Guru Dingin Itu Adalah Ayahku
"Baru 16 tahun udah hamil...."
"Aduh malu-maluin banget, kasihan ibunya kerja keras buat dia eh malah anaknya hamil."
"Bisa bahaya enggak sih kalau di biarin tinggal di daerah kita, nanti anak-anak kita pada niru dia lagi."
"Kasihan ya, ibunya bunuh diri karena menahan rasa malu gara-gara anak yang tidak tahu terimakasih seperti dia."
Gadis berambut panjang itu hanya diam di sepanjang jalan meskipun banyak orang yang membicarakan dia, dia membawa tasnya dan segera pergi dari tempat ini.
"Pergi sana dasar sampah!"
"Jijik banget aku liatnya..."
Orang-orang itu melemparinya dengan batu untuk mengusirnya. Dia hanya diam dan meneteskan air matanya.
"Mama...mama"
Wanita berambut sebahu itu langsung terbangun mendengar suara anak perempuannya itu.
"Vina..." Ucap wanita itu.
"Mama, kenapa mama sampai meneteskan air mata begitu? mama mimpi buruk ya?" Tanya Vina Keanara, gadis imut berusia 16
tahun itu, dia kecil, cantik, dan berambut panjang lurus. Lalu wanita muda yang cantik dan imut itu bernama Keara Putri, dia berusia 32 tahun dia adalah ibu dari Vina.
"Mama kecapekan ya...apa mau aku pijit?" Tanya Vina sambil tersenyum.
"Enggak perlu sayang, lho kok kamu pulang sendirian? dimana Vyan?" Tanya Keara dengan heran. Vyan Kianaro adalah anak Keara juga, Vyan dan Vina adalah anak kembar, mereka juga sekelas.
"Anak itu pasti main," Jawab Vina dengan kesal.
Keara menghela nafas, "Kok kalian enggak pulang bareng sih,"
"Mama, dia itu ribet masih main sepak bola lah, voli lah, basket lah, pokoknya ribet deh." Jawab Vina dengan kesal.
"Itu tandanya dia aktif dong, dulu ya mama itu juga aktif itu ini itu kok kamu malah enggak ikut apa-apa sih," Tanya Keara dengan heran.
"Aku enggak ada waktu buat ketemu banyak orang, aku pengen di kamar baca buku sendirian." Jawab Vina.
Keara tersenyum kecil, melihat tingkah Vina seperti ini mengingatkan dia ke seseorang yang dia cintai dulu, yaitu papa mereka berdua.
"Kenapa mama malah senyum?" Tanya Vina dengan heran.
"Enggak. Nanti malam kalian temani mama belanja ya. Sekalian kita ke rumah paman Ivan." Ajak Keara.
"Ha? ah enggak ah mama sama Vyan aja aku di rumah aja," Jawab Vina.
"Vina." Bantah Keara dengan pelan. Vina menghela nafas dengan kesal.
"Ayo bantu mama masak," Ajak Keara.
"Bye mama aku mau ke kamar..." Jawab Vina lalu dia lari dengan cepat ke arah kamarnya.
Keara tersenyum kecil.
"Anak itu," Gumamnya dengan heran.
Keara adalah single mom, meskipun dia sendirian tapi dia bisa merawat mereka. Keara mempunyai kedai mie kecil yang dia kelola sendiri, dan dari hasil itulah dia bisa menghidupi keluarga kecilnya. Banyak hal yang harus dia korbankan untuk membesarkan mereka berdua tapi itu bukan masalah baginya karena mereka berdua adalah bagian terpenting dihidup Keara.
Dan Keara teringat dengan mimpinya tadi, dia terlihat sedih dengan semua ingatan dia di masa lalu.
"Vyan pulang dulu ya, papaku telepon terus ngajakin kondangan ke rumah temennya, heran aku kenapa aku harus di paksa ikut sih." Ucap Aldo, dia adalah teman dekat Vyan.
"Mungkin ingin menunjukkan kalau anaknya sudah besar, orang tua kan suka begitu." Jawab Vyan.
Aldo menghela nafas, "Ah kenapa aku juga..." Gumamnya lalu dia segera pergi. Vyan terkekeh melihat temannya itu, dan dia lanjut bermain basket sendirian di sekolah, dan dia memikirkan papanya.
"Kalau aku punya papa, apa akan seperti Aldo juga." Gumam Vyan dengan heran.
Dan Vyan sampai di dalam rumah, saat dia masuk dia melihat mama dan kembarannya sedang makan.
"Mama tumben pulang cepat," Ucap Vyan dengan heran.
"Heh kau nanti cuci piring!" Omel Vina dengan kesal.
Vyan berdecak kesal sambil melirik ke arah Vina, lalu dia duduk dan ikut makan dengan mereka.
"Vyan cuci tangan dulu," Ucap Keara.
"Enggak apa-apa ma, lagian aku makan pakai sendok." Jawab Vyan lalu dia makan dengan lahab.
