Harus Ku Terima, TAKDIR INI

"Ayok kita pulang sekarang!" Ucap Marteen

"Iya pa" jawab Jhon yang kemudian berjalan mengikuti ayahnya di belakang.

*****

Langit Jakarta mulai berubah gelap, awan kelabu seakan menutupi seluruh langit tanpa cela, rembulan juga mulia redup menandakan sebentar lagi akan turun hujan.

tetes demi tetes air berjatuhan membasahi seisi bumi. seperti mengisyaratkan kesedihan yang tengah di rasakan seseorang dari balik jendela kamar. Gadis itu seakan meratapi kesedihan yang telah menggores hatinya. Perkataan pria yang kini menjadi sosok suami yang di idam-idamkan oleh orang tuanya, ternyata menyimpan banyak luka.

Malam itu, Alisya yang tak sengaja mendengar perbincangan Jordan dengan seseorang melalui telfon. walaupun pernikahan mereka hanya keterpaksaan tetap saja status Jordan saat ini sebagai suami Alisya.

betapa terkejutnya ia kala mendengar keluhan sang suami pada salah seorang di balik telfon itu. Alisya tak menyangka Jordan yang selama ini ia kenal sebagai pria baik dan tulus ternyata menyimpan banyak luka untuk dirinya.

Entah membahas apa mereka itu, sesekali ia mendengar Jordan yang menyebut dirinya sebagai istri yang menjij*kan.

"dulu memang gue sempat tertarik sama perempuan itu, bahkan gue gak menolak sama sekali untuk dijodohkan. Tapi semenjak gue tau dia sakit-sakitan gak Sudi banget gue nikahin cewek kayak gitu. Bisa-bisa penyakitnya nular ke gue. Andaikan orang tua gue gak terikat kontrak kerja sama orang tua wanita itu, pasti gue udah batalin aja tuh perjodohan pas tau dia sakit-sakitan. Capek gue kalau lama-lama harus terus ber akting."

ucapan Jordan yang kala itu tak sengaja di dengar oleh Alisya. Ia menyadari itu, bahwa wanita menjij*kan yang di maksud oleh Jordan adalah dirinya. Tak sanggup rasanya ia mendengar cacian itu, walaupun tak secara langsung di katakan di depannya. Tapi dengan cara menghina dirinya kepada orang lain sama saja mampu membuat hatinya terluka.

pyarrr.....

pot bunga yang ada di atas meja tepat di sebelah pintu kamar, tak sengaja tersenggol oleh tangan Alisya.

"Siapa itu?" ucap Jordan yang saat itu langsung mematikan telfonnya. Dan di carinya sumber suara yang telah merusak konsentrasi nya.

Klekk...

Di bukanya pintu kamar itu, tak ada siapapun yang ia temui, sementara ada pecahan pot bunga yang terjatuh.

"Alisya"

Jordan memanggil Alisya namun tak ada jawaban juga dari perempuan itu.

"kemana perempuan itu?"

"Apa dia sudah mendengar semua percakapanku?"

Pikirnya kala itu. Karena ia tahu di rumah itu hanya dia dan Alisya saja tak ada siapapun lagi yang tinggal di sana. Hewan peliharaan seperti kucing pun juga tak ada.

Di carinya perempuan itu, sampai akhirnya dia menemukan Alisya yang tengah tertidur pulas di depan tv.

Sementara Alisya yang saat itu tidak tahu harus bersembunyi dimana, akhirnya ia memutuskan untuk berpura-pura tidur.

*****

Tap, Tap, Tap.....

Suara kaki berjalan, sangat terdengar jelas mendekati dirinya. ia pejamkan terus matanya walaupun di hatinya juga menyimpan rasa takut.

Sampai seseorang itu berhenti tepat di hadapannya.

Alisya masih tak berani membuka mata. Bayangan orang itu masih samar-samar berdiri di hadapannya..

"dasar perempuan bod*h" ucap pria itu lirih

kau pikir aku tidak tahu kalau kamu yang telah menjatuhkan pot bunga itu. Aku yakin kamu telah menguping pembicaraan ku. Monolognya

bayang-bayang itu sekarang sudah tak terlihat lagi di depan Alisya. Sedikit demi sedikit ia membuka matanya. Benar saja ia sudah tak mendapati Jordan.

Kemudian Alisya berdiri dan hendak memutarkan badannya. Tiba-tiba...

Brughh...

Tubuhnya telah menabrak seseorang yang tengah berdiri di belakang kursi.

