Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.
Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.
Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bergaul Dengan Tetangga
Sunni tidak mau bergerak. Dia terlalu malas. Namun demi aura ungu di tubuh Shin Kaichen, dia memilih membantunya lagi. Kali ini, dia pergi diam-diam ke belakang mereka dan menyamar menjadi wanita cantik dengan gaun seksi.
Sebenarnya, mengambil wujud manusia terlalu melelahkan dan dia harus mengonsumsi energi spiritual lebih banyak. Oleh karena itu, apa yang dia lakukan malam ini jelas sedikit lebih tulus.
“Huh! Aku harap wanita itu bisa mendapatkan hati raja perang lebih cepat,” gumamnya.
Sunni diam-diam pergi ke suatu tempat dan bersiap muncul untuk menggoda mereka. Setelah memastikan jika penjaga gelap Shin Kaichen tidak akan mendengar suaranya, Sunni akhirnya pura-pura jatuh setelah keluar dari semak-semak.
“Aduhh!” Sunni mengerang kesakitan ketika melihat lututnya berdarah.
Salah satu pembunuh bayaran yang ada di atas pohon tak jauh darinya, terkejut. Kenapa ada wanita di dekat rumah Shin Kaichen? Mungkinkah wanita ini berniat untuk merayu Shin Kaichen?
Melihat wanita cantik itu memakai gaun seksi, beberapa pembunuh bayaran tersipu. Mereka adalah pria normal, tentu saja tergoda. Siapa yang tahu ada wanita secantik itu di desa kecil seperti ini.
Merasa bahwa peluangnya besar, beberapa pembunuh bayaran langsung turun dan menghampirinya. Tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Rasanya menghampiri Sunni lebih penting daripada berjaga-jaga.
“Nona cantik, apakah kamu baik-baik saja?” tanya salah satu dari mereka, memelankan suaranya.
“Siapa … siapa kalian?” Sunni bertindak seolah-olah ketakutan.
“Jangan khawatir, kami bukan orang jahat.”
Sunni menunduk malu dan melihat lututnya yang lecet. “Aku … aku tak sengaja jatuh dan lututku sakit. Bisakah kalian membawaku ke rumah pangeran?”
Saat dia bertanya demikian, kabut menyelimuti sekitar. Para pembunuh bayaran tidak menyadarinya selain para penjaga gelap milik Shin Kaichen. Sunni sengaja menggoda para pembunuh bayaran. Membuat mereka merasa kasihan padanya.
Tapi pada saat yang bersamaan, para pembunuh di sekitar Sunni merasakan pusing, kemudian jatuh pingsan.
Beberapa pembunuh bayaran yang tersisa di kegelapan juga jatuh pingsan. Suaranya membuat para penjaga gelap Shin Kaichen waspada. Sunni segera berubah kembali menjadi ular putih dan menggigit beberapa pembunuh bayaran yang pingsan di sekitarnya.
“Huh! Setelah ini, kalian akan menjadi gila,” gumamnya, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut sebelum penjaga gelap datang.
Ketika penjaga gelap datang dan melihat para pembunuh bayaran pingsan, ada rasa keterkejutan di hati mereka.
“Siapa yang membuat mereka pingsan?” tanya Kun yang memeriksa mereka.
“Kabut … tidakkah kamu melihat kabut di sekitar?” Baizhen justru bertanya balik.
Mereka semua melihat kabut putih samar di sekitar yang perlahan menghilang. Mungkinkah kabut ini ada hubungannya dengan siluman ular putih yang dikatakan pembunuh itu? Mungkinkah siuman ular putih jatuh cinta pada pangeran mereka?!
“Tuan pasti sudah tidur. Bunuh saja mereka dan laporkan besok.” Kun berkata pada yang lain.
Penjaga gelap yang lainnya mematuhi dan segera mengumpulkan para pembunuh bayaran yang pingsan lalu membunuhnya di suatu tempat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan paginya, Shin Kaichen mendapatkan laporan dari Kun dan Baizhen tentang kejadian semalam. Bahkan Dou Heng dan Lin Zhou terkejut. Keduanya menatap Shin Kaichen dengan ekspresi tidak percaya.
“Kaichen, mungkinkah siluman ular itu jatuh cinta padamu?” tebak Dou Heng.
Wajah Shin Kaichen menjadi gelap. “Tidak!”
Ia sama sekali tidak percaya dengan adanya hal seperti itu. Justru Shin Kaichen memikirkan ular putih yang dipelihara Meng Lusi.
Di saat mereka berdiskusi tentang pembunuh bayaran semalam, tiba-tiba saja aroma masakan yang menggugah selera membuat perut Dou Heng keroncongan. Dou Heng menyentuh perutnya, tampak malu. Mereka semua belum sarapan sama sekali.
