NovelToon NovelToon
Dari Benci Jadi Suami

Dari Benci Jadi Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Berbaikan / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:11.3k
Nilai: 5
Nama Author: nichi.raitaa

Tolong bantu support dan jangan lompat bab saat membaca ya, terima kasih 💗

Delilah Atmaja—seorang perempuan—yang sama sekali tak berkeinginan menikah, terpaksa menuruti kemauan sang ayah. Justru bertemu kembali dengan Ananda Dirgantara—musuh semasa SMA—dan justru berakhir di pelaminan. Tak berhenti sampai di sana, Rakanda Dirgantara—mantan cinta pertama Delilah—menjadi sang kakak ipar. Hadir juga hari dimana Raka menerima bantuan dari si jelita, Delilah. Membuat keruh hubungan rumah tangga Nanda dan Delilah yang telah menjadi seorang istri.

Dapatkah mereka akan melewati drama pernikahan dan pergulatan hati masing-masing? Akankah mereka berdamai dengan keadaan dan menemukan akhir yang bahagia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nichi.raitaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4

Delilah sedang berjalan perlahan sambil sesekali berhenti mengamati jajaran foto yang terpajang di dinding. Banyak pula yang berderet di sepanjang rak lorong rumah megah kediaman keluarga Dirgantara. Terkesan sepi karena memang sedikit penghuni, sang nenek telah tiada sejak lama. Hanya ada kakek dan dua cucu bersama beberapa orang yang bekerja membantu. Siapa yang menyangka, Delilah menjadi salah satu penghuni. Yah, meski mungkin tidak akan terlalu lama.

Nanda sedang mandi, setelah Delilah menatap tadi. Sang istri menyeret Nanda ke dalam kamar mandi, tetapi tubuh mungilnya justru terkurung badan besar sang suami ketika sampai. Sengaja Nanda mengungkung si jelita, merasa tawaran yang diajukan tersambut.

“Cukup berani juga, sejauh mana—” Seringai di wajah Nanda memudar, kerongkongan si pria mendadak kering. Kalimatnya bahkan tak berhasil selesai.

Jemari lentik Delilah sedang mengusap lembut dada bidang sang suami, kemudian kuku jari si jelita kini menari di sekitar leher Nanda. Lalu wajah si wanita mendekat perlahan, hembusan napas yang terasa dekat membuat bulu di seluruh tubuh Nanda meremang. Degup jantung keduanya beradu, tatapan Delilah tak lepas dari manik Nanda yang mulai meredup. Si pria terlihat mulai terbuai, sedang lawan jelita berusaha menentramkan buncahan gejolak dalam diri.

“Jangan coba menantangku atau kau akan menyesalinya seumur hidup!” Suara Delilah berbisik lembut di sebelah telinga.

Nanda menelan ludah kasar dan menikmati sensasi yang menerpa, hingga tanpa sadar. Sesuatu mulai mengeras dan dia kehilangan kendali. Akan tetapi, saking berkonsentrasi hingga terpejam mata si pria tak menyadari. Dia sekarang tinggal seorang diri di kamar mandi. Tentu saja, dia meremas rambut frustasi dan berteriak kesal setengah mati.

“Delilah Atmaja!” Suara Nanda terdengar hingga lorong tempat Delilah melarikan diri.

Si jelita kini terkikik pelan sendirian setelah berhasil menggoda sang suami lalu meninggalkannya selagi sempat. Jika boleh jujur, Delilah juga tak sanggup berada di sana lebih lama. Kewarasan sudah mulai menguap, apalagi jika terus terkurung bersama Nanda yang bertelanjang dada. Suara tawa tertahan tadi memudar. Atensi Delilah tertuju pada dua pemuda di bingkai foto.

Mereka berdiri bersebelahan, mengenakan seragam yang sama. Secara tiba-tiba, perih menelisip tanpa permisi. Suara serak dari belakang sedikit membuat Delilah berjingkat dan menoleh.

“Ah, Kakek. S-selamat pagi.” Delilah menyapa dengan sedikit gugup.

“Kau terbiasa bangun pagi rupanya, bagus. Suamimu sangat malas, dia kerap terlambat. Mulai sekarang, tugasmu membangunkan pangeran hobi tidur itu. Atau pasiennya akan meninggal di meja operasi karena menunggu terlalu lama.” Kalimat panjang Wisnu terkesan sangat serius.