Mata Alisya kemudian perlahan mengamati sosok itu dari bawah hingga atas.

"Jo...Jordan" ucap Alisya terbata-bata kala mengetahui pria itu belum sepenuhnya pergi dari sekelilingnya.

"kenapa kau berdiri di situ? mengagetkan saja" timpal Alisya yang berusaha tenang walaupun jantungnya sangat berdetak kencang. Ia takut kalau Jordan mengetahui bahwa ia hanya pura-pura saja tidur .

"harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu kayak orang ketakutan begitu?" timpal Jordan, walaupun sebenarnya ia sudah mengetahui bahwa Alisya tentu saja kaget dengan keberadaan Jordan di belakangnya. Ia pasti mengira kalau Jordan sudah benar-benar pergi.

"gak kok. Aku kaget aja tiba-tiba kamu berdiri di belakang situ"

"hmm kamu mau kemana sudah rapi gitu?" ucap Alisya yang berusaha mencari topik lain agar Jordan tak terlihat mencurigai nya

"Aku mau keluar. Mau ketemu sama temen-temenku" ucap Jordan dengan nada jutek.

"kemana? Bukannya tadi kamu baru saja keluar? Kamu gak betah ya lama-lama ada di rumah ini?" ucap Alisya

"terserah aku lah. Kenapa sih jadi bawel gini. Kita memang sudah menikah tapi bukan berarti kamu seenaknya mau ngelarang aku kemanapun aku mau pergi" jawab Jordan. Yang seketika membuat jantung Alisya tak karuan. benar kata orang, setelah menikah sikap buruk pasangan kita baru akan terlihat

"kamu kenapa sih, cuma di tanya aja sampai marah-marah kayak gitu? Bukannya kamu sendiri yang dulu meyakinkan aku soal perjodohan ini!" tak mau kalah Alisya berusaha membela diri

"benar! dulu memang aku sangat menginginkan perjodohan ini, saat kamu masih sehat dan cantik. Tapi setelah kmu sakit-sakitan niatan itu seketika hilang!" cetus Jordan yang terlihat semakin kesal

Tak terasa air mata Alisya mulai berjatuhan. Setega itu Jordan kepadanya. ternyata selama ini Jordan hanya menginginkan kesempurnaan Alisya, ia tak pernah menerima kekurangan Alisya. apakah sempurna hanya di lihat dari cantik dan sehat? monolognya

Alisya yang saat itu berdiri tepat di depan Jordan, perlahan mundur. Tak sanggup rasanya jika tubuh itu di hadapkan dengan pria yang tak punya hati seperti Jordan.

Sementara Jordan berjalan tanpa sedikitpun melirik ke arah Alisya.

Drttt....Drttt....Drttt

Tiba-tiba saja ponsel Alisya berdering. Di raih nya ponsel itu di atas meja. Kemudian ia mengangkat panggilan itu.

"halo ma, assalamualaikum" jawab Alisya yang melihat ternyata sang mama yang menelponnya

"waalaikumsalam. Bagaimana keadaan mu nak?" tanya Sinta kepada sang anak.

Sehari setelah pernikahan Alisya dan Jordan, mereka berdua sudah memilih untuk tinggal di rumah mereka sendiri yang jaraknya juga tak jauh dari rumah tempat tinggal kedua orang tua Alisya.

Sebenarnya itu semua bukan seratus persen atau sepenuhnya keinginan Alisya dan Jordan untuk segera tinggal sendiri. Mengingat kedua orang tua yang meminta agar mereka lebih baik tinggal di rumah sendiri saja. Agar lebih terbiasa dan selalu mengisi waktu kosong berdua. Monolognya. Agar mereka cepat beradaptasi tentunya.

Meskipun begitu tetap saja sesekali orang tua Alisya maupun orang tua Jordan menghubungi anak mereka untuk sebatas mengetahui kabar dari sang anak.

Seperti hari ini, seakan-akan ikatan batin seorang ibu dan anak sangat lekat. Firasat Sinta tiba-tiba saja tidak enak. Ia terus saja kepikiran dengan anaknya itu. Untuk memastikan bahwa Alisya baik-baik saja. ia akhirnya memutuskan untuk segera menghubungi anaknya.

Sementara Alisya yang tak ingin memperlihatkan kesedihannya kepada sang mama, ia terpaksa berbohong untuk menutupi itu. Tentu saja ia tak ingin mamanya merasa khawatir dan marah jika ia mengatakan yang sebenarnya.