NovelToon NovelToon
PANGERAN PENDEKAR NAGA

PANGERAN PENDEKAR NAGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / dan budidaya abadi / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: adicipto

Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.


Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.


Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Para Perusuh

"Aku beli Ikannya empat Ekor!"

"Aku beli 3 ekor kek!"

Satu persatu para ibu-ibu mulai membeli ikan milik Feng Feng, dan Sao Lin Qian yang baru pertama kali ikut berjualan sangat bersemangat melayani para Pembeli.

Saat belum datang pembeli berikutnya, Song Lin Qian memperhatikan dua anak kecil yang sedang berjalan bersama dengan ibunya, hal itu membuat Song Lin Qian sedih, sebab dia sama sekali tidak pernah melihat wajah kedua orang tuanya.

Setiap kali Song Lin Qian bertanya akan kedua orang tuanya kepada Feng Feng dan Yuwen, mereka selalu saja menjawab jika masih belum saatnya Song Lin Qian untuk mengetahui tentang kedua orang tuanya.

Feng Feng yang melihat akan apa yang Song Lin Qian lihat juga merasa kasihan terhadap Song Lin Qian yang terlihat sangat sedih. Feng Feng tahu jika Song Lin Qian sudah cukup dewasa, dan Feng Feng mulai berpikir jika sudah waktunya bagi Song Lin Qian untuk diberitahu akan siapa dirinya.

Saat masih menatap kedua anak kecil dengan ibunya yang sedang berbelanja, sekelompok pria dengan memegang Pedang tiba-tiba saja datang dan mulai meminta uang kepada para pedagang.

"Ayo serahkan uang upeti sekarang juga," bentak salah satu pria itu kepada pedagang sayur.

"Tuan, kami ini baru buka dan belum ada yang laku," kata wanita tua penjual sayur.

Orang-orang yang sebelumnya berlalu lalang lari berhamburan karena takut, sedangkan orang-orang bersenjata itu menyebar dan memeras para Pedagang dengan ancaman.

"Itu bukan urusanku! Cepat berikan uangnya jika tidak, semua barang dagangan ini akan aku hancurkan," bentak pria tersebut.

"Jangan Tuan! Ba.. baik-baik, saya akan memberikan uangnya," jawab wanita tua itu yang ketakutan.

Wanita tua itu dengan gemetar mengeluarkan kantong uangnya dan akan mengeluarkan kepingan uang yang dia miliki, namun belum sempat dia mengeluarkan uangnya, pria itu justru merampas kantong uang tersebut.

"Jangan Tuan, tolong jangan ambil semua uang saya, itu adalah uang modal usaha saya tuan," kata Nenek itu seraya menangis.

Song Lin Qian ingin bangkit untuk menolong nenek itu, namun Feng Feng menahannya.

"Kakek, kita harus menolong nenek itu! Kasihan dia," kata Song Lin Qian.

"Tidak Qian, kamu jangan pernah ikut campur apalagi sampai membuat masalah dengan mereka! Duduklah dan berpura-pura saja tidak tahu," kata Feng Feng.

"Tapi kek..!"

"Qian, ingat pesanku tadi sebelum kita turun Gunung? Jangan sesekali kamu melakukan sesuatu ataupun sampai bertarung, kamu tidak boleh berkelahi," kata Feng Feng yang kembali mengingatkan.

"Iya kek aku tidak lupa, tapi nenek itu!"

"Dia akan baik-baik saja, percayalah orang-orang ini tidak akan membunuhnya, selama mereka mendapatkan apa yang mereka minta, maka semuanya akan baik-baik saja," kata Feng Feng.

Song Lin Qian sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa memperhatikan sang Nenek yang menangis karena uangnya dibawa pergi oleh para kelompok bersenjata.

"Untuk apa aku berlatih setiap hari jika pada akhirnya apa yang aku pelajari sama sekali tidak bisa digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan?" gumam Song Lin Qian.