“Hah?” Delilah juga orang medis, terkejut mendengar penuturan sang Kakek.

“Kakek, jangan bercanda! Apa benar yang Kakek jelaskan, hm? Mau jadi kenyataan?” Suara Nanda langsung menantang pemilik rumah sakit tempat dia bekerja.

“Hahahaha, bukankah itu cukup membuatmu paham maksudku, Delilah? Bangunkan dia, ya?” Wisnu kini menurunkan kacamata hingga batas hidung bawah sambil menggerakkan dua alis menatap cucu menantu, “kau paham, ‘kan. Oke?” bisik si Kakek kemudian berlalu.

Netra Delilah mengerjap lucu, sambil menatap si suami yang kini kian mendekat. Dia mengulum senyum menangkap hal nakal yang dimaksud Wisnu.

“Ah, jadi kau kesulitan—” Delilah sengaja menjeda, mengubah pandangan ke bagian tubuh bawah Nanda, “bangun, rupanya. Ck, loser,” sambung si jelita

Nanda tak dapat mengatupkan rahang, “sial!” desisnya. Dia hanya bisa memandang Delilah yang melenggang pergi dengan senyum mengejek.

Padahal, dia baru hendak membalas perlakuan Delilah. Malah kini si pria merasa menyerahkan diri untuk diejek kembali. Dia kemudian lekas menyusul langkah sang istri, kaki jenjang Nanda segera menangkap langkah mungil Delilah.

“Tarik lagi perkataanmu, cepat. Atau kau mau aku membuktikan sekarang, hm?” Nanda mencekal tangan si istri dan memaksa bersitatap.

“Lalu bagaimana kau ingin disebut? Bahkan, janjimu sendiri tidak kau tepati, huh!” Delilah menatap balik mata elang di depan.

“Ck, I’m not a loser, I'm a chooser. Jadi, tidak ada yang bisa mengatur pilihanku.” Pria itu melepaskan cekalan tangan dan berjalan mendahului Delilah.

Jika memang kamu seorang pemilih, lalu kenapa malah menyerah pada ajang perjodohan kakekmu, bodoh! hati Delilah sibuk berbisik.

Sedikit berat langkah si jelita mengikuti sang suami. Harap-harap cemas dia meremas jemari, perasaan yang sekian lama terpendam seolah terusik lagi. Takut jika mengapung kembali ke permukaan di saat tak tepat begini. Sayup terdengar suara yang dulu kerap dia rindukan, tetapi telah bersanding dengan sang pemilik hati sekarang. Delilah menghembuskan napas sebelum melanjutkan langkah masuk ke ruang makan keluarga. Wisnu sudah berada di sana, duduk di ujung meja dengan tenang dan senyum ramah terpajang di wajah.

Sejenak ingatan si jelita yang baru memasuki ruangan tadi terjebak dimasa lampau. Kembali pada sekitar empat belas tahun yang lalu.

“Kak Raka, s-sudah terima surat, ‘kan?” Suara Delilah terbata saking gugup sambil menunduk.

“Em, ya. Sudah, kenapa?” Raka menjawab dengan santai.

“Eh, i-itu … kalau begitu jawaban—” Kalimat Delilah tak tuntas.

“Deli, kamu tidak sebodoh itu, ‘kan?” Suara Raka kali ini menyedot atensi gadis yang menunduk tadi untuk menatapnya.

“M-maksud Kakak?” Delilah terlihat bingung.

“Ayolah, aku hanya baik padamu karena teman adikku. Tidak lebih, tolong jangan salah paham, ya!” Suara Raka memang lembut saat itu, tetapi hati Delilah seolah tertancap sebilah belati langsung menembus jantung.

Dia terasa begitu tak layak dicintai. Kemudian merasa rendah diri, hal yang terus mendorong si gadis tumbuh menjadi sosok penuh perhitungan. Lalu dia menguat sampai merasa tak membutuhkan pria dalam hidupnya. Sampai-sampai, Dion dan Abigail menggunakan cara licik agar si putri tunggal mau menuruti permintaan mereka untuk menikah.

