cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengemis Renta di Kaki Bukit.
Karena banyak nya tugas mengisi gentong besar yang di bebankan leluhur serta para murid yang lain terutama murid tingkat tujuh yang di tugaskan mengisi gentong air di teras murid murid tingkat akhir, serta anak anak tingkat empat yang di tugaskan mengisi gentong air di tingkat menengah.
Murid murid di perguruan silat ini di bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat dasar, satu, Dua dan tiga, lalu disambung empat, lima dan enam untuk tingkat menengah, serta tujuh, delapan dan sembilan.
Untuk tingkatan dasar, biasa nya hampir semua murid mendapat giliran mengisi gentong, baik laki laki maupun perempuan.
Untuk tingkat menengah, cuma yang tingkat empat saja yang mendapat tugas mengisi gentong, begitu juga dengan tingkat akhir, cuma tingkat tujuh yang mendapat tugas mengisi gentong air di teras ketiga.
Sedangkan untuk mengisi gentong air di teras ke empat atau di puncak bukit, itu di bebankan kepada orang orang pilihan, atau kepada murid murid yang terkena hukuman disiplin dari para Suhu nya.
Beberapa orang murid yang di tingkat dasar dan tingkat empat ini lah yang bila mendapat giliran mengisi gentong, sering memakai jasa Cin Hai dengan bayaran intimidasi dan ancaman tentu saja.
Leluhur bukan nya tidak tahu tabiat para murid murid itu, tetapi leluhur sengaja mendiamkan nya, selama tidak membahayakan.
Karena banyak nya gentong yang dia isi hari ini, maka pagi pagi, saat matahari belum muncul, dia sudah mulai mengambil air di sungai.
Saat mata hari mulai muncul, gentong gentong air di teras bawah dan tengah sudah penuh, tinggallah teras paling atas lagi.
Kini dia beristirahat sejenak, melepaskan lelah nya sambil duduk di sebuah batu besar di pinggir sungai.
Tiba tiba entah dari mana, di dekat Cin Hai muncul seorang yang sudah sangat tua sekali, dengan baju yang penuh dengan tambalan, berjalan menghampiri nya.
Laki laki tua renta itu terlihat berjalan terhuyung huyung, mungkin karena lapar nya.
Cin Hai yang melihat itu, segera berlari menghampiri orang tua itu , membimbing nya agar duduk di atas batu tempat dia duduk tadi.
"Apakah kakek tidak apa apa kek?" tanya Cin Hai.
Sambil tersenyum, kakek tua renta itu duduk Disamping Cin Hai, "kakek tidak apa apa nak , terimakasih ya" .....
"Iya kek , oh ya kek , apa kakek lapar?" tanya Cin Hai lagi.
Sambil tersenyum, kakek tua itu menganggukkan kepala nya beberapa kali.
"Baiklah kek, kakek tunggu di sini ya kek!" ucap Cin Hai sambil melesat berlari menuju ke perguruan silat.
Beberapa saat kemudian, Cin Hai kembali lagi dengan sebungkus nasi putih dengan lauk nya serta air minum.
"Ini kek, makan lah!, kasihan kakek!" ucap Cin Hai sambil menyerahkan sebungkus nasi kepada kakek tua itu.
Kakek tua itu menerima nya, lalu menyantap nya dengan lahap sekali.
"Hweeee!" .......
Terdengar suara dari mulut sang kakek itu pertanda kenyang, setelah menyelesaikan makan nya.
Sekali lagi kakek itu tersenyum kearah Cin Hai sambil menyerahkan umbi seperti wortel berwarna kuning emas, namun besar nya seperti pergelangan anak anak, "ini ambil untuk mu nak, makan lah segera, ini balasan kebaikan mu, ketahui lah nak, semua kebaikan akan selalu berbalas kebaikan pula, cuma proses nya yang tidak kita pernah mengerti" .......
Melihat itu itu, Cin Hai menolak dengan halus nya, "tidak usah kek, saya memberikan kakek makanan tidak mengharapkan balasan apa pun juga, cuma karena kewajiban saya saja kek, bukan kah kita harus saling tolong menolong?" ......
Kakek tua itu tersenyum lagi kearah Cin Hai, "kau tidak boleh menolak nya nak, ambilah dan makanlah segera, kau tahu?, bila para pendekar lain mengetahui benda ini, mereka akan rela mempertaruhkan nyawa mereka demi benda ini, jadi jangan menolak nya!" kakek itu memaksa Cin Hai menerima umbi aneh itu.
"Kek!, ini umbi apa?" tanya Cin Hai heran melihat bentuk nya yang berwarna kuning seperti emas.
"Makan lah dahulu nak, nanti kakek jelas kan!" ujar kakek misterius itu.
Dengan agak ragu ragu, Cin Hai segera menerima umbi aneh itu, lalu mulai memakan nya.
Rasa nya agak manis, ada sedikit asin dan asem .
