NovelToon NovelToon
Merebut Cinta Ibu Tiri

Merebut Cinta Ibu Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa / Ibu Tiri
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: SariRani

Aksara Abimanyu, merebut dan menggauli istri muda ayahnya secara diam diam hingga tumbuh benih cinta atau nafsu yang tak terkendali dari sepasang anak muda. Siapa kah wanita itu? Dan apa yang terjadi jika hubungan terlarang anak tiri dan ibu tiri itu berlanjut? Bagaimana ibu tiri mengatasi dilemanya menjadi istri dari ayah kekasihnya alias kakek dari calon bayinya? Ikuti cerita ini, pasti seru! Beri dukungan yaa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menginap

Saras sudah sampai di rumah ayah ibunya da sang suami sudah sampai. Ia pun langsung masuk ke rumah.

"Eh kamu udah pulang. Ada suami mu juga datang" ucap Arif.

"Iya ayah. Maafkan aku. Mas Arman tiba tiba ingin datang kesini jadi aku menyelesaikan urusan ku di hotel lebih awal" ucap Saras kepada sang Ayah lalu duduk disamping sang suami yang berwajah datar karena kesal kepada sang istri yg ingin ditemui malah sedang keluar rumah.

"Mas, maafkan aku ya" lirih Saras sambil memegang tangan sang suami.

"Hmmm" deheman Arman membuat Saras tau jika suaminya sedang marah.

"Wah putri ibu sudah pulang. Pas banget sarapannya udah siap. Mari Pak Arman sarapan dulu" ucap Wanda.

"Baik, Bu" sahut Arman dengan sopan kepada mertuanya.

Ya, meskipun Arman memperlakukan Saras kurang baik hanya karena tidak kunjung memberikan keturunan, namun jika didepan Pak Arif dan Bu Wanda, Arman tidak seburuk itu, meskipun bersikap dingin. Di kantor pun sama, Arman memperlakukan Saras seperti istri yang ia sayangi didepan karyawan atau rekan bisnisnya namun saat berdua Arman menjadi cuek dan tidak peduli.

Arman dan Saras sarapan bersama Pak Arif dan Bu Wanda. Untung Saras tadi di hotel hanya sarapan buah dan sayuran sehingga ia bisa makan lagi.

.

Ditempat lain, kini Aksa mencari rumah yang bisa ia tinggali jika datang ke Bandung karena yakin ia akan sering kesini untuk bertemu Saras dan ia ingin membeli Vila yang pemandangannya indah.

Langsung Aksa meminta temannya yang berada di Bandung untuk mencarikannya vila yg diinginkan. Bobi nama teman itu. Dia menjadi makelar tanah di Bandung sekaligus desainer interior.

Bobi langsung memberikan beberapa rekomendasi vila beserta foto kepada Aksa.

Dari 3 pilihan vila, Aksa tertarik untuk membeli Vila 1 lantai yang memiliki halaman luas dan didepannya ada danau kecil. Harganya sekitar 3 milyar dan Aksa menyanggupi.

"Oke, Bob. Aku mau vila yang ada danaunya ya. Kamu bisa urus berapa lama pembelian ini?" tanya Aksa.

"Mungkin seminggu buat ngurus ke notaris" jawab Bobi.

"Siap, uangnya aku transfer hari ini atau kamu mau tunai? Mumpung aku ada di Bandung. Mungkin sekalian nanti kamu antar aku vilanya"

"Ketemuan boleeeh, sekalian reuni bareng pengusaha kaya raya Jakarta nih" ucap Bobi.

"Sadar Bob, kamu kan juga pengusaha kaya rayaaa.. hahahhaha" sahut Aksa.

Mereka pun saling melempar candaan sebelum panggilan diakhiri.

.

Arman dan Saras sedang berduan di depan rumah Pak Arif, mereka saling diam beberapa saat sebelum suara pria yang sudah berusia 55 tahun itu memecah keheningan. Sedangkan Pak Arif dan Bu Wanda ke sawah karena sedang panen jagung.

"Apakah jika kamu pulang ke Bandung kamu bisa seenaknya tidur dihotel tanpa memberitaukan kepadaku?" tanya Arman datar.

"Maafkan aku. Kemarin teman temanku mendadak mengajakku untuk bertemu mereka" jawab Saras.

"Hmmm, sepertinya aku salah menikahi wanita muda yang tak bertanggung jawab dengan keluarganya" sindir Arman.

Saras menoleh kepada sang suami dengan tatapan tak bisa diartikan.

"Sebentar mas, maksud mas Arman bagaimana aku tidak tanggung jawab dengan keluarga kita? Aku sudah melayanimu dari bangun tidur sampek tidur lagi. Aku pun selalu izin kalau ada acara keluar dan kamu izinkan" bantah Saras.

