NovelToon NovelToon
ALEXANDRIA CEGILKU

ALEXANDRIA CEGILKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / BTS / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: story_Mawarmerah

"Berhenti deket-deket gue! Tinggalin gue sendiri, kehadiran lo cuma buat gue lebih repot!" ~ Lengkara

"Aku gak akan berhenti buat janji yang aku miliki, sekuat apapun kamu ngehindar dan ngusir aku, aku tau kalo itu cara kamu buat lindungi aku!"

###

Alexandria Shada Jazlyn ditarik kerumah Brawijaya dan bertemu dengan sosok pmuda introvert bernama Lengkara Kafka Brawijaya.
Kehadiran Alexandria yang memiliki sikap riang pada akhirnya membuat hidup Lengkara dipenuhi warna.
Kendati Lengkara kerap menampik kehadiran Alexandria, namun pada kenyataanya Lengkara membutuhkan sosok Alexandria.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon story_Mawarmerah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Lengkara Tidak Tertebak

Shada keluar dari kamar mandi dan mendapati kekosongan di kamar sewaannya,  jika bukan karena tas Lengkara yang masih ada di tempat yang sama mungkin Shada sudah panik sendiri karena dari saat ia bangun Lengkara tidak ada entah kemana.

Shada mendekat dan menatapi tas Lengkara, jika difikir-fikir barang apa yang Lengkara bawa hingga pemuda itu membawa ransel panjang bak seseorang yang akan pergi berkemah. Belum lagi ketidak jelasan Lengkara yang selalu diam saat ditanya akan kemana semakin membuat penasaran Shada bertambah.

Shada menoleh pada pintu kamarnya yang masih tertutup, ada debaran tak biasa ketika Shada membungkuk dan merogoh ritsleting ransel milik Lengkara, ia membuka dan melihat barang-barang yang Lengkara bawa.

“Apa-apaan?”

Shada tersentak bukan main dengan sergahan Lengkara yang membuka pintu “Lengka aku__”

“Lo mulai lagi kan,?” Lengkara nampak tak terima.

“Maafin aku, tapi, tapi aku penasaran sebenarnya  kita mau kemana?”

Lengkara menghembuskan nafasnya, bukannya menjawab ia malah berjongkok membereskan baju-bajunya lagi guna ia rapikan sebelum dimasukan pada tas. “Emang benernya gak bawa lo sedari awal!”

“Loh, kok gitu?” Shada mengerutkan kening “wajar dong aku tanya dan penasaran karena kamu gak pernah jawab pertanyaan aku, kita mau kemana?”

Diam, Lengkara tidak menjawab dan malah fokus merapikan baju-bajunya menjadi satu tumpukan.

“Lengkara!” panggil Shada mendesak, tak mendapati respon apapun Shada lantas menepiskan baju-baju Lengkara hingga itu berceceran kembali pada lantai.

“Alexandria!” Kini suara Lengkara menekan dan meninggi beberapa oktaf, ia bangkit di susul Shada dengan tatapan meminta kejelasan.

Lengkara menghela nafasnya kembali, sebenarnya ia sudah memiliki rencana-rencananya sendiri terkait apa yang akan ia lakukan, termasuk memberi tahu semua halnya pada Shada. Tapi seperti biasa gadis disampingnya ini memang selalu memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan apa yang ia mau.

“Lengkara aku cuma mau tau kita kemana. Aku khawatir!”

Jelas Lengkara melihat binar tatapan Shada penuh mohon padanya. Rasanya kali ini Lengkara tidak bisa mengelak lagi dengan sisi penarasan Shada. Ia tau juga jika Shada pasti dimintai info dan semua keterangan oleh Merian terkait apa yang tengah Lengkara lakukan.

Lengkara lebih dulu melempar irisnya dari Shada “Gue mau temui orang yang terlibat sama kecelakaan gue tempo dulu!”

“Maksud kamu?”

“Gue pernah bilang bukan sama lo kalo kematian kedua orang tua gue bukan murni sebuah kecelakaan? Tapi ada seseorang yang jadi tersangka dan kabur begitu aja, dan sekarang gue bakal temui itu manusia!”

Sungguh, bibir dan mata Shada membulat lebar, ia tidak menyangka Lengkara akan bertindak sejauh ini. Tubuh Shada lemas rasanya mendengar penuturan Lengkara.

“T-Tapi, tapi kenapa kamu gak bicara apapun sama nenek atau_” Shada menjeda katanya, jujur ia kelu menghadapi fakta jika Lengkara bisa bertindak sefrontal ini bakan entah apa rencana yang Lengkara miliki kedepan.

