NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Mr Billionare

Jerat Cinta Mr Billionare

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:47.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ika Dw

"Jangan terlalu berlebihan Alya, ingat pernikahan kita ini hanya pura-pura. Kita menikah bukan karena keinginan kita, jalani saja sewajarnya. Jangan berharap aku akan menjamahmu!"

Alya Adelia Wijaya. Gadis muda yang statusnya masih pelajar, harus merelakan masa mudanya untuk menikah dengan seorang pria yang menjadi pilihan orang tuanya.

Tanpa sepengetahuannya, orang tuanya sudah menjodohkannya semenjak mereka masih kecil dan Alya sendiri tidak pernah tahu kalau dirinya ternyata sudah dijodohkan.

Setelah menikah, ia merasakan kehidupannya berubah drastis. Awalnya dimanja oleh orang tuanya, kini harus mengabdikan hidupnya pada suaminya yang selalu bersikap dingin dan jutek.

Mampukah Alya membuat pria jutek itu berubah sikap dan bisa menerimanya dengan baik?

Atau mungkin dia putuskan untuk meninggalkan pria yang tidak pernah menganggapnya sebagai pasangan?

Cover: free licence, freepik.com

Edit : sampul buku written by Ika Dw.



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Maaf Bersyarat

Alya menyandarkan kepalanya di ranjang dengan menatap televisi yang baru dinyalakannya. Pikirannya tidak fokus menonton televisi. Dia selalu mengingat setiap kata yang diucapkan oleh suaminya.

'Pria ini benar-benar aneh, diajak berpisah nggak mau, tapi sikapnya sangatlah menyebalkan. Katanya dia tidak pernah menyukaiku, tapi kenapa menahanku untuk tetap bersamanya?"

Alya memijat keningnya yang mulai berdenyut nyeri, seakan-akan membuat bola matanya mau lepas.

"Aku disuruh dua tahun menunggu. Ya ampun, dua tahun itu bukan waktu yang singkat. Kalau dua tahun aku menikah dan tidak mendapatkan kebahagiaan, terus apa artinya aku membangun rumah tangga? Yang ada aku hanya akan menderita batin. Bahkan di sini aku tidak punya kebebasan untuk keluar. Aku sendiri juga tidak tahu bagaimana dengan studiku? Padahal tinggal beberapa bulan lagi aku sudah lulusan. Sayang sekali, kalau aku tidak mendapatkan ijazah."

Yang tersisa kini hanyalah penyesalan. Dari awal dia sudah mengatakan tidak mau buru-buru menikah, tapi orang tuanya mendesak, minggu ini juga harus menikah dan tidak ada penolakan. Seakan-akan dirinya orang yang tidak laku atau orang tuanya tengah terlilit hutang hingga memaksanya untuk menikah dengan orang yang sudah ditentukan.

"Kenapa sih, Papa begitu egois? Kalaupun mereka mau menikahkanku setidaknya selesaikan dulu sekolahku, baru bicara dengan baik-baik, tidak sekarang-sekarang harus menikah. Berasa banget  aku seperti orang yang tidak punya harga diri saja, merasa banget kalau aku ini nggak laku. Padahal kan aku cantik, aku juga punya kekasih dan masih banyak lagi pria yang menyukaiku, tapi kenapa nasibku seperti ini?'

Rivaldo kembali membuka matanya dan menegur Alya untuk dimintanya segera beristirahat.

"Ayo, cepat tidurlah. Besok kau sudah mulai sekolah. Aku sudah menyiapkan guru untuk mengajarimu di sini," tegur Rivaldo.

Deg! Hah apa? Sekolah? Aku besok sudah mulai sekolah? Di mana sekolahnya? Kenapa aku nggak dikasih tau dulu. Kau itu gimana sih Om! Kenapa bertindak semaumu sendiri. Kau itu benar-benar payah!"

Alya tak berhenti menyalahkan Rivaldo yang sudah mengambil tindakan tanpa meminta izin dulu padanya. Memang benar dia ingin melanjutkan sekolahnya tapi bukan berarti dia tidak mengetahui jika esok sudah harus bersekolah, tapi dengan cara daring.

