Azura adalah gadis cantik tapi menyebalkan dan sedikit bar-bar. Dia mendapatkan misi untuk menaklukkan seorang dokter tampan namun galak. Demi tujuannya tercapai, Azura bahkan sampai melakukan hal gila-gilaan sampai akhirnya mereka terpaksa terikat dalam satu hubungan pernikahan. Hingga akhirnya satu per satu rahasia kehidupan sang dokter tampan namun galak itu terkuak. Akankah benih-benih cinta itu tumbuh seiring kebersamaan mereka?
Cover by @putri_graphic
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DGGM 13. Benar-benar menyebalkan
Sementara itu, di saat Azura sedang sibuk menjalankan misinya mendekati Arkandra, Melodi tampak melamun memandangi selembar kertas yang berisi nomor ponsel yang diberikan seseorang siang tadi. Orang yang memberikannya mengatakan kalau ia bisa mendapatkan uang yang banyak dengan menghubungi nomor pemilik kartu nama tersebut. Sebenarnya pikiran Melodi sedang kacau malam ini. Ia ingin sekali membantu sang kakak, haruskah ia menghubungi nomor tersebut? Mungkinkah ia dapat memberikan pekerjaan yang berpenghasilan besar? Tak apalah ia bekerja lebih keras asal bisa membantu kakaknya. Lagipula ia sudah tidak memiliki kesibukan lagi di kampus.
Tapi yang membuatnya penasaran, nomor siapa itu? Mengapa ia tiba-tiba memberikan nomornya padanya?
Mungkinkah ada seseorang yang mendengarkan curhatannya tadi siang pada Loli? Tapi siapa? Mengapa ia bisa mendengar pembicaraannya dengan Loli sebab ia tadi mengobrol di ruangan khusus karyawan cafe?
Melodi mendesah berat. Lalu ia kembali memandangi sederetan angka yang tertera di kertas yang tengah dipegangnya. Setelah menimbang beberapa saat, ia pun segera mengambil ponsel dan menghubunginya.
"Halo." terdengar suara berat dan tegas tapi indah dari seberang telepon.
Melodi mengatupkan mulutnya rapat lalu menggigit bibirnya sendiri bingung harus mengatakan apa pada orang itu.
"Halo, siapa ini?" ucapnya lagi membuat Melodi akhirnya mengeluarkan suaranya.
"Ha-halo." ujar Melodi terbata.
"Ya, siapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya. Entah mengapa suara itu terdengar begitu seksi membuat jantung Melodi berdetak dengan kencang
"Sa-saya Melodi. Saya tadi mendapatkan nomor Anda dari seseorang." ujar Melodi terbata lalu ia kembali menggigit bibirnya karena kesulitan menetralkan debaran jantungnya.
"Oh. Karyawan cafe itu?" tanyanya lagi dan Melodi mengangguk. Namun setelah sepersekian detik, Melodi menepuk kepalanya sendiri. Memangnya orang itu bisa melihat anggukannya. Dasar bodoh!
"I-iya. Kata orang tersebut Anda bisa memberikan banyak uang. Apa Anda ingin memberikan pekerjaan padaku?" tanya Melodi akhirnya.
"Temui saya besok di cafe Starla pada jam makan siang. Saya akan mengatakannya di sana. Kalau sudah sampai, hubungi saya kembali." ucapnya sebelum panggilan ditutup secara sepihak tanpa menunggu jawaban Melodi lagi.
"Huh, dasar! Nggak punya sopan santun banget." omel Melodi saat panggilannya ditutup sepihak tanpa basa-basi.
Melodi mendesah kasar. Haruskah ia menemui orang tersebut. Tapi bila orang tersebut dapat memberikannya uang yang banyak, kenapa tidak. Bukankah ini yang ia inginkan. Mendapatkan uang yang banyak dan membantu kakaknya melunasi hutang-hutang orang tuanya. Tapi kira-kira apa pekerjaan yang akan orang itu berikan? Semoga saja tidak terlalu aneh-aneh pikirnya.
Lalu, siapa orang itu? Melodi memegang dadanya yang masih saja berdegup dengan kencang. Baru mendengar suaranya saja sudah bisa membuat Melodi berdebar-debar dan panas dingin, apalagi bertemu secara langsung. Semoga jantungnya tetap dapat berfungsi dengan baik setelah pertemuan itu. Lagipula, bukankah suara yang bagus belum tentu mencerminkan orangnya, bukan.
...***...
Bau khas obat-obatan tercium jelas di indra penciuman Azura. Perlahan kelopak mata Azura pun terbuka. Perlu beberapa detik bagi Azura untuk menyesuaikan penglihatannya yang mengabur. Setelah penglihatannya mulai jernih, Azura sontak mendudukkan tubuhnya dengan mata mengerjap bingung.