"Kamu tidak tanggungjawab dengan tidak segera memberikanku keturunan" ucap Arman dan Saras pun langsung berdiri lalu berkata "Tuhan yang menentukan hal itu! Mas Arman juga gak mau usaha buat periksa ke dokter. Mungkin saja dari benih mas yg tidak kuat menjadi anak"

Arman pun ikut berdiri dan tidak terima dengan ucapan Saras lalu menampar istrinya.

Plak.

Tamparan kedua yang diterima Saras dalam pernikahan bersama Arman. Yang pertama saat dirinya keguguran.

"Kurang ajar! Istri yang tidak tau diri" marah Arman.

Saras memegang pipinya dan memilih untuk langsung masuk ke rumahnya. Tanpa siapapun sadar, Aksa sudah berada disekitar rumah orang tua Saras dan memperhatikan perlakuan Arman kepada istrinya.

"Jika dia tidak bisa memperlakukan istrinya dengan baik, ngapain dia menikah! Dasar pria tua" batin Aksa sambil mengepalkan tangan.

Lalu teleponnya berdering dari Bobi.

"Bro, aku dah otw ya. Ini sharelocknya" ucap Bobi.

"Oke, thank you" sahut Aksa lalu kembali ke mobilnya yg ia parkir di depan gang.

.

Saat ini Aksa dan Bobi sudah berada di vila tujuan. Aksa begitu langsung menyukai vila itu dengan warna dominan putih dan bergaya classic minimalis. Bangunan baru lagi dan Bobi menjadi penata desain interiornya.

"Baru tahun lalu ini vila jadi. Yang punya orang Jakarta juga, tapi dia memilih menjualnya karena usahanya tiba tiba mau bangkrut, butuh modal. Yaudah deh, dijual. Padahal bagus banget nih rumah" jelas Bobi.

"Ah sayang sekali. Vila ini bener bener nyaman dan bergaya modern" sahut Aksa.

"Cocok untukmu, Bro" ucap Bobi dan Aksa pun tersenyum.

Setelah proses screening vila selesai, Aksa mengajak Bobi ke bank untuk proses pembayaran serta menemui Notaris.

Hingga agenda pembelian vila Aksa selesai saat matahari sudah terbenam. Dan akan bertemu lagi dengan notaris minggu depan untuk tanda tangan berkas pembelian,

Aksa pun melajukan mobilnya untuk mengintip lagi keadaan rumah Saras karena ia bingung mau tinggal dimana tanpa wanita itu disisinya. Kalau di hotel dia akan sendirian lagi padahal satu kota dengan wanita yg sudah berada di hatinya.

Saat sudah sampai didepan gang, Aksa berjalan menuju rumah Saras dengan berjalan dan kondisi jalan desa itu gelap.

"Hmm bisa bisanya jalan umum seperti ini tanpa lampu" ucap Aksa sambil tetap berjalan menuju rumah Saras.

Ia melihat Saras duduk sendiri di depan rumah dan sepertinya sedang melamun.

Saat ini pukul 7 malam dan Aksa sudah tidak melihat mobil Arman lagi didepan rumah.

"Dia sendirian. Boleh lah aku menggodanya" ucap Aksa berniat mendekatkan dirinya dengan Saras.

"Hei, cewek cantik. Jangan melamun" ucap Aksa yg dengan berani muncul dihadapan Saras membuat wanita itu terkejut.

"Kamu! Kok bisa disini! Pergilah sebelum ayah dan ibu kesini" ujar Saras panik.

Dan benar, dari dalam rumah terdengar suara "Kamu bicara dengan siapa Ras? Ada tamu kah?" tanya Wanda.

"Yakan! Pergilah! Please, aku akan meneleponmu" ucap Saras.

"Nggak ada tamu bu, aku lagi telepon" bohong Saras.

"Aku dari tadi nunggu teleponmu tapi gak kamu telepon telepon, Ras. Gimana mau percaya kamu bakal telepon aku?" ujar Aksa.

"Iyaa tadi ada ayahmu, gimana aku bisa telepon" sahut Saras.

"Saras, makan malam udah matang. Ayo makan. Tutup pintunya ya" seru Wanda.

"Iya bu" sahut Saras.

"Hmm, aku belum makan malam" ucap Aksa manja.

"Hih, sana makan diluar. Aku harus segera masuk sebelum ibu dan ayah keluar" ujar Saras sambil berusaha melepas genggaman tangan Aksa.

"Jahat banget jadi ibu tiri" ejek Aksa.

"Kamu yang gak tau tempat. Bahaya kalau ayah ibu tau, mereka pasti curiga kenapa anak Pak Arman kesini" jelas Saras dan berhasil melepas tangannya dr genggaman Aksa.

Bersamaan dengan Arif yang tiba tiba keluar berniat memanggil putrinya.

"Loh ada den Aksa" sapa Arif membuat Saras dan Aksa berbarengan menoleh ke arah suara.

"Saras, kenapa gak bilang ke ayah ibu kalau ada den Aksa? Suruh masuk atuh" lanjutnya.

Saras terdiam dan menoleh ke arah Aksa agar pria itu yang menjelaskan.

