Lanjutan kisah dari Cinta Beda Usia, Kisah baru dari Keisha Alvina Putri Pramuja, anak ketiga dari Evano dan Violetta.
Keisha mendapatkan pengkhianatan dari suaminya, Miko setelah mereka menikah selama dua tahun. Alasannya, karena Keisha belum juga memberinya seorang keturunan. Tidak ingin dimadu, Keisha memutuskan untuk menggugat cerai suaminya.
Setelah beberapa bulan berpisah dari Miko, Keisha bertemu kembali dengan sosok laki-laki bernama Arya Wiguna Atmaja. Dia adalah laki-laki yang menyukai Keisha sejak ia masih kecil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Brak!
Keisha menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak lupa pula Keisha mengunci pintu kamarnya. Matanya terpejam bersamaan dengan jatuhnya cairan bening dari matanya. Tubuhnya terlihat masih bergetar. Apa yang baru saja terjadi bagaikan mimpi buruk.
Tubuh Keisha merosot ke lantai karena kakinya sudah tidak bisa lagi menopang berat tubuhnya. Keisha menangis sesenggukan sampai tubuhnya menggigil. Dadanya sendiri Keisha pukul karena rasa sesak yang ia rasakan. Ingin rasanya Keisha menjerit untuk mengeluarkan emosinya, tetapi Keisha mengurungkan niatnya. Yang Keisha justru lakukan saat itu adalah membungkam mulutnya sendiri agar tidak ada yang mendengar suara tangisannya.
"Kenapa kalian tega sekali melakukan ini padaku," ucap lirih Keisha.
Keisha masih terduduk di lantai dengan memeluk kedua lututnya, membenamkan wajahnya di antara lututnya. Dalam lamunannya, Keisha kembali mengingat masa-masa indah bersama Miko dan kedekatannya dengan Mayang.
Cairan bening menetes dari matanya dibarengi dengan matanya yang terpejam. Tidak pernah Keisha bayangkan jika Miko dan Mayang tega mengkhianatinya.
Beberapa saat kemudian Keisha mencoba untuk berdiri. Ia berjalan ke arah tempat tidur dan merebahkan tubuhnya dalam posisi tengkurap. Tangan kanannya Keisha jadikan sebagai bantal, sedangkan tangan kirinya mencengkram sprei untuk melampiaskan amarahnya.
Mata Keisha melihat foto pernikahannya terpajang di meja nakas. Keisha bangun lalu mengambil posisi duduk. Ia ambil bingkai fotonya lalu mengeluarkan foto pernikahan dirinya dan Miko. Untuk sejenak Keisha menatap foto pernikahannya dengan senyuman. Namun, senyum di bibir Keisha menghilang saat bayangan Mayang melintas di benaknya.
"Kamu jahat, Mas." Selembar foto yang menampakan senyum bahagia dirinya dan suaminya, Keisha robek dan membuangnya begitu saja.
Kenangan indah bersama suaminya kini hancur berkeping-keping karena pengkhianatan yang suaminya lakukan. Sejuta kebahagian yang pernah diberikan oleh suaminya kini berubah menjadi luka yang tidak akan pernah bisa Keisha lupakan.
Keisha kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya. Mungkin karena lelah setelah menangis mata Keisha yang sayup terpejam dengan sendirinya.
*****
Keesokan harinya...
Bunyi alarm membangunkan tidur Keisha. Tangan Keisha terulur untuk meraih ponsel miliknya yang ada di meja nakas. Setelah mematikan alamr-nya Keisha kembali meletakan ponselnya di tempat semula.
Keisha bangun dan mengambil posisi duduk. Matanya ia kucek menggunakan punggung tangannya. Berulang kali Keisha mengedipkan matanya agar bisa beradaptasi dengan cahaya yang ada di ruangan itu.
"Kenapa mataku terasa perih?" batin Keisha.
Mata Keisha melihat waktu pada jam yang tergantung di dinding kamar. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Keisha mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar.
"Baru jam 6. Mas Miko ke mana ya?" Keisha menoleh ke sisinya dan tidak mendapati keberadaan suaminya.
"Mungkin dia sedang mandi. Aku harus siapkan makanan dan bekal untuknya." Keisha bergegas untuk turun dari tempat tidur. Namun, tiba-tiba saja Keisha menghentikan gerakannya.
Rasa sesak di dadanya kembali Keisha rasakan. Matanya kembali dipenuhi oleh air mata. Bisa dipastikan air mata itu akan tumpah dalam satu kedipan saja.
Benar saja, saat mata Keisha berkedip air mata yang di matanya tumpah dan langsung membanjiri pipinya. Keisha mengira apa yang terjadi semalam adalah mimpi buruk yang akan selesai setelah dirinya bangun dari tidurnya. Akan tetapi kini Keisha menyadari jika perselingkuhan Miko dan Mayang memang benar adanya.
Tubuh Keisha merosot ke lantai. Ia bersandar di tepi tempat tidur seraya menangis. Hatinya benar-benar terasa sakit mengingat pengkhianatan yang dilakukan oleh suami dan sahabat.
