Menyukai seseorang adalah hal yang pribadi. Zea yang berumur 18 jatuh cinta pada Saga, seorang tentara yang tampan.
Terlepas dari perbedaan usia di antara keduanya, Zea adalah gadis yang paling berani dalam mengejar cinta, dia berharap usahanya dibalas.
Namun urusan cinta bukanlah bisa diputuskan personal. Saat Zea menyadari dia tidak dapat meluluhkan hati Saga, dia sudah bersiap untuk mengakhiri perasaan yang tak terbalaskan ini, namun Saga baru menyadari dirinya sudah lama jatuh cinta pada Zea.
Apakah sekarang terlambat untuk mengatakan "iya" ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MANUVER CINTA~PART 10
Seminggu berlalu sejak kepergian Sagara dari ibukota, Zea masih beraktivitas seperti biasanya, masih seputaran kasur, sekolah dan we se. Meskipun ia merindukan melihat wajah Sagara yang oase banget untuknya, namun ia tau jika Saga tidak ada di belahan pan tat bumi sebelah barat bersamanya saat ini.
"Nduk! Jangan lupa bekelnya! Nanti air mineralnya ditenteng aja ya, soalnya kalo masuk tas takut jebol!" pesan mama Rieke dengan tangan yang sibuk memasukan bekal makan ke dalam tas Zea. Gadis itu memutar bola matanya malas, kalo ngga Jamilah ya nduk! Berasa jadi gadis-gadis pedalaman gunung Kelud! Come on mom! Ini udah jamannya gelatto rasa coklat bukan singkong dijadiin getuk lindri.
Gadis itu melihat apa yang tengah dilakukan mamanya sepaket alis mengernyit, "mami nyuruh Zea berbagi dulu apa gimana?" tanya nya mengikat tali sepatu sportnya.
"Berbagi?" tanya mama Rieke, alisnya yang simetris kini mengernyit keriting kaya mie goreng.
"Itu, isi tas Zea penuh sama makanan." tunjuknya dengan dagu, sesekali ia melirik kondisi sepatu yang ia pakai, takut salah ngiket, malah ngiket anak bujang orang!
Mama Rieke berdecak, "buat kamu lah! Masa buat berbagi, bagi sedikit ngga apa-apa, mami titip juga buat Clemira disini!"
Zea menepuk kakinya sekali pertanda jika ia sudah selesai dengan misinya mengikat tali sepatu, "mami yang bener aja mi?! Ini mah cukup buat berbagi satu regu! Gimana Zea bawanya, badan Zea segede semut gini!" ia menggedikan kedua pundaknya. Kenapa mama'nya ini ngga ngirim satu truk Reo saja cadangan makanan untuknya.
Zea salah, justru semut dan siputlah hewan terkuat, buktinya ia mampu membawa beban yang lebih berat dari berat badannya sendiri.
Alasan mama singkat, padat dan penyayang, "takut kamu kelaperan."
"Dah sana, hati-hati! Jangan nangis nanti kalo kamu jatoh atau kecebur lumpur, namanya juga acara bela negara, bukan acara kondangan!" pesannya terkesan mengusir sang putri agar segera enyah dari hadapannya.
Zea mencangklok tasnya susah payah, ia meringis karena pundak yang tertarik ke belakang, kaya lagi bawa beban dosa para manusia lak nat.
"Pak Cokrooo! Bantuin Zea ih!" jeritnya berteriak.
"Auoooo!" cibir Zico pada adiknya yang lebih mirip disebut tarzan.
"Bisa ngga kalo minta tolong tuh jangan teriak dari jauh gitu, ngga sopan!" Zico membantu Zea dengan menenteng tas ransel gemuk milik adiknya itu, "enteng gini juga, disebut berat! Kamunya aja yang payah!"
Zea hanya mencebik sambil mendekap botol minum mengekori Zico ke arah luar rumah.
"Bisa ngga kalo nolong itu jangan ngehina, kesannya tuh kaya ngga ikhlas!" balas Zea yang selalu memiliki jawaban untuk membalas.
"Hah tutup balsem! Udah sana masuk, takut telat!" Zico memasukan tas ransel Zea ke dalam mobil dan mendorong adiknya itu agar masuk ke dalam juga.