"Ck! Buat apa juga aku harus bertanya dulu padamu. Ini juga demi kebaikanmu sendiri. Jadi berhentilah untuk tidak menyalahkanku!"

Kembali Alya diam. Sebenarnya tidak ada salahnya jika ia menerima untuk ikut daring di rumah, tapi masalahnya ia ingin sekali sekolah bertatap langsung dengan gurunya dan bisa belajar bersama dengan teman-temannya seperti biasanya, bukan dengan cara daring seperti yang dianjurkan oleh Rivaldo.

"Bagaimana? Apa kau bersedia untuk ikut daring? Kalau kau bersedia, biar nanti ada orang datang ke sini buat mengajarimu. Tapi jika tidak mau aku juga tidak akan memaksamu. Sebenarnya aku lakukan ini semua agar kau mendapatkan ijazah. Tapi jika kau menolaknya ..."

"Iya. Aku mau." Dengan cepat Alya yang menjawabnya. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ijazah, walaupun caranya agak mengecewakan, tapi setidaknya, ia masih memiliki kesempatan untuk menamatkan pendidikannya.

"Aku hanya kecewa saja dengan caramu itu. Kenapa kau tidak bilang dulu padaku kalau menyuruhku untuk ikut daring. Kan harusnya kau bertanya dulu padaku, om!"

Laki-laki Alya menyalahkan Rivaldo. Ia bahkan belum mengenali guru yang akan mengajarinya esok.

"Om! Om! Mau sampai kapan kau akan memanggilku dengan sebutan Om!"

Berulang kali Rivaldo menyarankan Alya agar tidak memanggilnya dengan sebutan Om tapi masih juga gadis itu memanggilnya Om dan itu membuatnya agak jengkel.

Alya berdecak, menurutnya memang pantas Rivaldo dipanggil dengan sebutan Om, karena umurnya sendiri terlampau jauh darinya. "Ck! Biasanya aja keles! Gitu aja kok, marah."

"Lain kali kalau menginginkan sesuatu harus bilang dulu sama aku. Pastikan dulu, aku mau atau tidak ikut daring. Kalau gini kan mendadak," gerutu Alya.

"Kan sudah aku bahas sebelumnya setelah kita menikah. Aku memberimu saran agar kau ikut sekolah daring untuk mendapatkan ijazah. Kalau kau sekolah di dekat sini yang ada kau akan kesulitan, apa kau mau mengulang kembali sampai kelas 11? Ini waktunya juga sudah terlalu mepet Al, sebentar lagi bukannya kamu sudah harus mengikuti ujian akhir sekolah? Kalau kamu sekolahnya bolak-balik dari sekolah kamu yang lama dan ke sini itu membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 2 jam, apa tidak tekor di jalanan kamu?"

Alya terdiam dengan menggigit ujung jarinya. Dia mulai membayangkan perjalanan antara rumah suaminya ke rumah orang tuanya menuju sekolah cukup lama di perjalanan, tentunya akan sangat melelahkan, belum lagi jika menghadapi kemacetan.

"Coba kau bayangkan saja. Jika perjalanan dua jam menuju sekolah, kau hanya akan capek di perjalanan. Belum lagi jika terkena macet. Aku sangat yakin sekali ... Kau tak akan mampu untuk melakukannya. Ini jalan yang paling mudah untukmu. Jika kau masih nggak mau, ya nggak apa-apa. Terserah! Kau mau ngapain aja. Tapi yang jelas! Aku tak mengizinkanmu pergi dari rumah tanpa aku."

Alya menghela nafas dengan mengerjab-ngerjabkan bola matanya. Ia terduduk lesu dengan tatapan wajah polosnya.

"Maaf," ucapan lirih keluar dari mulutnya.

Rivaldo mengerutkan keningnya saat mendengar kata maaf keluar dari mulut istri kecilnya. "Maaf, kenapa kau meminta maaf?" tanya Rivaldo, merasa aneh dengan sikap istrinya yang mendadak berubah lebih anteng tidak banyak bicara.