Song Lin Qian belum mengetahui alasan Feng Feng yang sebenarnya, sedangkan Feng Feng sendiri sebenarnya juga ingin memberikan para kelompok bersenjata itu pelajaran, namun dia tidak bisa melakukannya karena dia masih mengkhawatirkan keberadaan Perguruan Pedang Darah.

Jika sampai Song Lin Qian bertarung dan menggunakan jurus-jurus yang diajarkan oleh Feng Feng dan Yuwen, takutnya ada anggota Pedang Darah yang melihat dan mengenali jurus-jurus yang digunakan oleh Song Lin Qian, bisa-bisa mereka akan menemukan tempat persembunyiannya dan yang paling dikhawatirkan adalah Xan Tiandi.

"Hai kalian berdua, cepat berikan uang hasil jualan kalian!"

Salah seorang dari mereka kini meminta uang hasil jualan ikan milik Feng Feng, belum lagi cara meminta mereka yang sama sekali tidak sopan kepada orang tua.

Song Lin Qian ingin menjawabnya, namun Feng Feng menahannya dengan menggelengkan kepalanya, hal itu membuat Song Lin Qian merasa geram dan ingin sekali menghajar orang-orang itu.

"Tuan, dari tadi ikan kami baru terjual tiga ikan ekor saja, dan ini semua uang hasil jualan kami dari tadi," kata Feng Feng seraya menunjukkan koin perak dari hasil jualan tiga ekor ikan, sedangkan uang yang lainnya telah Feng Feng sembunyikan.

"Apa, hanya tiga perak? Iya sudah berikan itu padaku," kata pria tersebut.

Feng Feng menyerahkan tiga koin perak itu kepada pria tersebut, sedangkan pria itu memperhatikan sikap Feng Feng yang sama sekali tidak terlihat takut sedikitpun kepada dirinya.

"Apakah kamu tidak takut kepadaku?" tanya Pria tersebut.

"Tentu saja kami takut tuan, mana mungkin kami berani kepada tuan?" jawab Feng Feng.

"Hah, sikapmu membuktikan jika kamu dan dia ingin melawanku! Ayo kalau kalian merasa hebat lawanlah aku," kata pria itu dan ingin mendorong tubuh Feng Feng dengan gagang pedangnya.

Saat gagang pedang itu hampir menyentuh tubuh Feng Feng, Song Lin Qian dengan cepat menahan gagang pedang itu, hal itu membuat Feng Feng dan pria itu terkejut.

"Jangan coba-coba berbuat kasar kepada kakek ku!" kata Song Lin Qian yang tidak bisa lagi menahan kekesalannya.

"Qian, hentikan nak! Cepat minta maaf kepada tuan ini," kata Feng Feng.

"Kakek! Kalian pernah mengajarkan adab menghormati orang tua padaku, dan aku melakukan apa yang telah kalian ajarkan padaku," kata Song Lin Qian yang tidak ingin lagi mendengarkan perintah Feng Feng dan tentu saja karena amarahnya yang sudah tidak terbendung lagi.

"Hem, anak baru lahir kemarin sudah ingin mengajariku adab sopan santun ha! Sini biar aku yang memberimu pelajaran tambahan itu," ucap pria itu lalu dia berniat untuk memberikan serangan kepada Song Lin Qian.

"Hanya kakek dan nenekku saja yang berhak menggurui ku, kamu sama sekali tidak memiliki kualitas apapun untuk mengguruiku," kata Song Lin Qian kemudian dia mengepalkan kedua tangannya lalu maju menyerang pria tersebut.

"Qian berhenti!" seru Feng Feng.

Seruan Feng Feng sama sekali tidak didengar oleh Song Lin Qian, dia yang sudah sejak awal merasa geram akhirnya mulai menyerang pria tersebut dengan tangan kosong.

Pria tersebut segera menyadari jika Song Lin Qian adalah seorang Pendekar Jiwa Petarung, hal itu membuatnya harus mengeluarkan jurus-jurusnya.