Namun setelah memakan umbi aneh itu, tiba tiba Cin Hai merasa ada sesuatu yang aneh bergolak dahsyat di dalam perut nya.
"Duduklah diatas batu ini nak, dan atur pernafasan mu, terima saja apa yang terasa memasuki diri mu nak, coba kau salurkan ke dalam Dantian mu!" kata kakek tua itu membimbing Cin Hai naik keatas batu.
Cin Hai segera duduk bersila dan mengatur pernafasan nya.
Tanpa dia sadari, sang kakek menutupi batu itu dengan semacam tirai gaib bernama Kubah ajaib, sehingga apapun yang terjadi dengan mereka berdua, tidak seorang pun yang tahu atau menyadari nya.
Dengan taat nya, Cin Hai menuruti semua petunjuk dari kakek aneh itu.
Perlahan lahan energi aneh yang membuncah di dalam perut nya itu, dia alirkan masuk ke dalam Dantian nya.
Kian lama, energi itu kian memenuhi Dantian nya, seakan ingin meledakan Dantian nya, dan terasa sakit.
Namun dengan tabah nya, Cin Hai terus menampung dan memasukan energi besar yang bergolak di dalam tubuh nya itu kedalam Dantian nya.
Hingga akhirnya.
"Bum!" ......
Satu ledakan teredam dalam tubuh nya terjadi, akibat dari Dantian nya yang membesar karena desakan energi aneh tadi.
Namun rupanya, energi aneh didalam tubuh nya itu masih belum ada tanda tanda mereda, dan setelah Dantian nya membesar, arus energi itu kian menggila di dalam tubuh nya, hingga tubuh nya bergetar seperti demam malaria.
Setelah beberapa saat.
"Bum!" .......
Kembali sebuah ledakan teredam terjadi di dalam tubuh nya, akibat Dantian nya yang membesar kembali.
Kejadian itu berulang hingga lima kali, barulah energi itu mulai melemah, lalu hilang sama sekali.
Setelah tubuh nya normal kembali, kakek tua renta itu tiba tiba berkata, "nak berdiri lah, dan persiapkan diri mu, kumpulkan semua kekuatan yang ada pada mu, kakek lihat, kau akan menerobos ke tanah Alam Taruna menengah!" .......
Tanpa banyak bicara lagi, Cin Hai menuruti semua petunjuk dari kakek tua itu.
Tiba tiba awan di atas kepala nya terlihat berputar putar.
"Bum!" .......
Lalu lidah petir berwarna coklat, petir kesengsaraan tingkat satu menyambar keatas kepala nya.
Asap putih mengepul dari arah rambut nya.
Cin Hai bertahan dengan sekuat tenaga , mengerahkan semua kekuatan nya.
"Bum!" .......
Sambaran kedua kembali menghantam tubuh Cin Hai, hingga tubuh nya nampak sedikit bergoyang.
"Bum!" ........
Sambaran terakhir dari petir kesengsaraan itu kembali menghantam Cin Hai hingga tubuh nya bergoyang kuat, dan rambut nya terlihat mengepulkan asap putih tebal.
Awan diatas kepala nya berhenti berputar, lalu perlahan turun hujan aneh, hujan yang hanya terjadi diatas kepala nya saja, tetapi tidak di sekitar nya.
Inilah hujan kebahagiaan, hujan selepas ujian petir kesengsaraan.
Yang sangat aneh adalah, tidak ada seorang pun yang menyadari kejadian itu, seolah mereka tidak mendengarkan suara petir tadi.
Hal itu terjadi, karena tirai gaib kubah ajaib yang dipasang kakek tua tadi.
"Nak!, kini kau sudah merambah ke ranah Alam Taruna tingkat menengah, tetapi aku akan menutupi tingkat kultivasi mu agar tidak menjadi kecemburuan pihak lain, satu hal lagi pesan ku pada mu nak, rahasia kan pada siapa pun juga tentang pertemuan kita!" ujar kakek aneh itu.
"Kakek, bolehkah saya tahu, siapa nama atau julukan kakek?" tanya Cin Hai.
Kakek itu tersenyum menatap kearah Cin Hai, " nak, kalau nama, kakek sudah lupa siapa nama kakek ini, tetapi orang orang biasa nya memanggil kakek Sin Kai Sian!" ........
"Lalu umbi apa yang kakek berikan sama Cin Hai tadi kek?" ...
"Nak!, ketahuilah, itu yang dinamakan Ginseng emas sepuluh ribu tahun, benda yang sangat langka sekali nak".....
Karena kakek tua ini memiliki usia yang sangat panjang sekali, sehingga dia sendiri sudah lupa siapa nama nya sendiri, sedangkan orang orang memanggil nya dengan julukan. Sin Kai Sian (Dewa Pengemis Sakti ).
...****************...
/Good//Good//Good//Good/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/
/Grin//Grin//Grin/