"Tapi kan kamu habis dari luar, pasti tanganmu kotor ayo cuci dulu." Ucap keara.
"Iya ma," Jawab Vyan lalu dia segera mencuci tangannya setelah itu dia kembali ke kursinya dan makan.
"Mama besok tidak lupa kan ada panggilan orang tua," Ucap Vina.
"Iya mama pasti inget kok," Jawab Keara sambil tersenyum. Lalu keara memperhatikan mereka berdua dengan seksama.
"Ke.kenapa ma?" Tanya Vina dengan gugup.
"Pertemuannya pasti membahas nilai kan," Ucap Keara.
"Ya jelas ma, nilai ujian tengah semester kita udah keluar. Dan mama pasti tahu ni orang sebelah enggak ada naiknya nilai dia." Jawab Vyan dengan melirik Vina.
"Ah enggak kok ma, ulangan kali ini aku serius belajar." Jawab Vina sambil tersenyum ke mamanya.
Keara hanya diam dan mendengarkan anaknya dulu.
"Bohong ma, kerjain tugas aja jarang kok," Sahut Vyan sambil terkekeh. Vina menendang kaki Vyan dengan kesal sambil melototi dirinya.
"Sakit tauk!" Geram Vyan dengan kesal.
"Ember banget jadi orang," Gumam Vina dengan kesal.
"Kemarin ma Vyan juga tidak mengerjakan tugas tapi kenapa ya dia tidak dihukum? kesel aku." Ucap Vina dengan kesal.
"Tumben banget, biasanya Vina yang sering enggak ngerjain tugas." Ucap Keara dengan heran.
Vyan tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan mamanya, "Bwahahahahahah.... yang harusnya kesel itu aku mah, di kelas aku selalu peringat tertinggi masak iya saudara kembarku peringkatnya kedua dari bawah...mana teman-temannya geng peringat bawah semua lagi." Ucap Vyan dengan heran.
Vina mengepalkan tangannya dengan kesal, "Kau mau aku pukul ha???" Omel Vina dengan kesal.
"Apa? pukul? kau mau aku bilang ke semua anak-anak kalau kau selama ini cuma nyontek tugasku ha?" Sahut Vyan dengan kesal.
"Cowok bukan sih? ember banget deh!" Ucap Vina dengan kesal.
"Ganteng gini masih ragu masa," Ucap Vyan dengan tersenyum bangga.
"Uwekkkkk uwekkkkk...." Vina.
"Sudah sudah ayo makan, kalian ini kapan akurnya sih?" Tanya Keara dengan heran.
"Enggak akan!!!" Jawab mereka dengan serentak.
Keara menghela nafas, lalu dia lanjut makan.
Setelah selesai makan, Vyan yang mencuci semua piringnya, Lalu Keara datang untuk menawarkan bantuan.
"Mau mama bantu?" Tanya Keara.
"Mama tiduran aja, nanti mama capek loh." Jawab Vyan.
Keara tersenyum.
"Mama, tadi ramai apa enggak kedainya? mama capek apa enggak tadi?" Tanya Vyan.
"Lumayan ramai, dan mama tidak capek." Jawab Keara sambil tersenyum.
Vyan tersenyum, "Mama hebat pokoknya best...aku pengen peluk mama tapi tanganku kotor." Ucap Vyan dengan kesal. Keara terkekeh lalu dia memeluk putranya.
"Sudah terisi energinya sekarang tuan muda?" Goda Keara.
Vyan mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Mama, masa iya guruku minta nomor mama ya enggak aku kasih lah." Ucap Vyan dengan kesal.
Keara melepas pelukan Vyan.
"Kok guru kamu kenal mama?" Tanya Keara dengan heran.
"Enggak tau, mungkin saat mama datang rapat." Jawab Vyan.
Keara menganggukkan kepalanya dengan mengerti.
"Mama, apa mama tidak mau menikah lagi?" Tanya Vyan.
Keara menoleh ke putranya dengan terkejut, "Tumben kamu tanya begitu, kenapa?"
"Yaaa aku kasihan aja sama mama, mama itu masih muda banget, mana kalau kita bertiga jalan kita udah kayak adik kakak lagi." Jawab Vyan sambil mengelap piring-piringnya.
Keara tersenyum mendengar ucapan putranya itu, "Nanti ikut mama belanja ya, sekalian kita mampir ke rumah paman Ivan."
Vyan menganggukkan kepalanya.
Vyan menghela nafas, selalu saja saat Vyan membahas tentang pernikahaan mamanya selalu menghindari dirinya. Dia kesal padahal dia juga ingin tanya tentang papanya tapi Vyan tidak berani langsung bertanya tentang itu.
Dan setelah itu dia masuk ke dalam kamarnya. Vyan langsung merebahkan tubuhnya di ranjangnya, dan dia memikirkan tentang papanya itu.
"Dimana papa...siapa papa sebenarnya..." Gumamnya dengan sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments