Andin terbuka perlahan, tatapan mata seseorang tertuju pada Andin yang tidur dengan damai memeluk guling diatas kasurnya.
Aftan datang hampir jam 11 malam, menuju ke kamar utama dan membersihkan dirinya, saat hendak ke ruang kerja untuk memeriksa pekerjaannya, tiba-tiba saja ingin berhenti di depan pintu kamar Andin.
Mengetuk pintu beberapa kali tak ada sahutan, Aftan perlahan membuka pintu, ingin mengetahui keadaan Andin setelah bekerja seharian.
Tatapan Aftan terkunci saat melihat tubuh kecil itu meringkuk memeluk gulingnya, mata yang terpejam terlihat begitu damai dan menikmati momen tidur yang nyaman.
Aftan menelan saliva nya perlahan seolah begitu sulit, saat kaki jenjang Andin yang putih bersih dan mul-us keluar dari selimut hingga terekspos tanpa sengaja.
"Erga, kenapa kau tega menyakiti ku, breng-sek!" Ucap Andin dalam tidurnya, disusul dengan air mata yang menetes di ujung matanya.
.
Suara Andin yang tengah tertidur mengejutkan Aftan, seolah ikut terbawa dalam luka yang dalam, hingga Aftan berjalan menghampiri dan duduk di tepian tempat tidur Andin sambil terus mengamati.
"Cantik" gumam Aftan tanpa sadar, bibirnya membuat senyum samar, lalu tangannya membelai wajah Andin dan merapikan anak rambut yang menutupi wajahnya.
"Begitu dalam kah lukamu?" Ucap Aftan lirih, seolah bisa ikut mengerti, seperti hatinya yang juga masih merasakan hal yang sama, namun dengan kasus yang berbeda.
"Selama kau menjadi Nyonya Aftan, tidak akan satu orang pun bisa menyakiti mu, dan kamu hanya milikku, apapun masa lalu mu, tidak ada lagi transaksi atas dirimu" kembali Aftan menyuarakan isi hatinya.
Setelah kejadian-kejadian buruk menimpa Andin dan diketahui olehnya, entah kenapa Aftan semakin tidak rela jika sesuatu hal menyakitkan menimpa wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Tatapan Aftan juga berubah menjadi begitu tajam dan mengerikan, disaat teringat akan niat busuk laki-laki yang sudah di bereskan nya, bahkan tangannya ikut terlibat menghajar dengan brutal melampiaskan amarahnya.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul satu dini hari, dan Aftan sedari tadi hanya duduk dan memperhatikan Andin tanpa mengganggu nya, hingga rasa kantuk tak dapat di tahan lagi, tubuhnya berbaring di samping Andin, ikut tertidur di dalam ranjang yang sama.
Beberapa saat berlalu, Andin merasa tubuhnya seperti ada yang menindih, hingga kesulitan untuk bergerak dengan bebas, berusaha membuka mata saat sayup-sayup terdengar suara Adzan berkumandang di dalam ponselnya, dan akhirnya _
"Akh!" Teriak Andin kencang lalu segera membungkam mulutnya sendiri.
Mengucek matanya beberapa kali, takut dirinya hanya mimpi atau berhalusinasi, dan hasilnya tetap sama, dimana seseorang yang tadi tengah memeluk dalam tidurnya adalah Aftan Brian Nugraha.
"Tuan Aftan?, kenapa dia tidur disini?" Ucap Andin segera melompat dari tempat tidur dan memeriksa kondisi bajunya yang ternyata masih utuh.
"Ya Tuhan, Syukurlah, tidak terjadi apapun" gumamnya sambil menahan debaran jantung yang seolah akan meledak di tempatnya.
Dilihatnya pukul empat pagi, segera dirinya melakukan ibadah dan duduk tak jauh dari kasurnya, tidak mungkin Andin akan begadang sampai menunggu pagi, apalagi tubuhnya masih begitu lelah.
