NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percayalah

Langkah Riza tertatih-tatih menyusuri jalan setapak menuju area perkemahan. Jika saja sinyal ponselnya tidak hilang, Ia tentu telah menghubungi Pak Bayu atau Pak Miko. Namun sialnya, kala itu ponselnya benar-benar kehilangan sinyal dan tidak bisa terhubung dengan siapapun.

Berbekal senter ponsel untuk menerangi langkahnya, Riza menerobos gelapnya jalanan dengan rasa takut dan khawatir. Namun, harapannya untuk menolong ketiga gadis yang Ia tinggalkan mampu membuatnya melawan semua perasaan negatif itu.

#

Di area perkemahan, para panitia tampak telah berbaris rapi di depan podium mendengarkan pengumuman dan arahan dari Pak Bayu dan Pak Miko.

“Nah, anak-anak. Untuk acara jurit malam, itu bakal tetep dilanjutin-“

“Lho. Katanya dibatalin ?” celetuk salah seorang di barisan belakang dengan suara yang tak begitu keras

Pak Bayu menghentikan ucapannya setelah mendengar kalimat itu, “Siapa yang bilang begitu ?” tanya Pak Bayu

“Maaf, Pak” ucap orang itu lemas

“Kalau Bapak belom perintahin kalian buat A, B, C, atau apalah itu. Kalian jangan gampang percaya omongan ini, omongan itu, kecuali Bapak yang udah bilang sendiri. Paham ?”

“Siap, paham” jawab para panitia kompak

“Nah. Untuk jurit malam… Kita tetep bakal lanjutin. Gimana lagi, tadi sore kita udah sebar balok nama mereka, kan ? Terus, mekanismenya kita persingkat aja. Nanti masing-masing calon penegak langsung kita bimbing buat pergi ke kebun buat cari balok nama mereka” jelas Pak Bayu

#

Rasa kesal, takut dan khawatir bersatu padu dan terpancar jelas dari raut wajah Riza. Dan dengan usaha kerasnya, Riza sampai di tepi area perkemahan dan langsung berusaha mengalihkan perhatian kumpulan panitia di depan podium sana.

“Pak Bayu… Pak Miko…” Riza mengumpulkan sisa tenaganya untuk memanggil kedua guru yang ada di sana

Selain sukses mendapat perhatian dari Pak Bayu dan Pak Miko, panggilan Riza itu juga sukses mengalihkan perhatian para panitia yang berada di sana. Dan mungkin jika ada peserta yang masih terjaga di dalam tenda, mereka akan ikut menaruh perhatian untuk Riza.

“Lho ? Si Riza kenapa tuh ?” tanpa menunggu lama, Pak Miko bergegas menghampiri Riza

Sementara itu, Pak Bayu masih hanya berdiri di tempatnya menatap Riza dengan sejumlah pertanyaan dalam pikirannya.

“Pak… Tolongin Hanna, Vivi ama Rayya” kata Riza sambil meraih tangan Pak Miko yang baru tiba di hadapannya

“Kenapa ? Ada apa ? Mereka kenapa ?” Pak Miko jelas merasa heran

“M-mereka di... diganggu, dicegat makhluk hantu di pemandian” ucapan Riza sangat tak karuan sesuai isi kepalanya

“Kamu tenang dulu…” Pak Miko memegangi kedua pundak Riza, “cerita pelan-pelan ke Bapak. Sebenernya ada apa ?”

“Gak ada waktu lagi Pak, mereka lagi dalam bahaya” Riza akhirnya memutuskan untuk kembali melangkahkan kakinya menuju area pemandian.

Untungnya, Pak Miko turut serta mengikutinya meski sebuah tanda tanya besar masih mencuat dalam pikiran Pak Miko.

Di podium sana, Pak Bayu semakin keheranan melihat tingkah Riza dan Pak Miko. Untungnya, arahannya pada panitia mengenai jurit malam telah selesai. Dan segera setelahnya, Pak Bayu ikut menyusul Riza dan Pak Miko yang telah cukup lama meninggalkan lokasi perkemahan.

#

Pada malam yang dingin itu, Pak Damun tampak terburu-buru membuka pintu dan memasuki rumahnya. Setelah pintu utama rumahnya terbuka, Pak Damun melangkahkan kakinya dengan cepat melewati ruang depan menuju dapur hingga dirinya tiba di ruangan gudang.

Di dalam gudang dengan cahaya temaram itu, Pak Damun tampak sedikit kerepotan memindahkan sebuah lukisan yang ukurannya cukup besar. Dan siapa sangka, dibalik lukisan itu masih terdapat sebuah pintu yang terkunci dengan gembok. Sepertinya pintu itu tak pernah dibuka untuk waktu yang lama, terlihat dari tebalnya debu yang menempel pada kunci gemboknya. Dan jika dilihat sekilas tidak akan membuat kita berpikir bahwa masih ada sebuah pintu di balik lukisan itu.

Setelah berhasil membuka pintu itu, Pak Damun bergegas menyalakan lampu yang hanya memancarkan cahaya temaram.

Rasanya benar-benar aneh. Di sana, banyak terdapat benda-benda mencurigakan yang jika diperhatikan tampak seperti benda-benda yang digunakan dalam ritual perdukunan. Misalnya saja sebuah keris yang tergeletak di dekat tempat pembakar dupa.

Asap tipis kemudian mengepul dari dupa yang baru saja dibakar Pak Damun.