"Kenapa aku di sini?" gumam Azura saat melihat ke sekeliling. Ia ingat, ini ruangan si dokter galak. Tapi mengapa ia bisa berbaring di atas ranjang ini. Azura lantas memeriksa pakaiannya yang masih tampak utuh. Lalu ia melirik ke dalam pakaiannya, ia mendesah lega. Tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
"Sudah pura-pura pingsannya?" tiba-tiba terdengar suara tegas dari arah pintu membuat Azura tersentak. "Mengapa? Kau pikir aku akan melakukan sesuatu padamu? Cih, jangan harap!" desisnya sinis membuat Azura mendelik sebal.
"Saya pingsan beneran pak dokter. Nggak pura-pura. " Azura memberengut kesal saat dituding pura-pura pingsan. "Emang kalau saya mengharapkan pak dokter mau ngapa-ngapain kenapa? Mau diapa-apain juga nggak papa kok dok?" goda Azura sambil mengerlingkan sebelah matanya genit.
Seolah tak mau kalah dengan Azura, Arkandra pun mendekatkan wajahnya pada Azura yang sontak saja membuat Azura gelagapan. Bahkan ia sampai menahan nafasnya saat wajah Arkandra makin dekat ke wajahnya.
"Kau ... kau pikir aku tertarik padamu, hm? Jangan harap!" cibir Arkandra dengan salah satu sudut bibir terangkat yang sontak saja membuat dada Azura seketika panas. Lalu tanpa basa-basi, seolah ingin mengulangi adegan di pertemuan pertama mereka, Azura segera melingkarkan tangannya di leher Arkandra hingga tubuhnya terdorong ke depan menimpa tubuh Azura yang sudah terguling. Lalu Azura menyergap bibir Arkandra dan mencumbunya. Walaupun gerakannya kaku, Azura tetap berusaha mengecupi bibir itu persis seperti adegan-adegan kissing di drama Korea yang sering ia tonton. Arkandra berusaha melepaskan ciuman itu, tapi Azura justru makin mengeratkan pelukannya seperti lintah yang menempel erat. Akhirnya, Arkandra membiarkan saja apa yang Azura lakukan tanpa membalas maupun mencoba melepaskannya.
"Aaargh ... " teriak perawat yang hendak menyerahkan laporan yang diminta Arkandra tadi.
Cekrek ...
Seketika, Azura dan Arkandra melepaskan pertautan bibir mereka. Wajah Azura memerah menahan malu, tetapi Arkandra tampak biasa saja. Tetap datar, dingin, nyaris tanpa ekspresi.
"Ah, maaf dok! Silahkan dilanjutkan lagi!" ujar Perawat itu. "Eh, iya , hampir lupa! Ini laporannya dok." imbuh perawat itu seraya meletakkan laporan yang dibawanya ke atas meja kerja Arkandra.
"Wow, foto yang sangat mengagumkan! Hari ini sepertinya hari keberuntunganku. Aku akan barter foto ini sama kak Kencana, pasti Kak Kencana bakalan suka melihat foto ini." ujar Mario yang lagi-lagi memergoki Arkandra dan Azura di ruangan itu.
"Jangan macam-macam kamu, Yo!" ancam Arkandra kesal.
"Aku nggak macam-macam kok, Ar! Cuma satu macam aja. Eh, ternyata kamu beneran cantik! Padahal tadi kami pakai masker kan! Mataku memang jeli." celoteh Mario sambil melenggang keluar dari ruangan Arkandra.
"Sialan!" umpat Arkandra kesal.
"Nggak boleh ngumpat lho, dok! Jelek tau. Ngomong itu ya harus baik-baik." nasihat Azura seperti seorang pasangan yang mengingatkan sang kekasih.
"Pergi!" desis Arkandra mengusir Azura.
"Ish, pak dokter kok kasar sama pacar sendiri!" Azura pura-pura merajuk.
"Pergi saya bilang!" usirnya lagi.
"Ya ampun, galaknya pacar aku!" gumam Azura seraya mengusap dadanya.
Brakkkk ...
Arkandra menggebrak meja keras-keras membuat Azura ngacir keluar dari ruangan Arkandra. Takut tiba-tiba diserang singa ngamuk.
Belum sempat Azura menjauh, ia kembali mengintip dari balik pintu.
"Sampai besok pak dokter. Besok aku balik lagi ya, sayang!" ujar Azura cengengesan sambil mengerlingkan sebelah matanya lalu ia benar-benar kabur dari pandangan Arkandra.
Arkandra mendengus seraya memijit pelipisnya yang tiba-tiba saja sakit karena menghadapi gadis seperti Azura.
"Huh, dasar gadis gila! Benar-benar menyebalkan!" desisnya sambil menyugar rambutnya kasar.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
Cerita yang lucu dan menggemaskan karakter tokoh utamanya Azura Arkan 😊😊😊