Pertarungan keduanya membuat rekan-rekan pria itu yang menyebar segera berkumpul, mereka ingin membantu rekan mereka serta akan memberikan pemuda itu pelajaran.

Feng Feng yang melihat kelima orang lainnya ingin menyerang Song Lin Qian akhirnya tidak tinggal diam, dia tidak mau mereka mencelakai Song Lin Qian sehingga mau tidak mau, Feng Feng pun turun tangan.

"Aku tidak akan membiarkan kalian mengeroyok cucuku," kata Feng Feng.

Kelima pria itu terkejut setelah seorang kakek tua menghalangi mereka, semuanya saling berpandangan sebelum akhirnya tertawa terbahak-bahak melihat seorang kakek yang mencoba menahan mereka berlima.

"Kakek, kamu ini sudah hampir bau tanah, sebaiknya kamu duduk agar usiamu lebih panjang dan biarkan saja kami bermain-main dengan cucumu itu," kata salah satu dari mereka.

Feng Feng mengambil sebuah tongkat kayu kecil yang menjadi penyangga tenda jualan orang lain, dia mengibaskan kayu itu ke samping dan terlihat ada hembusan angin yang keluar dari kibasan kayu itu yang membuat tanah sedikit tergores hanya karena terkena kibasannya saja.

Mereka tentu tidak memperhatikan itu, justru mereka semakin menertawakan Feng Feng yang akan melawan mereka dengan sebatang kayu kecil saja.

"Kalian berdua, hajar kakek tidak tahu diri itu," kata salah satu dari mereka yang menyuruh kedua rekannya untuk menyerang Feng Feng.

Kedua pria itu segera mencabut pedang mereka lalu melompat maju untuk menyerang Feng Feng. Saat salah satu dari mereka mengayunkan pedangnya, Feng Feng lebih dulu bergerak dan dengan kayunya, dia memukul tangan pria itu dengan sangat keras.

"Argh!"

Pria itu menjerit dan pedang di tangannya terlepas, namun saat baru menyadari jika pedangnya sudah terlepas, satu sabetan kayu mengenai pinggangnya yang membuat teriakan pria itu melengking dan tubuhnya terlempar hingga empat meter jauhnya.

Pria yang satu lagi tertegun melihat rekannya yang terlihat kesakitan dengan air mata yang mengalir karena tidak kuat menahan sakit sehingga membuatnya menangis.

Walau sedikit ragu, namun pria yang tersisa itu mencoba untuk maju, dan hal yang sama pun juga dialaminya, yaitu mendapatkan satu sabetan kayu yang membuatnya berguling-guling kesakitan.

"Dasar tidak berguna! Mengurus kakek-kakek saja tidak becus," gerutu pria itu lalu dia mencabut pedangnya dan mengajak kedua rekannya untuk maju bersamanya menyerang Feng Feng.

Feng Feng yang terlihat tenang melihat ketiganya yang maju secara bersamaan untuk menyerang dirinya hanya menggelengkan kepalanya. Dia menarik kayunya kesamping, dan dengan satu gerakan kakinya, Feng Feng bergerak dengan ilmu meringankan tubuh yang luar biasa dan dengan cepat melewati ketiga lawannya.

Ketiga lawannya yang terkejut dengan ilmu meringankan tubuh di kakek yang ternyata sangat tinggi ingin menoleh kebelakang, namun sebelum mereka berhasil melihat kebelakang, Feng Feng sudah lebih dulu memukuli tubuh ketiganya itu dengan kayunya.

Ketiga pria itu menjerit kesakitan di pukuli oleh Feng Feng, jika diperhatikan lagi, Feng Feng seperti sedang memukuli anak-anak yang nakal, padahal mereka itu adalah para Pendekar Jiwa Pemula Kelas 3 dan satu orang adalah pendekar Jiwa Petarung.

Namun di hadapan sang kakek itu, mereka terlihat seperti anak kecil yang sedang dihukum. Ketiga pria itu menangis dan menjerit memohon ampun, mereka benar-benar tidak kuat menahan sakitnya pukulan Feng Feng.