"Ah maaf Pak Arif, saya ada bisnis di Bandung dan tadi mendapatkan informasi jika ayah juga berada disini. Eh ternyata sudah kembali ke Jakarta ya" sahut Aksa memberikan alsan yang masuk akal.

"Oh iya Pak , jangan panggil saja den lagi karena Pak Arif dan Bu Wanda juga sudah jadi keluarga . Panggil aja Aksa" lanjutnya.

"Wah den, udah biasa manggil aden" ucap Arif.

"Ya gapapa, pak Arif biasakan lagi manggil Aksa mulai malam ini" sahut Aksa.

"Kok lama sih bapak sama Saras gak masuk?" tiba tiba Wanda keluar dari dalam rumah untuk memanggil putri dan suaminya.

"Loh, den Aksa" kagetnya.

"Selamat malam, Bi" sapa Aksa ramah.

Saras hanya diam karena canggung.

"Yaudah ayo, Aksa makan malam bersama kami. Ayahmu tadi sore sudah pulang, katanya ada meeting malam ini" ajak Arif sambil berjalan masuk kerumah memeluk istrinya.

Saras pun berniat mengikuti orang tuanya, malah Aksa menggodanya sambil meniru adegan Arif yang meraih pinggul Wanda.

Saras terkejut dan menyingkirkan tangan Aksa dari pinggulnya sambil memberikan tatapan tajam. Aksa merasa puas dan tersenyum smirk.

"Den Aksa ini makam malam seadanya ya. Namanya juga orang desa" ucap Wanda.

"Ndapapa bi, aku rindu masakan bibi. Apapun pasti aku makan" sahut Aksa yg sudah duduk di kursi meja makan bersama yg lain dan bersebelahan dengan Saras.

"Ayo silakan dinikmati" ujar Pak Arif sambil menunggu piringnya diisi oleh sang istri.

Setelah itu Aksa pun mengambil nasi dan ayam goreng yg tersedia. Saras menunggu Aksa selesai mengambil makanannya.

Mereka pun menikmati makan malam bersama, kecuali Saras yang diam saja tanpa ingin berkata apapun kepada Aksa didepan orang tuanya.

Hingga makan malam selesai dan Pak Arif lagi lagi menahqn Aksa untuk pulang karena hari semakin malam.

"Den,.,oh iya maaf, Aksa. Sebaiknya kamu menginap disini saja. Dilantai 2 ada kamar kosong" tawar Arif membuat Saras langsung menyela.

"Ayah, Aksa harus segera kembali ke hotel karena sudah booking" sela Saras mengarang.

"Apakah boleh saya menginap, Pak? Kamar hotel saya sudah diisi oleh partner perusahaan yang lain jadi tidak apa apa kalau saya tidak kesana. Tidak rugi juga" bohong Aksa mengikuti permainan Saras.

"Hih, maunya apa sih nih anak" batin Saras kesal karena Aksa terlalu frontal mendekatinya.

"Boleh banget dong. Kan tadi bapak nawarin juga. Ya sudah biar diantar Saras naik ke kamar atas ya" ucap Arif.

Saras tak bisa menolak, jika menolak akan terkesan hubungan dengan anak tirinya tidak baik padahal tidak hanya tidak baik tapi sudah diluar akal sehat.

"Untung saja tadi siang udah ibu ganti, kukira Pak Arman akan tidur disini jadi ibu bersihkan kamar di lantai atas. Tapi ternyata anaknya yg datang" sahut Wanda.

"Yaudah, Ras. Tolong antar Aksa keatas ya, udah jam 8 , mungkin Aksa juga mau mandi dulu nanti bisa pakai baju pak Arman" ucap Arif.

"Iy..iyaaa Yah" ujar Saras dengan ragu ragu tapi mau bagaimana lagi.

"Ibu dan Ayah masuk ke kamar dulu. Besok pagi pagi harus selesaikan panen" pamit Wanda.

"Selamat malam, Pak Arif dan Bi Wanda" ucap Aksa dengan senyuman ramah.

Saras pun memasang wajah kesal dan naik ke lantai 2 duluan. Perasaannya sudah tidak enak dengan kedatangan Aksa dirumahnya, pasti minta aneh aneh darinya.

1
Armyati
lannjjuuuttttt kak 🙏 semangat terus pokoknya ditunggu kelanjutannya 🥰
Armyati
betul begitu semangat terus💪💪
Armyati
jgn gt Aksa jgn minder sama diri sendiri, kamu msh bs sembuh n berjalan diatas kaki kamu sendiri kq, ayo berjuang sama-sama dgn Saras🥰💪💪💪
Armyati
laannjuutttt kak 🙏🙏 please,, tinggal pemulihan Aksa n cari bukti membalikkan keadaan buat si pria tua busuk itu biar mendekam sekalian dipenjara😡😡
Armyati: siap 🙏 sama-sama kak🤗
SariRani: Siaaaap , ditungguuuu yaaaa 😘💖🥰 thanks udah support karya author
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!