Menantu Yang Tidak Diinginkan

Nita pun menuruti Hengki dan masuk ke dalam mobilnya.

Nita menunjukkan arah menuju rumahnya.

Setibanya di rumah, Nita berjalan tertatih Hengki hendak membantu namun ditolaknya karena ia tidak enak dengan ibu mertuanya nanti.

“Pak Hengki duduk dulu ya aku buatkan minum”

Hengki mengangguk.

Nita membuka pintu dan masuk ke dalam untuk membuatkan minuman.

Dara yang mendengar ada suara mobil keluar dari kamarnya untuk mengecek siapa yang datang. Dara melihat seorang pria dengan pakaian yang rapi ada di depan rumahnya, Dara pun keluar dan menemuinya

“Selamat sore bu” Hengki menyalami Dara

“Sore, kamu siapa ya?” Tanya Dara

“Saya bosnya Nita bu, kebetulan tadi di jalan bertemu karna Nita hampir tertabrak” jelas Hengki

Nita keluar membawa segelas minuman.

“Ibu”

“Mana barang-barang yang suruh aku beli?”

“Ada di dalam bu, tadi aku meletakkan di dapur”

Dara berlenggang masuk ke dalam rumah meninggalkan Nita dan Hengki.

“Ini pak silakan diminum” Nita menaruh di meja depan Hengki

“Terima kasih Nit, aku jadi merepotkan kamu padahal lutut kamu masih sakit seharusnya kamu istirahat saja”

“Tidak apa-apa pak, aku juga terima kasih karna bapak sudah mengantar saya”

“Sepertinya kita sudah bukan atasan dan karyawan lagi jadi kamu tidak perlu memanggil aku dengan sebutan seperti itu ini juga bukan di kantor”

“Tapi pak-“

“Panggil yang lain Nit, aku berasa tua banget kalau kamu panggil seperti itu”

“Aku panggil mas saja”

“Itu lebih baik” Hengki tersenyum

Surya yang baru saja sampai dan menaruh motornya melihat Nita sedang berbincang dengan seorang pria langsung menghampirinya.

“Mas sudah pulang” Nita mengambil tas yang dibawa Surya

“Dia siapa Nit?” Surya melirik Hengki “Terus kenapa kamu jalannya seperti itu?”

“Dia bos aku mas dan tadi aku hampir tertabrak karna tidak melihat kanan kiri beruntung pak Hengki bisa mengerem jadi cuma lutut tergores aspal sedikit dan pak Hengki yang mengantar aku ke sini” jelas Nita

“Tapi kamu tidak apa-apa kan?” Surya melihat tubuh Nita takutnya masih ada luka lainnya

“Tidak mas, ayo ke sana kasihan pak Hengki”

Surya mengangguk dan mengikuti Nita menghampiri Hengki.

“Bapak yang menolong dan mengantarkan istri saya. Terima kasih ya pak” ucap Surya

“Iya, sama-sama pak. Jadi bapak suaminya Nita?” tanya Hengki

“Iya pak, panggil Surya saja” ucap Surya tersenyum

“Iya Surya, panggil Hengki saja biar lebih akrab lagian Nita juga sudah sisign”

“Iya Hengki, ayo duduk diminum lagi”

Akhirnya Hengki, Surya dan Nita berbincang-bincang mulai tentang perusahaan, kehidupan pribadinya dan juga hal-hal lainnya.

Cukup lama mereka mengobrol, hingga Hengki pamit pulang karna hari sudah semakin sore.

“Kalau begitu aku pamit dulu ya Surya, Nita” ucap Hengki

“Iya, sekali lagi terima kasih ya Hengki”

“Iya mas terima kasih”

“Kalian dari tadi terima kasih terus kalau dihitung lebih dari puluhan kali”

“Kamu bisa saja Hengki”

“Ya sudah aku pulang dulu, Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam” ucap Surya dan Nita serempak

Hengki menaiki mobilnya dan melajukan mobilnya menjauh dari rumah Nita dan Surya.

Surya dan Nita pun masuk ke dalam rumahnya.

Di dalam kamar Surya yang sudah membersihkan diri duduk di samping Nita.

