Apakah perjalanan kisah Zeva dan Askara kembali berlanjut setelah 6 tahun berpisah. Pertemuan keduanya di rumah sakit yang sama. Zeva yang sudah menjadi Dokter muda beberapa bulan di rumah sakit dan tidak lama Askara yang tiba-tiba bergabung di rumah sakit yang sama sebagai senior.
Kecanggungan pertemuan keduanya. Karena masa lalu yang mereka alami bersama. Kasus kematian model terkenal. Membuat keduanya kembali dekat. Askara yang mengetahui kelemahan Zeva sebagai seorang Dokter yang ternyata memiliki ketakutan dan bukan seperti seorang Dokter pada umumnya. Askara yang tetap mendampingi Zeva sebagai senior dalam profesional pekerjaan.
Namun kedekatan keduanya tidak lepas dari dari rasa sakit hati Zeva yang merasa di permainkan dan tidak ingin terjebak dengan masalah hati dengan pria yang sama untuk kedua kalinya.
Bagaimana hubungan mereka selanjutnya?
Bagaimana Askara yang menyembuhkan luka yang pernah di berikannya pada wanita yang dulu pernah mengisi hari-hari nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28 Askara dan Zeva 1 ruangan
"Apa ada orang di dalam?" tanya Askara dengan rasa penasarannya.
"Bukannya Dokter coas seharusnya sudah selesai latihan. Kenapa mereka tidak mematikan lampu. Sangat ceroboh!" gumam Askara yang membuka pintu ruangan itu perlahan.
Saat pintu terbuka dan Askara yang ingin masuk. Tetapi tidak jadi masuk ketika melihat Zeva serius berlatih sendiri di dalam ruangan itu. Askara mengendus tersenyum wanita yang selalu takut jika berurusan dengan praktek.
"Jadi dia belum pulang dan memberanikan diri untuk berada di ruangan ini sendirian," batin Askara yang tersenyum seolah merasa bangga pada Zeva.
Askara menutup pintu itu perlahan yang tidak ingin mengganggu Zeva.
"Aku sangat percaya Zeva kamu memang wanita yang sangat sungguh-sungguh dan sama seperti ini, kamu melawan rasa takut kamu untuk semua ini. Jalan yang kamu ambil sangat baik Zeva!" batin Askara.
Askara meninggalkan ruangan itu yang pasti tidak ingin mengganggu konsentrasi Zeva dan memberikan waktu yang banyak untuk Zeva untuk lebih tenang dan santai dalam melakukan banyak pekerjaan.
*********
Askara yang berada di dalam mobil yang sedang mengendarai mobil dengan kecepatan santai yang tersenyum dan entah apa yang membuat dia tersenyum.
"Aku berharap Zeva terus semangat dan tidak menyerah. Aku yakin dia bisa melewati semua ini dan bisa menjadi Dokter yang hebat," batin Askara selalu menjadi pendukung utama untuk Zeva.
Askara tiba-tiba melihat Restauran. Askara memberhentikan mobilnya di depan Restauran tersebut. Askara langsung keluar dari mobil dan memasuki Restaurant tersebut. Askara menuju kasir yang terlihat memesan beberapa makanan. Tidak lama kasir tersebut memberikan kantong plastik pada Askara dan Askara langsung keluar dari Restauran tersebut.
Askara yang memang membeli makanan sebelum pulang ke rumah.
*********
Rumah sakit
Malam semakin larut dan ternyata Askar belum pulang ke rumah yang ternyata kembali ke rumah sakit dan keluar dari mobil dengan kedua tangan yang penuh dengan kantung plastik yang berisi makanan yang baru saja di beli tadi di Restaurant.
Askara kembali memasuki rumah sakit yang berjalan melewati koridor-koridor rumah sakit sampai akhirnya langkah Askara berhenti di depan ruang pelatihan.
Zeva yang masih berada di ruang pelatihan itu begitu serius dalam melakukan apa yang di lakukannya di tambah dengan suara yang hening. Karena memang hanya Zeva yang berada di tempat itu.
Ceklek.
"Aaaaaaa!" Zeva langsung berteriak karena terkejut mendengar suara pintu yang terbuka dengan kuat.
Zeva menoleh ke belakang yang ternyata Askara membuat Zeva menghela nafas.
"Dokter!" lirih Zeva dengan memegang dada dan mengatur nafas yang naik turun karena begitu kaget.
"Ternyata Dokter!" gumam Zeva.
"Kamu pikir saya hantu!" tebak Askara yang masih berada di depan pintu.
"Lebih dari hantu, jantungku hampir saja copot," jawab Zeva yang masih mengatur nafas dengan membuang perlahan ke depan.
"Dasar penakut!' ejek Askara.
"Namanya juga kaget, wajar saja aku takut. Aku juga manusia, memang kalau Dokter di posisi saya tidak akan kaget apa!" sahut Zeva kesal.
"Iya-iya yang manusia," sahut Askara yang langsung memasuki ruangan tersebut dan meletakkan kantong plastik yang dibawanya di atas meja.
"Ngapain Dokter di sini?" tanya Zeva heran.
"Mamang jam segini saya selalu berada di ruangan untuk melakukan pekerjaan, mempelajari berbagai penyakit untuk operasi operasi-operasi selanjutnya yang akan saya tangani,"jawab Askara.