"Tidak, aku tidak boleh menangis. Jika aku terus menangis seperti ini mereka akan menganggapku lemah," gumam Keisha.
Segera Keisha mengusap air matanya dan bangun dari rasa terpuruknya. Setelah itu Keisha mengambil napas dalam-dalam untuk menetralkan rasa sesak di dadanya.
Keisha melangkah ke kamar mandi dan memutuskan untuk berendam. Tidak peduli dengan tugasnya yang harus melayani suaminya sebelum suaminya pergi bekerja.
Bak mandi besar sudah terisi dengan banyak busa. Setelah menanggalkan pakaiannya Keisha masuk ke dalamnya. Pikirannya terasa lebih tenang saat tubuhnya terendam di air hangat.
"Ini segar sekali," gumam Keisha.
Keisha memejamkan matanya, menikmati wangi dari aroma terapi yang menyegarkan. Saat tubuhnya sudah terasa dingin, Keisha memilih untuk menyudahi berendam-nya.
Keisha keluar dari bathtub dan melangkah menunju tempat mandi. Kakinya yang basah melangkah dengan hati-hati agar tidak terpeleset.
Sampai di tempat mandi Keisha membilas tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Busa yang ada di tubuhnya luntur terbawa oleh air.
Selesai mandi Keisha keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk kimono. Keisha berjalan dengan menggosokkan rambutnya yang basah menggunakan handuk kecil.
Langkah Keisha berhenti ketika sampai di depan lemari pakaian. Ada kaca besar di bagian depan lemari. Keisha memerhatikan pantulan dirinya sendiri di cermin yang ada di hadapannya. Bagian matanya yang menjadi fokus Keisha saat ini. Terlihat sekali area matanya bengkak. Mungkin karena menangis semalam. Jika saja Keisha tidak ingat ada acara di rumah orang tuanya dirinya lebih memilih untuk bermalas-malasan di rumah saja.
Gaun dengan panjang selutut berwarna cerah Keisha ambil dari dalam lemari. Ketika pakaian itu sudah melekat di tubuhnya Keisha duduk di depan cermin untuk merias wajahnya.
Apapun Keisha lakukan demi menutupi bengkak di area matanya. Agar nanti ketika dirinya bertemu dengan keluarga besarnya, mereka tidak akan curiga.
Untuk sementara waktu Keisha tidak ingin keluarganya tahu masalah apa yang sedang menimpanya. Keisha tidak ingin keluarganya merasa sedih.
Selesai bersiap Keisha berdiri dari hadapan meja rias. Setelah memastikan lagi tidak ada kesedihan di wajahnya Keisha mengambil tas-nya dan melangkah keluar dari kamarnya. Namun, baru sampai pintu Keisha menghentikan langkahnya. Keisha teringat akan dua orang yang sudah menghancurkan hidupnya.
"Apa mereka masih ada di sini?" batin Keisha.
Awalnya ada keraguan di dalam diri Keisha untuk melangkah, tetapi tidak mungkin baginya untuk terus mengurung dirinya di dalam kamar. Tempat dirinya berada adalah rumahnya, ia bebas melakukan apapun di rumah itu. Apapun yang terjadi Keisha merasa harus bisa menghadapinya. Setelah menarik napasnya dalam-dalam Keisha keluar dari kamarnya.
Keisha melangkah dengan langkah anggun. Langkah Keisha terhenti saat berada di anak tangga. Keisha melihat keberadaan wanita yang sudah merebut suaminya sedang duduk santai di ruang tengah dengan majalah yang ada di tangannya.
"Heh, dia duduk seperti nyonya besar di rumahku," gerutu Keisha.
"Dasar tidak tahu malu!" Keisha memaki Mayang di dalam hatinya.
Keisha kembali melangkah saat melihat Mayang menoleh ke arahnya. Keangkuhan Keisha tunjukkan dalam langkahnya agar Mayang ataupun Miko tidak menganggapnya lemah.
"Istri macam apa kamu? Jam segini baru bangun. Apa kamu tidak mengurus suamimu sebelum dia pergi bekerja?" Mayang berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada. Itupun setelah dia melempar majalah fashion ke atas meja.
"Kenapa? Kenapa harus aku yang mengurusnya? Bukankah kamu juga calon istrinya." Keisha membalas tatapan Mayang dengan pandangan menantang.
"Kamu —" Belum selesai Mayang menyelesaikan ucapannya Keisha sudah lebih dulu menghentikannya.
"Jaga bicaramu! Ini rumahku! Jangan seenaknya kamu melakukan apapun di sini." Keisha bicara dengan sangat lantang.
Kedua perempuan yang awalnya saling menyayangi layaknya bersaudara, kini mereka berdiri saling memandang dengan pandangan saling menantang.
"Bibi." Keisha memanggil asisten rumah tangganya dengan suara yang keras.
Tidak lama dua orang asisten rumah menghampiri dirinya. "Ada apa, Bu?"
"Bersihkan lantai yang perempuan itu injak sekarang! Dan buang semua barang-barang yang perempuan itu sentuh. Aku tidak ingin rumahku terlihat kotor," perintah Keisha.
"Baik, Bu."