Laura Veronica, dia merupakan seorang mahasiswi jurusan manajemen bisnis. Dia bisa di bilang wanita barbar di kampusnya, prilaku Laura memang sembrono dan centil.
Suatu hari, kebetulan ada dosen baru yang bernama Dimas Adamar, pria tampan namun berwajah dingin. Postur tubuhnya yang gagah membuat Laura terpikat akan pesonanya.
Akankahkah pria itu terpikat oleh pesona wanita barbar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NurmaMuezzaKhan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 Tidak ingin bercerai
Pukul 16:00.
Satu pasangan nampak sedang bercumbu mesra di dalam mobil.
Chup.
Pasangan tersebut yang tak lain adalah Laura dan Dimas. Mereka berdua berencana pulang bersama, namun saat berada di dalam mobil, Dimas malah menyambar bibir Laura dengan agresif.
"Hmph." Laura mencoba mendorong Dimas karena sesak.
Akhirnya, dua bibir yang saling menyatu itu langsung terlepas. "Kenapa kau mendorongku, sayang?" Ucap Dimas dengan wajah kesalnya.
"Yakkk, apa kamu mau membunuhku, pak? Kau menciumku terlalu lama!" Pekiknya.
"Hehe, maaf sayang." Mengusap pelan bibir Laura.
Dimas yang dulu sempat bersikap dingin pun, akhirnya dia berubah menjadi pria yang romantis, bisa di bilang kalau saat ini dia sangat tergila-gila pada Laura.
"Berhenti memanggilku dengan sebutan Pak." Pekik Dimas.
"Haa? Memangnya aku harus panggil apalagi? Masa, Dimas? Kan gak sopan sama yang lebih tua." Serunya sambil menyelipkan rambutnya ke belakang.
Dimas pun mendelikkan matanya pada Laura, dia mengira akan mendengar jawaban apa, taunya malah mendengar akhir kata dari Laura yang sedikit menyebalkan.
"Panggil sayang, baby or apa kek. Lebih bagus juga panggil daddy." Celetuk di akhir kata.
"Pfft." Laura menahan tawanya saat mendengar Dimas yang terus merengek, pasalnya. Dia taunya Dimas adalah pria dingin dan cuek, namun kini malah berubah jadi bucin alias budak cinta.
"Baiklah, aku akan memanggilmu Daddy saat sedang berdua. Tapi, jika sedang bersama orang lain, aku akan memanggilmu dengan sebutan biasa yaitu pak dosen." Ucap Laura sambil menangkup wajah Dimas.
"Sial, sentuhannya benar-benar membuat milikku jadi tegang." Menahan sesuatu agar tidak bangkit dari sarangnya.
Drrrrrtttt...
Ponsel Laura bergetar, dia pun merogoh ponselnya dan melihat siapa yang memanggil.
"Kakak!" Lirihnya terkejut.
"Dari siapa, kenapa kau tak mengangkatnya?" Tanya Dimas.
Laura pun memberi kode pada Dimas untuk diam. "Hallo, kak?" Mengangkat telepon.
"Adek, kenapa kamu gak pulang semalam? Apa terjadi sesuatu denganmu? Kakak khawatir." Jawab dari seberang telepon.
"Kakak? Apa maksud nya dia kakak kandung Laura? Kukira dia anak tunggal, ternyata punya kakak" Gumam hati Dimas sambil melirik Laura.
"Aku baik-baik saja kak, semalam aku habis bekerja paruh waktu di kafe, sekarang aku sedang di perjalanan, mau pulang." Melirik Dimas.
Tangan nakal Dimas tiba-tiba mulai merayap pada benda dua bulatan kenyal, dia pun meremasnya dengan kuat. "Ahh." Desaahan Laura tak bisa tertahan.
"Ada apa, apa kamu terluka?"
"Tidak kak, aku tutup dulu teleponnya." Jawab Laura dengan cepat sambil mengakhiri panggilan teleponnya.
Plakk..
Laura memukul tangan nakal Dimas yang sejak tadi mengganggunya. "Sayang, kenapa kau memukul tanganku sih." Rengeknya pada Laura.
"Dasar menyebalkan, tanganmu gatal sekali!" Jawab Laura dengan kesal pada Dimas yang malah merengek seperti bayi.
"Hehe.. Aku mau itu, kasih aku asupan gizi agar aku sehat." Celetuknya sambil nyengir.
Dengan cepat Laura langsung memundurkan tubuhnya, dia menutup dadanya dengan kedua tangannya agar Dimas tidak macam-macam.
"Berhenti disana, jangan melakukan hal bodoh dalam mobil, nanti ada yang lihat." Jawab Laura.
Hap!!
"Kyaaaaa." Laura terkejut karena Dimas tiba-tiba menindihnya dan menciumnya kembali. Mereka pun akhirnya melakukan hal gila di dalam mobil.
*****
Ckittt...
Sebuah mobil tiba-tiba berhenti tepat di depan apotek. Lalu, turunlah seseorang dari mobil tersebut.
Ceklek.
"Huft.." Menghela nafasnya sejenak.
"Kepalaku sampai sakit, aku tidak menyangka mertuaku akan mengatakan hal yang membuatku tidak bersemangat lagi." Ucap seseorang yang tak lain adalah Vina.
Setelah selesainya berdebat dengan sang mertua, dia pun merasa sakit di bagian kepalanya. Awalnya sang sekretaris menawarkan diri untuk mengantarkan Vina ke rumah sakit. Namun, Vina menolak dan akan membelinya sendiri sambil pulang ke rumah.
"Shhttt.. Kepalaku sangat sakit." Meringis dan sesekali menyentuh kepalanya.
"Hiks.. Aku tau, ini memang salahku. Aku yang menyebabkan Dimas terperangkap oleh sarang yang kubuat. Tapi aku sekarang benar-benar mencintai Dimas, aku tidak ingin sampai berpisah dengannya." Vina pun menangis sambil sesekali memegang kepalanya yang sakit.
Vina merosotkan tubuhnya karena merasa tak kuat berdiri lagi, dia pun menangis sesenggukkan dan tak menghiraukan orang-orang di sekitarnya.
"Aku tidak ingin menyakiti hati putriku, bagaimana jika aku berpisah dengan Dimas? Apa yang harus ku katakan pada Amel." Memijit pelipisnya dengan air mata yang terus mengalir.
"Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku harus mencegahnya, jangan sampai aku dan Dimas berpisah." Menggeleng cepat sambil menyeka air matanya.
Tap.. Tap.. Tap..
Tanpa Vina sadari, ada seseorang yang berjalan pincang menghampirinya yang sedang duduk di jalanan.
"Maaf, apa anda tidak papa? Seorang pria bertanya sambil mengulurkan tangannya.
Degh.
Vina pun langsung mendongak menatap seseorang yang berdiri sambil mengulurkan tangan padanya.
"K--kau..." Lirihnya.
Bersambung.
єηєg ρgη мυηтαн... кαυ ∂gя
double up!!