Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 10
Sepulang dari restaurants, Nadira memilih masuk ke dalam kamar lalu menguncinya dari dalam. Ia masih kesal dengan Rian yang berani menciumnya tanpa seizinnya. Dalam perjanjian yang tertulis, tidak ada kontak fisik diantara keduanya. Namun lagi-lagi Rian mengingkari apa yang sudah ia buat. Nadira berbaring di ranjang tanpa membuka pakaian seragamnya.
Pukul 20:01 PM
Nadira beranjak dari tempat tidur kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Setelah mandi dan bersiap-siap, Nadira turun ke dapur untuk memasak. Saat sedang memasak, Rian turun dari lantai atas tersenyum bahagia.
"Apa Kak Rian sudah gila. Masa iya dia senyum-senyum sendiri" gumam Nadira.
"Hallo Sayang, lagi masak apa?" tanya Rian tersenyum. Entah apa yang terjadi padanya.
Nadira bergidik geli saat mendengar panggilan "Sayang. Selama hidupnya, belum ada pria yang memangilnya dengan panggilan itu. Hanya ibunya yang selalu memanggilnya dengan panggilan "Sayang"
Rian terkekeh melihat respon Nadira. "Apa ada yang salah dengan kata itu?" tanya Rian menggoda Nadira.
"Jangan macam-macam. Pernikahan kita hanya sebatas kontrak" ujar Nadira menegaskan agar Rian tidak kelewatan. Andai waktu itu Rian mengizinkan Nadira mempertahkan rumah tangganya, maka dengan senang hati Nadira akan menjalani semua kewajibannya.
"Aku hanya belajar menyebut kata itu. Dengan begitu, kita tidak akan kaku lagi dan rahasia kita aman" jelas Rian sambil mengambil sebotol air es di dalam kulkas.
"Jadi aku harus memanggil kakak dengan panggilan Sayang juga?" tanya Nadira mengkerutkan keningnya.
Rian tersenyum. "Jelas, kamu harus memanggilku dengan panggilan Sayang."
Nadira berpikir sejenak, kemudian tersenyum. "Oke dil. Kita ganti nama panggilan agar rahasia kita aman"
Setelah makan malam. Nadira memilih duduk di ruang keluarga. Kemudian mengambil remut televisi lalu menyalakan televisi, mencari siaran favoritnya. Sedangkan Rian memilih naik ke kamar mengambil leptopnya kemudian turun menghampiri Nadira.
"Ingat tugas. Jangan nonton terus" ucap Rian sembari menyalakan leptopnya.
"Ya ampun... tugasku belum dikerjakan...!!"
teriak Nadira kemudian berlari ke kamarnya.
Rian menggelengkan kepala saat melihat Nadira ngos-ngosan menaiki dan menuruni tangga. "Terima kasih Kak" ujar Nadira tanpa menatap Rian.
"Buat apa?" tanya Rian dengan mata yang terfokus di depan layar leptop dan tangan yang kini berkutak di keyboard.
"Ya.. Terima kasih untuk perhatiannya" jelas Nadira. Nadira mulai mengerjakan tugasnya sedangkan Rian memeriksa file yang dikirim Naix. Hening, tak ada yang bersuara, baik Nadira maupun Rian.
Pukul 23:00
Rian menarik tangannya ke belakang lalu merenggangkan otot-ototnya. Tatapannya tertuju pada Nadira yang sejak tadi tertidur pulas. Rian mendekat dan memeriksa tugas sekolah Nadira. "Masih ada beberapa nomor yang belum diselesaikan" gumam Rian.
Rian menggendong Nadira membawanya ke kamar. Tanpa sadar Nadira melingkarkan tangannya di leher sang suami. Rian tersenyum menyaksikan keberanian Nadira. "Cantik" batin Rian.
Rian keluar menuju lantai dasar kemudian merapikan leptopnya dan merapikan buku cetak dan buku tugas Nadira. Setelah selesai, ia kembali ke kamar. Di tempat tidur, Rian memandangi wajah Nadira dengan jarak yang sangat dekat.
"Maafkan aku yang memperlakukanmu tidak sesuai dengan isi perjanjian kita" gumam Rian sembari mengelus kepala Nadira.
"Selamat tidur Sayang" ucap Rian lalu mengecup kening Nadira. Kemudian beranjak dan pindah ke kamarnya. Di dalam kamar, Rian belum tidur. Ia mengambil buku tugas Nadira lalu menyelesaikan soal yang belum terjawab.
Ponsel Rian tiba-tiba berdering. Rian menatap layar ponselnya. "Kaira, kenapa dia menelponku di jam segini" gumamnya.
"Hallo Kaira. Ada perlu apa dan kenapa menelepon dilarut malam?" tanya Rian.
"Hiks...hiks... hiks... Kak, ibuku kak. ibuku kecelakaan" kata Kaira dari seberang telepon.
"Kamu tenang aku akan kesana. Kirimkan alamatnya ke Watshapku" ujap Rian.
