Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #9
Lima tahun kemudian.
Denis membawa sebuah kotak kue berisi roti gulung cokelat kesukaan Al, dia sangat sering mengunjungi Alvarendra setelah pulang atau istirahat bekerja. Entah mengapa perasaan nyaman datang begitu saja ketika Denis dekat dengan Al dan Anaya. Lima tahun sudah Denis jalani dengan bermain bersama Al setiap hari, sewaktu weekend dirinya juga mengajak Al pergi jalan-jalan. Al pun memanggil Denis dengan sebutan Papa karena Denis bersedia untuk menjadi Papa ganti bagi Al. Namun, Denis belum bisa memastikan jika Naya mau menerimanya sebagai Papa sambung Al.
Denis masih takut untuk mengungkapkan perasaannya karena dia tidak ingin jika mendapat penolakan dan Anaya menjauhinya karena ilfil. Denis masih nyaman dengan hubungan teman seperti ini.
Sesampainya di rumah Naya, Denis segera turun dan dia tersenyum ketika melihat Al yang sedang bermain bola.
Alvarendra menoleh ketika dia mendengar suara deru mobil yang berhenti tepat di depan warung sang Mama.
"Papa!" teriak Al kegirangan dan langsung berlari ke arah Denis.
Naya yang saat itu sedang mencuci piring segera melihat siapa yang datang.
"Pak Denis?" gumamnya heran karena melihat Denis sudah ada di rumahnya.
Denis memeluk tubuh Al, dia tersenyum dan mengecup kedua pipi Alvarendra.
"Hai, Boy. Coba lihat, Papa bawa apa buat kamu." Denis mengangkat kotak roti yang dia bawa.
"Wah asyik! Roti ya, Pa?" Al bersorak riang layaknya anak kecil yang mendapatkan sebuah hadiah.
Denis menurunkan Al dan dia memberikan kotak roti itu kepada Al lalu Al membawanya masuk ke dalam warung.
"Ma! Mama! Lihat, Papa membawa roti." Al menunjukkan kotak rotinya.
"Baiklah, Mama akan memotongnya terlebih dahulu. Al temani Papa mengobrol."
Al mengangguk dan dia pergi menemui Denis kembali.
"Papa baru pulang kerja ya?"
Denis mengangguk. "Kenapa? Al mau pijatin Papa? Kebetulan leher Papa legal karena terus-menerus mengerjakan pekerjaan kantor tanpa berhenti."
Al mengangguk dan dia berdiri di belakang kursi Denis. Alvarendra mulai memijat tengkuk milik Denis dan Denis pun tersenyum ketika merasakan tangan mungil itu memijat pundaknya.
'Seandainya Anaya mau menikah denganku, maka aku yakin jika bukan hanya Al saja yang memijat tetapi juga Naya.' Denis tersenyum sambil melihat Anaya dari balik steling, Naya tampak sibuk menyiapkan sesuatu.
Beberapa menit kemudian.
Anaya datang dengan membawa nampan berisi satu gelas teh hangat dan satu piring roti gulung yang sudah di potong.
"Maaf lama, silahkan dinikmati." Naya meletakkan nampan itu ke meja.
Denis tersenyum. "Terima kasih."
"Pa, Al boleh pinjam handphone Papa nggak?"
Biasanya Al memang selalu meminjam ponsel milik Denis untuk bermain game, tetapi kali ini dia memiliki tujuan berbeda.
Denis mengeluarkan ponselnya dan memberikan kepada Al, Denis tidak khawatir memberikan ponselnya kepada Al karena dia sudah mengunci semua aplikasi tempat salinan data perusahaan.
"Terima kasih, Papa." Al tersenyum senang lalu pergi masuk ke dalam rumah.
Setelah Al pergi, Naya melirik Denis sejenak.
"Pak, apa tidak berlebih-lebihan memberikan ponsel seperti itu kepada Al? Bagaimana jika Al mengutak-atik ponsel milik Bapak lalu semua data-data penting di ponsel itu hilang semua?"
Denis menjawab dengan senyum tipis. "Kamu gak perlu takut, Naya. Saya sudah mengunci semua aplikasi dan Al tidak mungkin bisa membukanya."
Naya hanya mengangguk.
Di dalam kamar.
Al duduk di depan meja laptop dan dia mulai membuka sandi milik Denis. Para orang tua tidak tahu jika Al sangatlah bijak dan genius hingga dia mampu membobol kata sandi milik Denis lalu mulai mencari keberadaan data seseorang yang sedang dia intai.