"Aduh ih!" Zea mencebik kembali persis orang sariawan, "kasar!" desisnya menutup pintu mobil kasar, "jalan pak."
Zea membuka ransel dan membongkar isian tas yang beratnya naudzubillah, bikin ia langsung pendek kaya paku dipukul palu, langsung nancep ke tanah!
Zea memilah-milah makanan favoritnya lalu membagikan sisanya kepada teman-teman sekelas termasuk titipan mama Rieke untuk Clemira, emang paling demen temen sekelas Zea tuh kalo ada acara gini, sudah pasti mereka akan kecipratan rejeki anak soleh dari Zea.
Celana olahraga di bawah lutut membuat sedikitnya kulit putih Zea terekspos. Pagi ini, para siswa yang mengikuti acara bela negara berkumpul di lapangan bersiap naik ke bus yang telah disewa.
Cukup heboh penuh rasa excited karena setidaknya mereka terbebas dari kepenatan materi belajar barang sehari.
Dean masih mondar-mandir mengabsen teman-temannya bersama Wahid, orang pertama yang ia amankan ya Zea Arumi bersama Clemira.
"Ze, kamu sini aja...aku sengaja milih kursi di bus biar kita deketan. Biar aku bisa liatin kamu, dan kamu ngga ilang..." ucapnya so perhatian, bukannya terharu atau merona, Zea justru mencebik nyinyir, "dikira gue anak ayam pake acara ilang!" sungutnya membuat Dean gemas dan tanpa permisi mengusek-usek topi Zea yang langsung menepis tangan Dean, "arggh! Berantakan ih!"
"Jangan cemberut gitu Ze sayang, makin cantik!" Dean tersenyum dan berlalu.
Clemira yang sedang menge mut permen tertawa tergelak dan membenarkan pad topinya, "babang Dean siap mengawal ndoro ayu!" cibirnya.
"Jangan manyun sist! Ntar disana lo pasti betah!" goda Clemira berbisik.
Zea menoleh, "betah apanya? Udah harus panas-panasan, kotor-kotoran, capek-capek'an, dikirim bareng makhluk kaya dia!" tunjuk Zea pada Dean yang telah berlalu.
"Ada deh, lo pasti bakalan nganga karena kaget, gini nih!" Clemira mempraktekan wajah blo on di depan Zea hingga gadis itu tertawa renyah, "ngga gitu juga oon! Itu mah elo! Gue ngga pernah se-blo on itu, nganga nya gue cantik!" tepis Zea.
"Mana ada nganga cantik," dengus Clemira. Keduanya malah meributkan wajah menganga ketimbang pengumuman dan informasi yang diberikan, sampai tepukan tangan riuh membuat keduanya tersadar jika mereka sudah harus masuk ke dalam bus.
Roda bus berputar cepat seiring dengan laju mesin mobil yang dikemudikan sopir.
Wajah malas Zea menatap pemandangan di luar kaca jendela mobil, meskipun di dalam sana suasananya begitu riuh karena canda tawa teman-temannya, namun Zea justru memilih memakai earphone miliknya dan memejamkan mata, tanpa berniat bergabung dalam candaan.
Hingga ia tersadar saat laju mobil melambat dan bahunya diguncangkan oleh Clemira, "Milah, udah mau sampe ih! Mata lo ck! Merem mulu, ngga takut busuk tuh!" hardik Clemira, Zea mengerjap beberapa kali demi menyesuaikan cahaya dan meneliti tempat dimana mereka berada sekarang.
Ia melihat banyak pohon pinus dan trembesi, lahan aspal yang dilewati cukup bersih dan luas dengan dikelilingi kantor yang berjejer rapi, Zea baru menyadari dimana mereka berada ketika melihat para prajurit berseragam loreng berlarian menyambut para siswa dari beberapa sekolah, bersama bangunan bernuansa biru.
Ia sampai menurunkan topi dan earphonenya, agar otak jernihnya tak terganggu saat mengamati tempat mereka berada saat ini.
Clemira tersenyum geli melihat wajah temannya yang persis seperti apa yang diperagakannya tadi pagi.
"Hahahah! Bener kan gue! Say ciis!" Clemira mengeluarkan ponselnya.
Jepret!
