Fitri terpaksa bersedia ikut tuan Tama sebagai jaminan hutang kedua orang tuanya yang tak mampu mwmbayar 100 juta. Dia rela meski bandit tua itu membawanya ke kota asalkan kedua orang tuanya terbebas dari jeratan hutang, dan bahkan pak Hasan di berikan uang lebih dari nominal hutang yang di pinjam, jika mereka bersedia menyerahkan Fitri kepada sang tuan tanah, si bandit tua yang beristri tiga. apakah Fitri di bawa ke kota untuk di jadikan istri yang ke 4 atau justru ada motif lain yang di inginkan oleh tuan Tama? yuk kepoin...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arish_girl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Menjadi pelayan
"kemarilah nduk!" titah bu Lastri kala melihat Fitri yang terlihat ketakutan.
Dengan perlahan dan takut-takut, Fitri akhirnya menghampiri Bu lastri yang berdiri di dekat meja makan. "Siapa namamu Nduk?" tanya Bu lastri.
"Nama saya Fitri, bu." sahut Fitri.
"Saya tidak tahu Apa alasan kamu bisa sampai di rumah ini, tapi satu hal yang harus kamu ketahui kamu harus sepenuhnya patuh pada perintah Tuan besar dan jangan sampai kau membuat beliau marah. Beliau sangat kejam dan arogan, bisa jadi nanti kamu akan mendapatkan siksa dari beliau apalagi jika sampai kamu Mengusik tuan muda, itu bisa sangat berbahaya. Jadi, Mbok harap kamu harus berhati-hati dalam bersikap. Apalagi di saat menghadapi ketiga istri tuan besar, mereka sangat keras dan angkuh. Apalagi pada pelayan baru seperti kamu." Bu lastri menceritakan bagaimana karakter-karakter setiap orang di rumah itu kepada Fitri.
Sesekali Bu lastri menjulurkan kepala untuk memastikan apa yang ia ucapkan tidak ada yang mendengar karena dia pun harus berhati-hati dalam berbicara, Jangan sampai salah satu majikannya mengetahui percakapannya dengan Fitri.
"baik, Mbok. Terima kasih atas nasehatnya, Insya Allah saya akan bekerja dengan baik." sahut Fitri sembari memperbaiki hijabnya.
"kalau begitu, ayo ikut si Mbok. Mbok kenalkan kamu dengan para pembantu yang lain." kata Bu lastri. Tanpa banyak bicara pun akhirnya si Fitri ikut masuk ke dapur untuk diperkenalkan kepada orang-orang yang bekerja di rumah itu.
"Susan, ini kenalkan Fitri. Dia orang baru di sini. nanti aku harap kamu membantu dia bekerja di bagian depan." kata Bu lastri sembari mengenalkan Fitri pada Susan. Susan adalah salah satu pembantu di rumah Wiratama yang usianya tidak jauh berbeda dari Fitri mungkin terpaut 2 tahun lebih tua.
"baik, mbok." sahut susan sembari menatap sinis ke arah Fitri.
"ayoo ikut aku. Nanti aku tunjukkan apa saja pekerjaan yang harus kamu lakukan di atas." kata Susan dengan ketus.
Fitri mengangguk patuh, ia pun melangkah mengikuti kemana Susan membawanya. Mereka berdua naik ke lantai atas.
"ini adalah kamar nyonya Arumi, istri tuan besar yang pertama. Tugasmu adalah membersihkan kamar ini setiap jam 10 pagi, paham!"
Fitri mengangguk tanda ia mengerti.
"kalau yang itu kamar nyonya Hera, dan kau juga bisa masuk ke sana setelah selesai tugasmu di kamar pertama." lanjut Susan.
Fitri kembali memandangi tiap kamar yang di tunjukkan oleh Susan.
"yang itu kamar Nyonya Tasya, dia itu istri ketiga tuan besar." kita bisa bekerja sama saat bekerjasama, ngerti?" tanya Susan.
fitri kembali mengangguk.
"yang paling ujung itu adalah kamar tuan muda dan kamar tuan putri. Tuan muda adalah cucu kesayangan tuan besar. Dia lumpuh dan depresi. sering marah marah juga. Tapi dia sangat tampan." kata Susan sembari tersenyum gemes saat menceritakan ketampanan tuan muda. "kalau tuan putri, dia adalah putri dari nyonya Hera, dia cantik tapi judesnya minta ampun deh." kata Susan.
Fitri mengangguk paham pada intruksi yang di berikan oleh Susan.
"ayoo! kita mulai bekerja. aku di kamar Nyonya Arumi, dan kamu di kamar nyonya Hera."
tok tok tok..
"permisi..." Fitri mulai mengetuk pintu.
"masuk!" terdengar suara wanita dari dalam.
Dengan sopan Fitri mulai mendorong daun pintu kamar itu. "permisi, nyonya. saya mau ambil baju baju kotor di kamar ini." kata Fitri dengan sopan.
Sang nyonya hanya mengangguk. Namun, tatapan matanya tajam, tak berhenti mengawasi Fitri yang tengah mengambil beberapa lembar pakaian yang kotor di kamar mandi. "kamu pelayan baru ya?" tanya Hera dengan suaranya yang memecah keheningan.
"iya, Nyonya. saya masih baru di sini. baru tadi siang." sahut Fitri dengan sopan.
"sekalian itu, beresin juga!" tunjuk Hera pada beberapa wadah kotor di atas meja sofa.
Tanpa banyak bicara, Fitri lekas membersihkan kamar itu kemudian keluar. Beberapa baju dan wadah kotor sudah ia bawa turun untuk di bersihkan.
"sekarang kamu ke kamar tuan muda." biar aku yang ke kamar tuan putri." kata Susan yang memang sengaja menunggunya. Baru saja, Susan sudah berusaha masuk ke kamar Devan, cucu satu satunya tuan Wira Tama, namun ia gagal. Lagi-lagi karena memang Devan sangat arogan dan galak. sering kali Susan berusaha mendekati Devan, namun ia gagal, justru malah dia terkena semprot dan di gampar sama cucu sang majikan itu.
"baik, mbak." sahut Fitri.
"rasain, habis ini kamu bakalan nangis deh.." bisik Susan terkekeh. "biar tau rasa lo. Mampus lo kena gampar sama tuan muda." Susan tersenyum membayangkan Fitri juga akan mengalami apa yang ia alami.