Feng Feng baru berhenti memukuli mereka setelah mereka bertiga bersujud dan menangis seraya meminta ampun, dan kulit-kulit tubuh mereka semua banyak memarnya.

Song Lin Qian sendiri saat ini memukuli lawannya hingga tubuhnya babak belur dibuatnya, padahal mereka itu sama-sama Pendekar Jiwa Petarung, namun Song Lin Qian memiliki ilmu meringankan tubuh yang sedikit lebih tinggi dari lawannya serta serangan pukulannya yang mampu mematahkan pedangnya menjadi dua.

Pria itu benar-benar tidak diberi kesempatan untuk meminta ampun, karena Song Lin Qian tidak memberikan dia kesempatan untuk berbicara.

"Hentikan Qian, sudah cukup! Kamu sudah memberinya pelajaran, jadi jangan dipukul lagi," kata Feng Feng.

Song Lin Qian akhirnya baru berhenti, dia menoleh ke arah pria yang sudah di hajarnya itu, dan begitu dia melihat wajah pria itu yang babak belur, Song Lin Qian baru sadar jika dia sudah kelewatan.

"Kakek maafkan aku!" kata Song Lin Qian.

Feng Feng hanya bisa menggelengkan kepalanya, dia memperhatikan semua orang yang menonton mereka sekaligus memeriksa apakah ada orang yang mencurigakan atau tidak.

Song Lin Qian menghampiri pria yang sudah dibuat babak belur itu lalu dia ingin menolongnya. Ketika Song Lin Qian mengulurkan tangannya, pria itu justru melindungi kepalanya dengan kedua lengannya, pria itu mengira jika pemuda itu akan memukulnya kembali sehingga dia yang sudah trauma langsung ketakutan.

"Maafkan aku!" kata Song Lin Qian.

Pria itu yang masih ketakutan serta terkejut menatap Song Lin Qian, dia tidak banyak bicara selain mundur kebelakang lalu segera bangkit dan lari bersama kelima rekannya tanpa menoleh lagi kebelakang.

Semua orang termasuk para pedagang bersorak sorai penuh kegembiraan karena akhirnya para perusuh itu berhasil diusir, sedangkan Feng Feng merasa sedikit cemas.

"Qian, sebaiknya kita segera pulang!" kata Feng Feng.

"Baik kek!"

Mereka berdua pun akhirnya memilih untuk pulang, dan tanpa mereka sadari jika ada sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka.

***

Maaf karena judul Song Lin Qian akan di remake menjadi judul PANGERAN PENDEKAR NAGA, karena itu adalah saran dari editor, namun untuk jalan ceritanya akan tidak akan di remake.

1
Ana Dasuki
lanjutkan
Ana Dasuki
muantab
Ana Dasuki
keren
Ana Dasuki
jozzz
Ahmad Zulkarnain
mantaaap jiwa thor lanjut crazy up nya makin seruuu bikin penasaran sama kelanjutannya ajiiiib banget terimakasih
Andri Iswanto
lanjut terus thorr...
Sarip Hidayat
seru bingit
bogel
teyuuuuz
bogel
lanjjuuuuuut
Derajat
apakah Qifei bisa membantu Qian
Ipung Umam
mantap Thor lanjuuuut terus
Shen Shadian
duaaaaarrr qian pun tewas, mc berganti Qifei ratu suku tanah yg mendapatkan julukan Sang Ratu Bintang
Uchy
Alur ceritanya bagus,,, bahasa penulisannya juga bagus...
Cuma kurang greget aja.....
Tetap semangat 💪 ya Thor...?!
Abizar Ragil
✍️✍️✍️✍️✍️👍👍👍👍
Abizar Ragil
💪💪💪💪💪💪✍️✍️✍️✍️
Imam Sutoto
good luck thor lanjut top markotop story
Elok Rozikin
gk usah selamatkan xiyin qian karna dia di culik ayah kndung nya sendri
bedjo
harapan semuanya
bedjo
ok lah
bedjo
sehat selalu thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!