Rian mengakhiri panggilan teleponnya lalu mengambil kunci mobil. Kemudian menuruni anak tangga dengan jalan yang tergesa-gesa bahkan ia pergi tanpa pamit pada Nadira. Rian masuk ke dalam mobil. Mobil perlahan keluar dari garasi menuju jalan raya. Beberapa puluh menit setelahnya, Rian pun sampai di alamat rumah sakit yang dikirimkan Kaira. Rian bergegas turun lalu masuk ke dalam rumah sakit. Kemudian mencari Kaira. Dari jarak jauh, Rian melihat Kaira menangis.
"Kaira" sapa Rian saat jaraknya dengan Kaira tak terlalu jauh.
"Rian...!" panggil Kaira berhambur memeluk Rian.
"Ibuku. Hiks... hiks... hiks..." Kaira menangis dalam pelukan Rian.
"Kamu yang kuat. Aku akan menemanimu di sini" kata Rian.
"Maafkan aku Nadira. Aku meninggalkanmu seorang diri di rumah" batin Rian.
"Bagaimana keadaan ibuku Dok?" tanya Kaira saat pintu ruangan terbuka.
"Luka yang dialami Ibu Nofenda tidak terlalu parah. Kalian jangan cemas" jelas Dokter kemudian pergi meninggalkan Rian dan Kaira. Rian dan Kaira pun masuk ke dalam ruang rawat Ibu Nofenda.
"Ibu, di mana yang sakit?" tanya Kaira saat melihat ibunya membuka mata.
"Badan Ibu terasa sakit semua" jawab Nofenda.
Nofenda memalingkan pandangannya ke arah Rian. "Rian, Ibu titip Kaira sama kamu. Jaga dia baik-baik, Na. Kapan kamu akan menikahi Kaira?" tanya Nofenda.
Rian tak tahu harus jawab apa, haruskah ia memberitahu Ibu Nofenda kalau dia sudah menikah. Entahlah, Rian bingung untuk menjawabnya.
"Ibu, kenapa Ibu bicara seperti itu" kata Kaira.
"Apa pertanyaan Ibu salah?" tanya Nofenda, ia tak tahu jika Rian sudah menikah.
"Buk, aku permisi sebentar ya, Bu" pamit Rian kemudian ke luar dari ruangan Nofenda. Kaira menyusul Rian keluar. Sesampainya di luar, Kaira menarik tangan Rian.
"Honey, aku siap menjadi istri keduamu. Apa yang kamu lihat waktu itu tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku dan Angga tidak memiliki hubungan apa-apa. Aku benar-benar mencintaimu Honey. Jangan tinggalkan aku. Aku siap menjadi istri keduamu" jelas Kaira memohon.
Rian terdiam, pikirannya kacau. Pria itu kembali dilemah. Kaira adalah kekasihnya dan Nadira adalah istri di atas kertas yang kapan saja bisa berakhir. Alasan menikahi Nadira juga karena paksaan mamanya yang membuatnya harus mencari istri sementara. Dan Nadira adalah istri sementara itu.
"Beri aku waktu" balas Rian kemudian pergi meninggalkan Kaira seorang sendiri. Rian berjalan di lorong rumah sakit menuju tempat parkir. Sesampainya di sana, Rian membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
"Akhkkk...!" teriak Rian memukul stir mobilnya.
"Apa yang harus aku lakukan. Aku mencintai Kaira tapi bagaimana dengan Nadira, aku belum siap berpisah dengannya. Pernikahan ini belum cukup seminggu haruskah aku mengakhirinya" guma Rian berkelut dengan pikirannya.
Rian menyalakan mesin mobilnya kemudian pergi meninggalkan rumah sakit. Dalam perjalanan, Rian kembali mengingat senyum Nadira saat ia bahagia, mengingat wajah Nadira saat ia kesal karena ulahnya. Bayang-bayang Nadira terlintas dipikiran Rian. Rian menepikan mobilnya dipinggiran jalan. Memandangi jalan yang kini dipenuhi lampu yang terang dan berwarna.
"Jika orang lain bisa memilih kenapa aku tidak" gumam Rian kembali menatap pasangan suami istri yang di depannya. Pemandangan yang mampu membuat hatinya tedu. Rian bergegas masuk ke dalam mobil dan meleset pergi dari tempat keramaian. Beberapa menit kemudian Rian memakirkan mobilnya di garasi rumah. Lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
Rian berlari kecil menaiki anak tanggal lalu masuk ke dalam kamar Nadira. Lampu tidur yang redup membuat wajah Nadira tak terlihat jelas. Rian mendekat menatap nanar wajah Nadira.
"Aku sudah berjanji di depan pendeta dan keluarga kita untuk menjagamu dan melindungimu. Aku tidak membiarkanmu pergi sekalipun kamu ingin pergi" batin Rian sembari mengelus rambut Nadira.
.
.
.
.
Bersambung....
Modus Lu Yan