"Tuan, Tuan Aftan, Tuan!" Andin berusaha membangunkan, sambil menepuk pindah Aftan beberapa kali, namun tidak ada reaksi apapun, bahkan Aftan malah terlihat begitu lelap.
"My God, aku harus bagaimana ini" diantara kesal dan takut, Andin nampak kesal namun tidak menyerah begitu saja, sekali lagi menepuk nya agak keras.
"Tuan Aftan!"
"Aaa!"
Justru teriakan Andin semakin kencang karena terkejut tubuhnya sudah terseret dengan tiba-tiba, dan jatuh dalam pelukan Aftan yang hanya bergerak sedikit saja di atas tempat tidurnya.
Tangan Aftan sudah memeluknya dengan erat dari belakang, Andin membelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh laki-laki yang kini sudah mendekapnya erat dalam tidurnya.
Dan detik berikutnya, Andin terasa mau pingsan saat tubuhnya di balikkan, kini berhadapan dengan jelas dengan wajah Aftan yang hanya beberapa senti saja, bahkan hidung mereka saling menempel.
"Tu taun Aftan, apa yang kamu lakukan?" Andin berucap sangat pelan, rasanya tak sanggup kalau harus saling bertatapan sedekat ini.
"Tidur bersama Istriku, aku bisa melakukan apapun atas dirimu, apa kau lupa?"
Deg
Andin terdiam tanpa kata, menjatuhkan pandangan, tidak kuasa lagi akan tatapan Aftan yang baru disadari sudah menjadi suaminya.
Bahkan kini hembusan nafasnya begitu hangat dirasakan, menyapu di wajahnya, dan merasakan Aftan semakin mendekatkan bibirnya.
Jantung Andin makin tidak bisa di kontrol, hatinya berusaha keras menolak, namun tubuhnya bereaksi lain, seolah terpaku di tempatnya.
Dengan sekuat tenaga, akhirnya Andin memberanikan diri.
"Tu Tuan Aftan, lepaskan, saya tidak bisa bergerak" ucapnya lirih.
"Jangan panggil aku Tuan, panggil aku yang sewajarnya sebagai pasangan."
Andin terkejut, lalu menggerakkan matanya dan menatap Aftan kembali, keduanya kini saling menatap, ada rasa nyaman yang membuat keduanya seolah tak ingin melepaskan.
"Saya takut terlalu lancang dan tidak sopan Tuan" jawab Andin.
"Aku Suami mu"
"Tapi Tuan_"
"Itu perintah!" Sahut Aftan dan membuat Andin langsung diam.
Aftan semakin ingin mendekati, bahkan hasratnya mulai tak terkendali, melihat bibir basah yang begitu ranum dan indah, lalu bergerak maju untuk mencicipi.
Namun ada keanehan disana, wajah Andin langsung pucat dan menegang, Aftan menghentikan geraknya dan bertanya dalam hati.
"Bukankah dia sudah biasa dengan para laki-laki, lalu kenapa sepertinya sekarang begitu takut, apa ini hanya pura-pura?" Batin Aftan masih mengamati.
Sementara Andin sudah memejamkan mata dengan kekhawatiran dan ketakutan yang nyata terlihat dari wajahnya.
Kembali Aftan bergerak maju, hingga kulitnya kini menempel, Andin hampir tidak bisa bernafas dengan dada yang bergemuruh, hingga kemudian_
"Biarkan aku istirahat disini sampai pagi, aku sangat lelah" bibir Aftan menyentuh telinga Andin saat membisikkan, dan andin seketika merinding namun juga lega.
Bersambung.
Hari SENIN waktunya VOTE, VOTE, VOTE, VOTE, Yuk jangan lupa kasih VOTE nya dan rebut hadiah Uang Tunai di Episode 40 dan 80.
dasar keturunan nugraha
pasti sangat seru
lanjut tor
aku padamu