Faktanya bahkan ia sudah setengah jalan bersama Lengkara untuk menuju tempat tersangka.

“Lengka..” Shada memulai lagi, “kamu serius kan, maksud aku kita berdua mau dateng ke tempat buron tanpa perbekalan apapun!”

Raut wajah Shada lebih dari nanar, ia nampak syok tapi mencoba untuk tetap tenang dengan apa yang akan Lengkara lakukan.

Lengkara yang melihat Shada demikian sontak terdiam, sebenarnya sebelum ia memutuskan ini semua Lengkara tidak sepolos itu juga dengan hanya mengandalkan amarah tanpa perencanaan.

“Lo raguin gue?”

“Bu-Bukan, bukan itu maksud aku, Lengka aku cuma takut terjadi sesuatu kalo toh kita kesana cuma berdua aja. Nemuin tersangka yang udah buat orang tua kamu pergi tapi malah ngelariin diri gitu aja, apa kamu yakin kita bisa handel itu berdua?!”

Disini Lengkara tidak menjawab apapun lagi, ia memilih melempar irisnya kearah lain dan kembali berjongkok memasukan baju-bajunya pada ransel.

“Emang lebih baik sendiri!” Lengkara melirih dalam bisiknya.

Sementara Shada memejam dengan tubuhnya yang mulai bergetar samar. Kiranya apa yang akan Lengkara lakukan, dan apa yang harus ia lakukan sekarang?

********

Shada menatap jam dinding waktu menunjukan pukul sembilan pagi, ia sudah menyelesaikan sarapan dan kini tengah menunggui bis yang ditaksir akan datang pukul sepuluh nanti.

Shada bangkit dan berjalan kesana-kemari, bukan main setelah dirinya mengetahui rencana Lengkara apa, pemuda itu malah merampas ponsel Shada seakan mempersempit gerak Shada untuk melakukan pemberontakan serta membocorkan apapun informasi pada Merian.

Jujur Shada tidak bisa menangkap cara main Lengkara sekarang, tepatnya setelah kepulangan Lengkara dari luar Negeri pemuda itu memang lebih menutup dirinya pada Shada.

Pintu kamar kembali terbuka, “Ayo bergegas, jatah sewa kamar ini udah habis!”

Shada mengangguk dan segera membawa ranselnya juga, mengikuti Lengkara dibelakang tubuh pemuda itu sampai menjajarkan tubuhnya.

“Lengka..” panggil Shada disela perjalanan mereka, “Aku mau ponsel aku?”

“Lo udah tau jawaban gue apa, kan?”

“Tapi Tapi.. aku gak akan aneh-aneh kok, gak akan hubungin siapapun juga, sumpah”

“Kalo gitu buat apa lo pegang ponsel?”

Shada menghela nafasnya, lantas ia berjalan lebih dulu guna mencegat Lengkara “Yah memang gak akan hubungin siapapun, cuma mau aja pegang ponsel aku. Lengka yah Lengka!”

“Nggak, kan kita udah sepakat kalo lo mau tetep disini yah turutin semuanya”

“Ishh…. jahat sekali” Shada mengerucutkan bibirnya, ia merajuk tak terima tentu saja.

Melihat semua ekspresi Shada Lengkara berhenti dan melipat kedua tangannya di dada “Bukannya lo bilang gak akan hubungi siapapun, terus apa bedanya pegang ponsel atau enggak, huh?”

Shada menunduk, “Itu..”

“Itu apa?”

Lengkara telak mencecar,  ia sendiri cukup terpaksa merampas ponsel Shada karena Lengkara tau jika gadis di hadapannya ini kerap bertukar kabar dengan Merian. Di posisi ini pun Lengkara sengaja menyembunyikan hal terkait tragedy kecelakaan, sehingga Lengkara meminimalisir semua kemungkinan yang akan terjadi jika Shada tetap bisa bebas berkomunikasi dengan Merian.

“Gak bisa jawab kan lo?” Lengkara menarik satu sudut bibirnya, lantas ia kembali melangkah melanjutkan perjalanannya. Melewati Shada yang masih menunduk nampak tengah berfikir mencari alasan.

“Aku, aku mau lihat apa ada pesan dari ka Elang, Lengkara!”

Langkah kaki Lengkara berhenti mendengar ucapan Shada, Lengkara menoleh kembali ke belakang. Terlihat jika Shada sudah menatapinya serba salah

“Jadi, apa ada pesan dari ka Elang?” tanya Shada lagi

Lengkara sempat-sempatnya berdehem dan merogoh ponsel Shada. Tapi bukannya memberikan ponsel Shada Lengkara malah mengotak-atik ponsel itu dihadapan sang empunya.

