Love From The Sky

"Ayo, Ayah antar kalian sekarang, kalau jalanan macet nanti terlambat." Arsen beberapa kali melihat jam di tangannya karena dia harus mengantar Arnav dan Shena ke sekolah terlebih dahulu selama masa penyembuhan Arnav dan juga masa hukuman Arnav.

"Yee, udah lama gak diantar Ayah." Setelah berpamitan pada Ibunya, Shena kini bergelayut di lengan Ayahnya. Memang sudah hampir dua tahun itu dia selalu berangkat ke sekolah bersama Kakaknya.

Setelah mereka semua masuk ke dalam mobil, Arsen segera melajukan mobilnya menuju sekolah kedua anaknya.

"Nanti sepulang sekolah kalau mau dijemput chat Ayah ya. Kalau mau bareng Vicky atau teman kamu gak papa. Tapi langsung pulang, tidak boleh kluyuran," kata Arsen.

"Iya, Ayah."

Beberapa saat kemudian mobil Arsen berhenti di depan sekolah mereka. Mereka berpamitan pada Ayahnya lalu turun dari mobil.

Shena melambaikan tangan pada Ayahnya saat mobil Ayahnya mulai melaju.

"Shena, tumben diantar Ayah lo?" tanya Mila. Dia sahabat satu kelas yang sangat dekat dengan Shena.

"Tuh, tangan Kak Arnav tekilir."

"Kak Arnav kok bisa sih?" tanya Mila. Mila memang gadis polos bahkan dia lebih lugu dari Shena.

"Ya bisa. Namanya orang jatuh."

Beberapa saat kemudian ada Vicky yang menyusul langkah mereka bertiga.

"Gimana tangan lo?" tanya Vicky sambil berjalan sejajar dengan Arnav.

"Gak boleh gerak selama dua sampai tiga hari."

"Ar, tangan kamu kenapa?" tanya Gita saat melihat Arnav berjalan di koridor kelas. Dia kini berjalan di dekat Arnav, tapi Arnav hanya membuang wajahnya dan mempercepat langkah kakinya.

"Ar, aku minta maaf." Gita masih saja mengikuti langkah Arnav meskipun Arnav sama sekali tak peduli padanya.

"Mulai sekarang jangan dekati gue lagi!" kata Arnav agar Gita menjauh darinya.

Mendengar kalimat itu seketika Gita menghentikan langkah kakinya. Dia menggigit bibir bawahnya dan berusaha menahan tangisnya. Ya, ini semua memang salahnya sendiri. Harusnya dia tidak bermain api.

Kemudian Gita melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Dia duduk dibangkunya dan hanya menatap nanar Arnav.

"Galau amat, udah cerai sama Arnav?" tanya Veve, teman sebangku Gita.

Gita tak menjawabnya. Dia hanya meluruskan pandangannya dan mengeluarkan bukunya.

Sky yang duduk di depan Arnav hanya tersenyum miring. Lengkap sudah drama mereka.

...***...

"Males banget pelajaran olahraga. Boleh gak sih izin terus." Setelah berganti seragam olahraga, Shena begitu malas melangkahkan kakinya ke lapangan.

"Kamu kebiasaan banget dari dulu sampai sekarang gak suka olahraga." Vicky merangkul bahu Shena sambil berjalan ke lapangan.

"Kebiasaan itu gak bisa diubah."

Kemudian mereka semua berkumpul di lapangan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu.

Mila yang berdiri di samping Shena, sesekali mencuri pandang pada Vicky. Sudah lama dia memendam perasaannya pada Vicky tapi belum kesampaian.

Shena tersenyum kecil menyadari tatapan Mila. Kemudian dia menarik tangan Mila agar menempati barisannya.

"Shena!"

Mendengar tawa cekikikan Shena seketika Vicky menoleh. Dia mengerutkan dahinya saat melihat Mila yang ada di sampingnya.

Mila hanya tersenyum malu pada Vicky.

"Kok lo di sini?"

"Ya gue..." Satu tangan Mila mencubit Shena yang masih saja tertawa kecil.

Setelah pemanasan selesai, mereka dibagi menjadi beberapa tim untuk bermain basket.