Sedikit canggung sekarang Delilah masih bergeming saling bertukar pandang dengan ipar dan sang istri. Tak sadar mata elang Nanda masih mengawasi tubuh si jelita yang mendadak kaku. Dia segera menghampiri wanita yang baru menjadi istrinya. Tangan si pria menggantung di udara tanpa tersambut, satu kerlingan dan anggukan tipis Nanda menyadarkan lamunan si jelita. Seger ditangkap tangan sang suami dengan senyum terpampang di wajah jelita. Lalu mereka duduk berdampingan di meja.

Sudah terisi penuh dengan berbagai sayur dan lauk pauk meja panjang di depan mereka. Setelah memimpin doa bersama, Wisnu mempersilakan untuk menikmati hidangan. Tak banyak suara di tengah aktivitas tersebut. Wisnu tak menyukai diskusi di meja makan, mengurangi level kenikmatan masakan simbok. Tak beberapa lama kemudian, mereka telah selesai.

“Ah, akhirnya aku berjumpa denganmu, Delilah.” Felicia membuka suara sambil menyikut sang suami, “gadis yang kerap diceritakan Raka, sejak dulu.” Feli menggenapi kalimat.

“Oiya, sesering itukah aku bercerita?” Raka mengelap mulut dan bersiap menenggak air putih di gelas.

Feli mengangguk pelan, “hm, kau bilang … gadis mungil yang terus berteriak karena diganggu oleh adikmu.”

Wisnu mengamati mereka bercengkrama sambil mengulum senyum penuh arti. Dia kerap hanya menjadi pengamat seperti sekarang. Cukup memandangi sisa keluarga yang dia miliki rukun begini membuat pikiran dan hati tentram. Bentuk keberhasilan dari didikan yang telah diterapkan pada kedua cucunya.

“Lalu, apakah pernah mendengar tentang suratnya juga?” Nanda ikut bergabung dalam obrolan.

Akan tetapi, sepertinya salah pembahasan. Karena dia sedang ditatap ganas oleh mata merah Raka disertai remasan pada bagian paha si dokter tampan dari sang istri di sebelah. Terpaksa dia menahan sakit dan mengulas senyum simpul.

“Ehey, ayolah. Itu hanya kenangan dari masa lalu, ‘kan? Santai saja.” Nanda masih mencoba meredam suasana canggung diantara mereka.

“Sayang,” panggil Delilah dengan suara lembut membelai pendengaran Nanda.

1
Ripah Ajha
sungguh keren kata2mu Thor, aku jadi terhura eh terharu maksutnya🥰
nichi.raitaa: aw, terima kasih ya kakak juga sudah baca sampai akhir ... aku meleyot nihh 🫣🫠😘
total 1 replies
Krismargianti Andrean
lanjut thor nunggu nih ampe tambah es teh jumbo 5kali
nichi.raitaa: waduh kak ... apa nggak kembung 🤧 btw timamaciw sdh mampir, nih aku kasih 2 hati akuh 💗💗🫦
total 1 replies
Zee✨
hay kak nicki, aku mampir hehe semangattttt💪💪
nichi.raitaa: nyehehhee okidoki kak 💗 aku telhalu loh😵‍💫🫠
Zee✨: sama², nanti ye mau ngepel dulu😂😂
total 3 replies
Zee✨
dih kepedean amat bang😏
Zee✨: pantesan aku cari² nggak kelihatan, taunya di sana toh🤭
nichi.raitaa: 🤧😶‍🌫️ aku ampe ngumpet dibalik awan kakk
total 2 replies
Ripah Ajha
like Thor, tetep semangat update ya🥰
nichi.raitaa: terima kasih supportnya kak, wait ya 💗😘
total 1 replies
Ripah Ajha
gitu tu, kalok oasangan suami istri blom prnah mp, bawaannya emosi teros🤣
nichi.raitaa: aw ... si kk tau ajah 🤧🫣
total 1 replies
Ripah Ajha
keren karyamu thor
nichi.raitaa: terima kasih sdh membaca kak, semoga betah ya 💗
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Kisahnya bikin baper, jadi terlarut sama ceritanya.
nichi.raitaa: terima kasih sudah membaca, Kak 💗 teruskan lagi yuk kakk 🥰
total 1 replies
Sandy
Seru banget, gak bisa berhenti baca😍
nichi.raitaa: terima kasih, sudah membaca kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!