"Jadi ruangan ini mau dipakai. Ya sudahlah!" sahut Zeva yang tampak kecewa yang mau tidak mau harus menghentikan latihan yang sudah membuat nyaman.
"Kalau begitu saya permisi! Maaf Dokter saya tadi pinjam ruangan ini," ucap Zeva yang ingin pergi.
"Zeva!" langkah Zeva terhenti.
"Iya!" sahut Zeva.
"Kamu lanjutkan pekerjaan kamu, ruangan ini bisa dipakai satu, dua atau berapa orang pun yang ingin di dalam ruangan ini. Saya juga mengerjakan yang lain dan tidak akan mengganggu kamu," ucap Askara.
"Tapi...."
"Jangan tapi-tapi, cepat kamu lanjutkan!" titah Askara. Zeva menganggukan kepala dan kembali melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat terhenti yang membuat Askara tersenyum tersembunyi.
Padahal dia sama sekali tidak ada urusan di dalam ruangan itu karena melihat Zeva ada di sana. Jadi Askara ingin menemani dan memantau Zeva di ruangan itu dan harus memakainya alasan yang jitu.
Zeva tetap pada posisinya yang berdiri di bagian organ kepala patung manusia yang berbahan karet. Sementara Askara yang duduk tidak jauh dari dekat Zeva yang fokus membaca buku.
"Zeva kamu sudah mempelajari semua ini dan sepertinya kamu sudah bisa. Kamu harus mencoba untuk menyayat bagian kepalanya," batin Zeva dengan yakin dengan tangannya yang sudah memegang pisau bedah.
Huhhhhh.
"Ayo Zeva kamu harus nekat, jangan menunggu nanti-nanti lagi," batin Zeva dengan yakin yang menarik nafas panjang dan membuang perlahan. Askara ternyata dari tempat duduknya memperhatikan ekspresi dan tangan Zeva yang bergetar saat memegang pisau bedah dan mengarahkan pada kepala alat praktik tersebut.
Zeva terlihat ragu dan masih sangat takut yang tidak memiliki keberanian.
Askara berdiri dari tempat duduk nya dan berdiri disamping Zeva yang memegang tangan Zeva yang memegang pisau bedah tersebut yang membuat Zeva menoleh ke samping dengan mengangkat kepala, melihat pria yang tingginya lebih dari tinggi tubuh Zeva.
"Kamu salah memegang arah pisaunya. Bukan seperti ini arah yang benar," ucap Askara yang mencoba untuk memperbaiki kesalahan dari Zeva. Namun Zeva hanya diam saja yang masih memperhatikan Askara.
"Kamu mendengar saya?" tanya Askara yang melihat Zeva masih melihat dirinya.
"Oh iya maaf Dokter," sahut Zeva yang sangat gugup.
"Lalu arahkan pelan-pelan!" ucap Askara yang menuntun Zeva dengan lembut. Zeva mengikuti saja dan jauh merasa lebih tenang dengan Askara yang ada di sisinya.
Tangan Askara terus mengarahkan tangan Zeva dan Zeva yang mulai melakukan pembedahan dengan sangat nyaman dan ketakutan itu hilang seketika. Dia mencoba berani dan tidak ingin menutup mata.
"Kamu bisa melihat bagian dalam kepala patung ini dan anggap ini manusia," ucap Askara. Zeva mengangguk.
"Jika ingin mengambil sesuatu dari dalam kepala pasien, kamu mengambil dengan alat yang mana?" tanya Askara melihat ke arah Zeva.
"Ini!" Zeva mengambil alat yang ingin digunakan selanjutnya.
"Tepat sekali, maka ambil yang ingin kamu ambil," ucap Askara dengan lembut. Zeva menganggukkan kepalanya.
Zeva kembali melanjutkan pekerjaannya yang tidak lepas dari tuntunan Askara sangat sabar pada Zeva. Zeva juga sekali-kali melihat ke arah Askara yang sangat serius. Tiba-tiba Zeva tersenyum tipis yang tidak tahu apa artinya dan Askara menoleh kearahnya.
"Ayo lanjutkan!" titah Askara.
"Oh iya!" sahut Zeva dengan wajah kaget yang terlalu banyak melamun dan akhirnya buru-buru melanjutkan pembedahan itu. Hal itu membuat Askara tersenyum yang menangkap Zeva memperhatikan dia dengan cara diam-diam.
Zeva sudah seperti melakukan operasi sungguhan pada manusia yang nyata dan saat Zeva melakukan kesalahan Askara langsung mengarahkan tangan Zeva untuk melakukan hal yang benar. Askara yang terus menuntun Zeva yang mulai berani dalam melakukan hal yang memang harus di lakukannya.
Askara memang tidak pernah lelah untuk memberikan bimbingan. Walau Zeva berusaha untuk menghindar dari Askara. Zeva takut terjebak. Tetapi pada kenyataannya Askara orang yang selalu membantu dia dalam kesulitan dan ketakutan yang di alami Zeva.
Bersambung
happy ending..so sweet ❤️❤️
makasih mak othor,,,,selamat ya askara dan zeva, semangat terus berkarya ya mak othor,,,,
dan askara ma zeva jg akan berpisah,,,wiisss kabeh do pisah, gek bubar,,,wkk
berharapnya bgtu dg askara dan zeva ya mak othor,,,
kalau perlu dia bundir 😝😝
Mau pergi kemanapun
kalau memang udah jodoh
Zeva n Askara akan bertemu lagi👍👍