Pak Damun lalu tampak mengambil sebuah pemantik api dan menyalakan dupa yang terletak di hadapannya. Sambil duduk dan merapalkan bacaan-bacaan, Pak Damun terlihat mencari sesuatu diantara sejumlah barang aneh di depan tempatnya duduk.

Dan yang lebih mencurigakan, sebuah foto hitam putih yang ditemukan dari bawah alas pembakar dupa kemudian diletakkannya di dekat dupa itu. Selembar foto yang memperlihatkan seorang gadis dengan seragam putih abu-abu itu tampak telah disobek setengahnya.

Sambil memejamkan matanya, mulutnya terus merapalkan bacaan-bacaan. Entah bahasa apa yang Pak Damun ucapkan. Namun setelah beberapa lama, Pak Damun nampak sangat terkejut. Ia tersentak dengan keras dan wajahnya menjadi merah padam. Pak Damun meraih foto itu dengan kasar dan membawanya pergi dengan tergesa-gesa.

Pria paruh baya itu kini terlihat memasuki ruangan kamar Vivianne. Ia membuka lemari Vivianne dan mengeluarkan segala isinya. Pak Damun sepertinya tengah mencari sesuatu sebab tak ada yang diambilnya dari sekian banyak barang di dalam lemari.

Selanjutnya, Pak Damun beranjak menuju meja belajar. Satu per satu buku yang berada di sana dibuka secara sembarang olehnya. Tak ada apa pun. Kini giliran laci meja yang Ia periksa. Laci pertama, tak ada barang berarti yang Ia amankan. Pada laci kedua, Pak Damun membelakakkan matanya ketika dirinya menemukan sebuah kalung.

“Ketemu !” katanya

Pak Damun kemudian meninggalkan kamar yang berantakan akibat ulahnya itu.

#

Di area perkemahan, langkah cepat Riza menuntunnya kembali menuju area sekitar jembatan. Pak Miko yang mengikuti Riza masih hanya tampak kebingungan.

Langkah cepat Riza akhirnya terhenti ketika dirinya berada di tengah jembatan. Ia melempar pandangannya ke segala arah namun yang Riza lihat hanyalah gelap dan sepi.

“Za… Mana ? Kata kamu mereka di sini…” Pak Miko tampak semakin kebingungan

“Mereka ilang, Pak !” Riza masih terus menatap area sekitar dengan tatapan nyaris kosong

“Hus… Ngomong tu ya dijaga, Za !” kata Pak Miko

“Pak. Demi apapun, tadi mereka ada di sini” Riza kini menatap Pak Miko. Bersamaan dengan itu, kaki Riza terasa mendadak lemas. Pemuda itu akhirnya terduduk lalu memegangi kepalanya

“Tadi tuh Si Vivi sempet hampir pingsan. Terus saya diajak Rayya ke mari, ada Hanna juga” jelas Riza

“Ya terus, sekarang mereka di mana ?” tanya Pak Miko lagi

“Siapa ? Apa yang gak ada ?” suara berat itu bukanlah suara Riza ataupun Pak Miko

Ditengah suasana aneh itu, kemunculan Pak Bayu semakin membuat Riza kalut. Raut wajah pemuda itu semakin kusut.

“Ah enggak ada, Pak. Si Riza ini lho, dia nge-prank saya” Pak Miko menyembunyikan kebenaran

“Bener itu, Za?” Pak Bayu memberi tatapan yang cukup mengintimidasi

“Saya gak bohong, Pak” Riza berdiri dengan tegap diantara Pak Bayu dan Pak Miko, “tadi mereka beneran ada di sini”

“Mereka siapa, Riza ? Coba kamu jelasin ke Bapak” ucap Pak Bayu

Tanpa menunggu persetujuan Pak Miko, Riza berbicara tentang semua yang terjadi di sana pada Pak Bayu.

Mendengar semua ucapan Riza, Pak Bayu tentu berpikir bahwa apa yang Riza ucapkan itu mustahil dan sangat tak masuk akal.

“Jaga ya ucapan kamu !” Pak Bayu menatap tajam ke arah Riza, “zaman sekarang mana ada makhluk yang kamu sebutin. Udah lah. Buruan balik lagi ke tenda” Pak Bayu jelas tak mempercayai ucapan Riza

“Pak…” Riza belum menuruti ucapan Pak Bayu, “saya berani sumpah. Saya gak bohong” Riza mempertegas ucapannya

“Ya sudahlah. Terserah kamu saja. Tapi Bapak udah ingetin kamu buat cepet-cepet balik” Pak Bayu berbalik dan mulai melangkah meninggalkan Riza

Pak Miko yang sedari tadi hanya terdiam melihat kekesalan Pak Bayu akhirnya kembali membuka suara.

“Za. Ayolah. Ini udah malem, lho. Kamu mending ikutin omongannya Pak Bayu, ya ?” Pak Miko memegang bahu Riza

“Tapi Pak… Mereka bener-bener butuh bantuan kita. Ya udah, kalau Bapak mau ke tenda, duluan aja” Riza melangkahkan kakinya menuju arah pemandian

Pak Miko hanya membuang nafasnya kasar melihat reaksi Riza. Tampaknya Pak Miko mengalami dilema yang membingungkan. Satu sisi, dirinya ingin mempercayai ucapan Riza, disisi lain, Riza tak bisa membuktikan kebenaran ucapannya. Hingga akhirnya, Pak Miko memilih untuk mengikuti Pak Bayu kembali menuju area perkemahan meninggalkan Riza di sana, sendirian.

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!