"Aku sudah bersikap tidak sopan padamu. Aku sudah egois, dan menganggapmu sebagai biang masalah. Kau mau kan? Memaafkanku?" tanya Alya memandang Rivaldo dengan wajah polosnya.

Rivaldo sebenarnya ingin tertawa, tapi ia tahan. Sekilas pikiran kotor mulai terngiang di otak kecilnya. Ia ingin kembali mengerjai Alya, dan ingin melihat reaksi Alya.

"Em ... Kurasa aku bisa memaafkanmu. Tapi ..."

"Tapi apa Om?"

"Tapi ada syaratnya."

"Hah! Syarat? Apakah semua orang yang meminta maaf itu dianggap salah hingga membuatmu tidak percaya dan mengajukan persyaratan padaku?"

Rivaldo menggeleng. "Bukan bukan seperti itu maksudku. Memang baik niatmu meminta maaf atas semua masalah yang kau ciptakan. Dari kau selalu membantah ucapanku sampai kau memanggilku dengan sebutan Om itu sudah sangat menjengkelkan. Aku hanya ingin kau benar-benar minta maaf dengan tulus dan tidak akan mengulangi hal yang serupa."

"Oh, ayolah Om aku benar-benar minta maaf dengan tulus padamu. Sendiri selalu saja membuatku menangis. Kau sendiri juga bersalah padaku. Belum genap seminggu menikah kau sudah mengajukan ingin kembali menikah dan melakukan poligami itu juga sangat menyakitiku. Di sini kita sama-sama impas, dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Kau bilang kita harus menerima kenyataan. Kau juga katakan kita harus tetap bersama setidaknya menunggu sampai 2 tahun pernikahan. Sebenarnya aku sangat keberatan jika sampai 2 tahun kita tidak ada perasaan bagaimana? Apa kita tidak menyia-nyiakan waktu yang telah kita lewati?"

"Iya, tapi demi kebaikan keluarga kita, tidak ada salahnya kalau kita berkorban perasaan. Apakah tidak merasa senang jika melihat orang tuamu bahagia? Bahkan orang tuamu sudah mempercayaiku untuk menjagamu, bagaimana aku bisa mengingkarinya?"

Alya meneguk selvianya dengan helaan nafas panjang. "Ya sudah kita jalani aja dulu sejauh mana kita kuat menjalani hiruk-pikuk rumah tangga. Tapi kalau boleh tahu, apa syarat yang kau inginkan dariku?"

Rivaldo meraih tangannya Alya dan menggenggamnya. "Emm ..., bagaimana kalau malam ini kita,"

1
Nur Hayati
Buruk
Nur Hayati
isinya bagus,tp keduanya jutek
Ika Dw
oke👍
Gabutz
lanjuut
muna aprilia
lnjutt
muna aprilia
lnjut
weny aptini
semangat Alya.. /Kiss/
Ika Dw: haha ... makasih kak, 🤭😊 🥰
total 1 replies
Ika Dw
thank you ☺️☺️
Ika Dw
thanks kak🙏🤗
Ika Dw
haha .. bener 😁
Kanaya yasmine
Pedofil lebih tepat nya 😂😂
Kanaya yasmine
Anjaaayyy… applause 👏 buat loee
Kanaya yasmine
Deggg…bar bar jg loe alya🤭😆..gue suka gaya loe 💃🏻💃🏻
Ika Dw
tunggu sebentar kak, masih diketik 🙏🤗
Mustafik
lanjutannya mana tor
Isma Hany
episode nya gantung,gak ada sambungan nya
Yuno
Cerita ini keren banget, susah move on!
Ika Dw: terimakasih sudah mampir kak, selamat membaca🙏🤗
total 1 replies
Stefhany Anhai Rivera Maco
Karakter keren! 😍
Ika Dw: terimakasih sudah mampir kak, selamat membaca🙏🤗
total 1 replies
Ika Dw
Bab Awal sudah panas dingin, bagaimana kedepannya ya?? jadi penasaran, jangan takut sama suami galakmu Alya!! /Bye-Bye/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!