“Tetangga sebelah sedang membuat sarapan. Aromanya wangi sekali. Apakah ini bau roti panggang?” tanya Lin Zhou menebak dari aroma yang menguar. Perutnya juga keroncongan.
“Ya, ini bau roti panggang. Wangi sekali.”
Lin Zhou dan Dou Heng ingin menangis. Keduanya sangat lapar dan ingin makan di rumah sebelah. Bukan hanya itu, Shin Kaichen juga sedikit canggung. Perutnya sedikit menggeram. Jangankan ketiganya, Baizhen dan Kun sendiri belum makan.
Bukan hanya aroma roti panggang, tapi juga sop ayam. Kelima pria di ruangan itu rasanya ingin pergi ke rumah Meng Lusi dan mendapatkan jatah.
Sementara itu di rumah Meng Lusi saat ini.
Wanita itu sedang sibuk memanggang roti isi daging cincang kesukaan kedua anaknya. Selain itu, ia juga memasak sop ayam yang dicampur potongan wortel, brokoli serta potongan jagung manis. Meng Shuya dan Meng Shilan sedang membantu menyiapkan piring dan gelas ke atas meja.
“Hati-hati, jangan terburu-buru.” Meng Lusi khawatir keduanya terjatuh jika berjalan tergesa-gesa.
“Bu, aku tidak sabar lagi untuk makan roti daging. Kapan Ibu akan membuat bakpao daging?” tanya Meng Shilan.
“Oh, kalian ingin makan bakpao daging? Mari kita buat besok. Hari ini kita makan roti panggang.” Meng Lusi tak bisa menolak keinginan mereka.
Meng Lusi membentuk adonan roti dengan rapi lalu mengisinya dengan daging ayam cincang yang telah dibumbui dan dimasak sebelumnya. isi tengah adonan sampai penuh dan bungkus rapi. Satu persatu, adonan roti dipanggang.
Meng Lusi ingin pergi berburu hari ini sehingga membuat persediaan makanan untuk kedua putrinya. Lagi pula, Meng Lusi tak bisa membawa mereka ke sana, terlalu berbahaya. Ia berencana untuk menitipkan si kembar pada ayah angkatnya, Cheng Ao.
Tiba-tiba saja, pintu depan diketuk seseorang. Seperti biasa, si kembar akan pergi untuk membuka pintu.
“Paman, ini kamu!” Meng Shilan melihat Shin Kaichen berdiri di luar pintu, terkejut.
Shin Kaichen tersenyum ramah pada keduanya, lalu memberikan makanan ringan untuk keduanya. Lagi pula, anak-anak suka camilan.
“Apakah ibu kalian ada di rumah?” tanyanya.
“Ya, ibu sedang memanggang roti isi daging untuk kami. Paman, apakah butuh sesuatu?”
Meski keduanya tahu jika Shin Kaichen adalah seorang pangeran, nyatanya lebih suka memanggil ‘paman’. Shin Kaichen juga tidak ingin keduanya terlalu sopan padanya. Shin Kaichen sedikit terbatuk. Ia memakai jubah hangatnya sehingga tidak terlalu dingin.
“Ini … bisakah Paman membeli beberapa roti isi daging dari ibu kalian? Kebetulan juru masak di rumah Paman belum menyiapkan banyak bahan sehingga terlambat membuat sarapan,” katanya membuat alasan.
Awalnya Shin Kaichen ingin meminta Dou Heng dan Lin Zhou untuk pergi melakukannya. Tapi ia tak bisa menahan diri untuk melihat si kembar. Ini putrinya, manis sekali. Ini juga langkah untuk bergaul dengan tetangga. Alasan yang bagus ….
“Aku akan memberi tahu Ibu. Paman, ayo masuk.” Meng Shuya memegang tangan Shin Kaichen dan menyeretnya masuk.
Shin Kaichen tidak berdaya. Tangan si kecil sangat hangat hingga ia tak bisa menolaknya. Di saat Meng Shilan pergi ke dapur untuk memberi tahu ibunya, Shin Kaichen sudah duduk di kursi rotan yang nyaman dengan Meng Shilan di pangkuannya.
“Apakah ibumu akan pergi hari ini?” tanyanya basa-basi.
Meng Shilan yang masih polos mengangguk. “Ibu akan pergi ke hutan untuk menangkap burung pegar dan rusa.”
“Kalian ikut?”
Meng Shilan menggelengkan kepala. “Ibu tidak mengizinkan kami ikut. Kami akan pergi ke rumah kakek untuk bermain saat ibu pergi.”
Kakek yang dimaksud tentu saja Cheng Ao. Sepertinya Shin Kaichen memiliki ide saat ini.
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025