“Gak ada, gak ada pesan masuk selain dari operator, tuh!” Lengkara mengacungkan ponsel di wajah Shada dan kembali menariknya hanya dalam kurun beberapa detik.

“Mau banget yah lo di hubungi tuh cowok?" Lengkara mendesis sinis aksen mengolok Shada. Gadis itu sudah kembali menunduk  “Jangan kepedean!”

Semakin di olok Shada tentu tidak terima, ia mendongak dan menatap Lengkara begitu percaya diri “Bukan kepedean, ka Elang emang bilang mau hubungin aku kok!”

“Tapi buktinya enggak ada?” Entah kenapa kali ini Lengkara tak mau kalah, “Jangan kepedean, jangan juga sok kecantikan!”

“Heiiiiii..” Shada menunjuk bibir Lengkara dan mengacungkan itu. “Jaga bicara kamu yah, aku bukan sok kecantikan tapi aku emang udah cantik dari sananya!”

Lengkara menaikan sebilah alisnya.

“Kata ibuku aku itu cewek paling cantik di seluruh dunia tau!”

“Iya iya iya!” Jawab Lengkara seakan malas. Shada tersenyum lalu mengibaskan rambutnya kebelakang.

“Aku juga yakin kalo aku sama cewek yang kamu taksir juga pasti cantikan aku kemana-mana!”

Kali ini Lengkara tidak menyanggah ucapan Shada, melainkan diam menatapi Shada yang kini tengah mengibas dan merapikan rambutnya, memasang aksen centil dan percaya dirinya untuk pelabelan cantik yang Shada sematkan.

“Yah,, kan aku cantik kan? Pasti aku lebih cantik kemana-mana!”

Shada tersenyum dan mulai asik dengan dirinya sendiri. Sementara Lengkara masih diam menatapi Shada di hadapannya. Bibir Lengkara pun masih begitu rapat enggan menjawab pertanyaan Shada, tapi tak bohong kedua bola mata serta kepala Lengkara yang mengangguk samar itu seakan menjadi jawaban jika Lengkara mengiyakan ucapan Shada.

********

Bus yang Lengkara naiki kali ini sedikit  berbeda dengan bus pertama, karena transportasi yang bisa dikatakan jarang membuat penumpang saling berlomba untuk bisa masuk tak ayal mereka rela berdiri untuk tetap mencapai tujuan secepatnya.

Beruntung Lengkara dan Shada mendapatkan tempat duduk, Lengkara meremat ransel tasnya manakala ia kerap disikut penumpang lain yang berdiri disamping dirinya dan hanya berpegangan pada tihang bis atau jok kursi yang ditempati para penumpang. Keadaan jalan yang berkelok-kelok membuat orang-orang saling terdorong ke kanan dan ke kiri.

“Lengka kamu gak apa-apa?” bisik Shada menatap raut tak nyaman Lengkara. Mungkin karena ini kali pertama Lengkara menaiki mobil dan berdesak-desakan dengan orang lain, jadi Lengkara sangat butuh menyesuaikan dengan keadaan ini.

Shada memejam, lantas ia bangkit dan mengkode Lengkara untuk menggeser tubuhnya agar duduk di tempat Shada, di sisi jendela karena kebetulan jok bis pun hanya mampu dimuati dua orang.

“Ayoo..”  Shada masih mengkode

Lantas Lengkara pun menggeser tubuhnya, hanya di detik yang sama bis menemui belokan tajam yang membuat Shada oleng dan pegangan Shada terlepas.

“AKKHHHH…!”

Teriak semua orang yang ada di dalam bis termasuk Shada, hanya teriakan Shada tertahan ketika ia mendarat pada pangkuan Lengkara. Itu memang refleks karena tarikan begitu pun dengan refleksnya tangan Lengkara yang memegang pinggang Shada guna menangkap gadis itu agar tidak terbanting kembali.

Terjeda beberapa detik diantara syoknya teriakan dan keadaan mereka berdua, bahkan mereka sempat bersirobok iris sedetik dan berakhir dengan Shada yang turun  melepaskan dirinya.

Shada duduk pada kursi jatah Lengkara dengan degupan tak biasa yang masih kencang tersisa, entah murni karena dorongan atau karena ketidak sengajaan dirinya duduk dipangkuan Lengkara.

Tidak ada yang mulai berbicara setelahnya, pribadi hening Lengkara malah memilih memejam dan menyandarkan tubuhnya pada kaca, kendati demikian, tak bohong jika telinga Lengkara sudah me-merah panas disana.

Agaknya, yang merasakan degup itu bukan hanya Shada saja, melainkan Lengkara pun demikian!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!