“Apa ada yang sakit?” tanya Surya

“Tidak mas, hanya lutut saja sudah tidak apa-apa kok” jawab Nita

“Memang kamu dari mana? Kenapa bisa keluar rumah? Aku kan bilang jangan ke mana-mana”

“Ibu tadi menyuruhku membeli sesuatu mas katanya kaki ibu sakit jadi tidak bisa keluar jadi aku yang membelinya”

“Tapi perut kamu tidak sakit kan? Kalau sakit kita ke dokter saja”

“Tidak mas hanya lutut saja”

“Ya sudah lain kali kamu hati-hati ya”

“Iya mas”

“Kita istirahat saja”

Surya dan Nita langsung merebahkan tubuhnya, mereka sempat mengobrol tentang Hengki sampai akhirnya mereka ngantuk dan memilih untuk tidur.

Keesokan harinya, Nita, Dara dan Surya sedang sarapan.

“Apa kaki ibu masih sakit?” tanya Surya

“Hah” Dara tidak mengerti dengan pertanyaan Surya

“Iya Nita bilang kaki ibu sakit jadi kemarin menyuruh Nita, apa kakinya masih sakit bu?”

“Oh sudah tidak kok, kemarin hanya keseleo setelah diurut sendiri agak mendingan tapi masih agak susah kalau jalan jauh”

“Ya sudah ibu istirahat saja jangan banyak gerak kalau masih sakit”

“Iya Sur”

“Aku berangkat ya”

Surya mencium kening Nita dan Nita mencium punggung tangan Surya.

“Hati-hati ya mas”

“Kamu juga hati-hati ya”

“Iya mas”

Surya keluar dari rumah, kini hanya tinggal Dara dan Nita.

“Oh iya kamu ke pasar ya Nit, garam sama bawang sudah habis ibu lupa kemarin tidak bilang tapi seharusnya juga kamu cek dulu biar tidak bolak-balik”

“Iya bu”

Nita berganti baju terlebih dahulu sebelum ia ke pasar.

“Kalau begini mending kerja saja, apa bedanya ada di rumah sama di kantor kalo sama-sama tidak bisa istirahat. Baru mau istirahat sudah disuruh-suruh” keluh Nita

Memang benar dirinya selalu saja disuruh oleh Dara, meski kehamilan Nita baru berjalan 3 bulan dan tidak membuat perutnya membesar dan dirinya kesulitan melakukan apa-apa.

Nita berjalan menuju pangkalan ojek yang akan mengantarnya ke pasar. Namun di pertengahan jalan ada mobil yang berhenti di depan Nita.

Nita seperti tidak asing dengan mobil itu, ia pun berhenti dan menunggu sang pemilik mobil untuk turun.

“Hai Nit” sapa Hengki

“Mas Hengki”

“Kamu mau ke mana? Kenapa jalan kaki”

“Aku mau ke pasar mas, ini mau ke sana” Nita menunjuk pangkalan ojek yang berada di depannya

“Ayo bareng, pasar kan searah juga”

“Apa tidak apa-apa mas?” Nita merasa sungkan karna Hengki selalu membantunya

“Tidak apa-apa, ayo”  Hengki membuka pintu mobilnya

Nita pun masuk ke dalam mobil Hengki.

Tanpa sepengetahuan mereka ada sepasang mata yang sedang melihat aktivitas mereka bahkan sudah memotretnya.

“Aku yakin mas Surya pasti akan marah ketika melihat istrinya bersama pria lain, tante Dara juga pasti akan membuat perhitungan pada Nita karna sudah pergi bersama pria lain” wanita itu tersenyum licik

Setelah melihat mobil yang membawa Nita pergi, Fifi pun bergegas ke rumah Dara untuk memberitahukan rekaman tadi.

Wanita yang melihat interaksi Nita dan Hengki adalah Fifi, Fifi kebetulan lewat di jalan itu dan melihat Nita. Fifi berniat menghampiri Nita namun ada mobil yang berhenti di depan Nita sehingga membuat Fifi mengurungkan niatnya dan bersembunyi di balik pohon.

Fifi memperhatikan siapa pemilik mobil mewah yang menghampiri Nita. Fifi langsung mengeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian yang barusan ia lihat untuk menunjukkan pada Dara dan juga Surya.