Tanpa diduga Clemira memotret wajah menganga Zea, "Daliyaaaa!" jeritnya menyadari tingkah usil sang teman. Clemira berlari keluar dari bus dengan melesak diantara teman-teman yang baru akan beranjak turun, "buat bukti, kalo nganga lo jelek!"
"Aduhh ih!"
"Misi---misi!!! Banteng ngamuk!" seru Clemira tertawa.
"Hapus ngga! Daliya!"
Namun Clemira malah semakin tergelak dan berlari ke area sekitaran parkiran.
Zea ikut turun sesaat teman-temannya turun, ia menatap memicing pada Clemira yang memasang tampang konyol demi meledek Zea.
Niat pembalasan Zea harus terhenti oleh suara dari guru pembimbing bersama seorang prajurit yang bertugas menjadi instruktur mereka.
Seragam loreng ciri khas prajurit negri bertahtakan tanda kehormatan membuat para siswa SMA ini mendadak jadi serdadu.
Zea mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat ini, "kaya pernah kenal!" ucapnya seraya berjalan digiring guru bersama siswa lain hingga sampai di lapangan tempat mereka berkumpul.
Zea bersama teman-teman dari beberapa sekolah sekitaran ibukota berbaris rapi menurut sekolahnya masing-masing.
Sejurus kemudian Zea tersentak, "oh iya! Tempat gue mabal dong sama si cimoy! Itu berarti----" senyumnya terkembang sempurna kaya kerupuk kulit.
Clemira dengan sengaja berpindah kembali mendekati sohibnya itu, "cieee baru inget ya!"
Tap-tap-tap!
Derap langkah para perwira dan calon perwira begitu tegas melangkah menghampiri anak-anak remaja SMA ini dan berbaris rapi di belakang tiang bendera yang menjulang tinggi seraya mengibarkan bendera negri begitu bebas tertiup angin.
Sagara yang baru saja pulang dari dinas luarnya, harus kembali disibukan dengan tugas non perangnya dari kesatuan.
Tugas ringan membimbing adik-adik SMA ini atas perintah dari dinas pendidikan setempat bekerja sama dengan kesatuan aparat negri, program yang memang selalu rutin diadakan setiap tahunnya.
"Adik-adik kenalkan, inilah beberapa personel abdi negara yang waktu lalu baru saja kembali dari tugas mengamankan perbatasan bumi pertiwi dari ancaman luar." Sambutan itu seketika riuh dengan intensitas tinggi.
Wooo!!!!
Prok---prokk---prokkk! Mereka bersorak sambil memberikan standing applause pada para prajurit gagah negri itu.
Zea masih menatap tak percaya, jika ia dipertemukan kembali dengan Letda Sagara, prajurit sekaligus pilot pesawat tempur kebangaan kesatuan dan negara.
Pandangan mereka bertemu kembali, ada binar tersendiri di sorot mata Zea, namun Saga yang sadar akan kehadiran Zea menyipitkan matanya memperjelas jika itu benar Zea. Melihat sosok Clemira sang adik disampingnya, ia baru percaya bahwa gadis yang tengah nyengir lebar ke arahnya di balik topi putih itu benar Zea. Dimana ada Clemira sudah pasti disitulah Jamilah berada.
"Abanggg!" Zea melambaikan tangannya, namun karena suaranya masih kalah dengan suara komandan yang berbicara di depan suara Zea hanya sampai sebatas 5 meter saja dari radarnya. Saga langsung mengalihkan pandangannya lebih memilih menatap puluhan siswa di depannya.
Clemira mendorong kepala Zea, "malu-maluin!"
"Kenapa lo ngga bilang Cle! Kalo kita mau kesini, ada bang Saga pula! Kapan dia balik, sihhh!" sewotnya bercampur bahagia.
"Nyesel ngga nih, ikut bela negara?!" goda Clemira. Zea menggeleng cepat, "thank you Deannn!" ia tertawa.
"Dasar gila," gelengan kepala Clemira, ia pun baru tau kemarin saat Sagara menelfon abinya bahwa ia sudah kembali ke ibukota dan menanyakan apakah Clemira ikut dalam acara bela negara yang diadakan dinas pendidikan untuk usia SMA.
.
.
.
.
.
.
.