Waktu itu Al melihat berita di televisi yang menayangkan seorang pengusaha muda sedang di wawancarai karena perusahaan yang dia kelola sangat ramai di perbincangkan dengan saham dan penghasilan yang sangat besar. Pengusaha muda itu adalah Abimanyu Pamungkas, Al melihat jika ada kemiripan antara wajahnya dan wajah Abi maka dari itu Al mencoba mencari tahu informasi tentang Abi tanpa sepengetahuan Anaya.
Al meminjam ponsel milik Denis untuk mencari keberadaan Abi, dia mengandalkan instingnya yang sangat kuat untuk bisa melakukan hal itu.
"Aku yakin jika Papa mempunyai begitu banyak rekan bisnis, barangkali diantara salah satu dari mereka ada Pak Abimanyu. Mochi, entah mengapa feelingku mengatakan jika Pak Abimanyu adalah Ayah kandungku. Aku ingin memastikan semuanya sebelum harapanku melambung tinggi." Al berbicara dengan boneka kesayangannya.
Dia terus mengutak-atik ponsel milik Denis dan mendapatkan sesuatu yang dia inginkan.
"Tepat sekali, aku mendapatkannya." ucap Al dengan mengcopy paste semua data milik Abi, dia akan meneruskan pekerjaannya melalui laptop miliknya.
Satu jam kemudian.
Al kembali menghampiri Denis dan Naya karena sudah hampir satu jam dia menggunakan ponsel milik Denis.
"Pa, Al udah selesai main gamenya.'' Al memberikan ponsel Denis.
"Baiklah, kalau begitu Papa pulang dulu ya? Cuaca juga terlihat mendung, Papa takut terjebak hujan dijalan nanti."
Al mengangguk.
"Hati-hati ya, Pak. Terima kasih sudah selalu berkunjung kesini."
Denis tersenyum lalu dia beranjak dari kursi dan pergi menuju mobilnya.
Setelah berada di dalam mobil, Denis melambaikan tangan ke arah Al.
"Dah, Papa!" Al melambaikan tangan juga.
"Besok Papa akan berkunjung kesini lagi."
Al hanya tersenyum lebar.
Mobil Denis pergi berlalu.
"Ayo kita masuk, udah mau Maghrib juga." Naya menggandeng tangan mungil milik Alvarendra dan membawanya ke dalam warung.
Naya menutup warung dan membukanya setelah habis Maghrib nanti, dia akan sholat terlebih dahulu jika Maghrib tiba.
Pukul delapan malam.
Naya sedang sibuk di warung sementara Al sibuk berkutat dengan laptopnya. Anak genius itu mencari data penting di perusahaan Abi lalu dia membobolnya.
"Aku tidak akan menutup akses pembobolan agar Pak Abimanyu bisa menemukan aku. Tapi aku juga harus bertindak tepat agar Mama tidak mengetahui semua ini, jika Mama tahu pasti Mama akan marah besar.''
Al sering bertanya tentang Ayah kandungnya tetapi Naya malah mengatakan jika Al tidak perlu tahu siapa Ayahnya, bukan karena apa tetapi Naya mengatakan semua itu akibat dirinya juga tidak tahu siapa pria yang sudah menanamkan begitu banyak benih di rahimnya hingga tumbuhlah Al di dalam rahim Naya.
Al sudah berhasil membobol data milik perusahaan Abi, dia yakin jika besok Abi akan mengerahkan beberapa anggota untuk mencarinya.
"Aku harus mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Pak Abimanyu." gumam Al dengan senyum tipis, bukan eskpresi ketakutan.
Satu jam kemudian.
Naya masuk ke dalam kamar milik Al karena jam sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas, Naya ingin memastikan jika Al sudah tidur.
Sesampainya di dalam kamar, Naya tersenyum melihat Al yang ternyata sudah menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Naya mendekati ranjang dan dia mengecup dahi Al.
"Mama tidak akan membuat kamu merasakan kekurangan apapun, Nak. Mama sangat menyayangi kamu."
Cup.
Naya kembali mengecup pucuk kepala Al.
Naya beranjak dari ranjang, dia ingin melangkah keluar tetapi langkahnya dihentikan karena melihat laptop milik Al. Naya sebenarnya heran karena Al yang baru berusia empat tahun sudah meminta laptop bahkan pintar berkutat dengan laptop. Naya merasakan sikap berbeda yang keluar dari dalam diri Al, anaknya itu sangatlah genius dan Naya mengakuinya.
Naya memeriksa laptop milik Al, disana hanya ada beberapa game dan foto-foto Al di galeri, merasa tidak ada yang harus di takutkan, Naya pun segera keluar dari kamar Al karena dia tidak ingin menganggu tidur sang Putra.
•
•
**TBC
MAMPIR KE NOVEL KARYA TEMEN OTHOR YUK 🥰