Saat tim pria bermain dahulu, tim perempuan berdiri di tepi lapangan dan melihat mereka bermain.

"Vicky, ganteng banget," gumam Mila tapi bisa ditangkap oleh telinga Shena.

Shena menyenggol bahu Mila untuk menggodanya. "Lo kalau suka tuh bilang."

"Vicky mana suka sama gue yang jelek dan dekil gini."

"Ya, coba ajalah. Siapa tahu diterima."

"Gue gak berani."

"Ih, coba aja. Kak Vicky baik kok."

Belum apa-apa pipi Mila sudah bersemu merah. Bagaimana kalau dia benar-benar mengungkapkan perasaannya pada Vicky.

Mila masih saja melamun, hingga dia tidak tahu jika ada bola basket yang melayang ke arahnya.

"Aww!" Mila sampai jatuh terduduk saat kepalanya terkena benturan bola basket itu dengan keras.

"Mila, lo gak papa kan?" tanya Vicky kemudian dia membantu Mila berdiri.

"Kepala gue pusing."

"Gue antar ke UKS, lo istirahat di sana saja. Takutnya lo pingsan." Vicky kini membantu Mila berjalan ke UKS.

"Kepala lo sakit banget gak? Dikompres dingin saja ya." Vicky akan beranjak pergi karena dia akan membeli es batu terlebih dahulu tapi Mila menahan tangannya.

"Gue gak papa." Perlahan Mila melepaskan tangan Vicky. "Hmm, gue boleh bicara sesuatu sama lo?"

Vicky tak menjawabnya tapi dia kini duduk di samping Mila.

"Gue suka sama lo," kata Mila dengan cepat lalu membuang pandangannya dan menggigit bibir bawahnya. Dia tidak pandai mengungkapkan perasannya. Hanya satu kalimat singkat itu yang bisa dia katakan.

"Iya, gue sudah tahu. Shena pernah bilang sama gue."

Detak jantung Mila semakin kencang.

"Tapi maaf, gue sudah punya seseorang yang gue cintai." Kemudian Vicky berdiri dan meninggalkan Mila.

"Vicky udah punya crush? Siapa? Gue gak pernah lihat Vicky dekat sama cewek lain selain Shena."

Mila mengernyitkan dahinya memikirkan pernyataan Vicky. "Aduh, kepala gue pusing banget. Mikirin ini jadi makin pusing. Tahu gitu gue gak bilang sama Vicky. Malu banget."

Shena kini menyusul Mila ke dalam UKS. Dia duduk di samping Mila yang sedang menangkup wajahnya. "Lo kenapa?"

Mila membuka wajahnya dan menatap Shena. "Ternyata Vicky udah punya crush. Gue malu banget udah bilang perasaan gue sama Vicky."

"Masak sih? Vicky sama sekali gak pernah cerita sama gue soal itu. Ih, ternyata dia main rahasia-rahasiaan sama gue." Kemudian Shena berdiri dan keluar dari UKS.

Shena kini duduk di samping Vicky yang sedang berada di pinggir lapangan. "Siapa cewek yang Kak Vicky suka? Kenapa gak cerita sama aku?"

Seketika Vicky menatap Shena. "Cewek yang aku suka?"

"Iya, katanya Kak Vicky udah punya crush?"

Vicky hanya tersenyum kecil. "Ya ada deh."

Seketika Shena menggembungkan kedua pipinya. "Ih, gitu ya main rahasia-rahasiaan sama aku."

Vicky semakin tersenyum lalu mengacak rambut Shena. "Bukan crush, tapi dia adalah cewek yang spesial dan sangat aku sayangi."

"Siapa?"

"Ada deh." Lalu Vicky berdiri dan kembali bergabung dengan teman-temannya.

"Ih, siapa ya?" Shena masih sangat penasaran, kira-kira siapa yang disukai Vicky?

.

💕💕💕

*crush adalah gebetan

.

Like dan komen ya...

.

Ada satu ya yang kurang, anaknya Rangga, si Reynan. Kayaknya nanti ada novelnya sendiri.. 🤭🤭 Gak tahu kapan... 😅