NovelToon NovelToon
Anak Kembar CEO Amnesia

Anak Kembar CEO Amnesia

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Genius / CEO Amnesia
Popularitas:8.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rosma Sri Dewi

Clara mengetahui dirinya mengandung setelah bercerai dengan suaminya Bara yang menikah dengannya di saat pria itu mengalami amnesia.Clara akhirnya melahirkan dua anak laki-laki kembar.
Di saat sedang membawa kedua bayinya jalan-jalan di taman, Clara kehilangan salah satu bayinya yang ternyata ditemukan oleh Bara, sang mantan suami. Bara yang biasanya tidak terlalu menyukai anak kecil, entah kenapa dia menyukai bayi yang ditemukannya dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Setelah besar, anak-anak yang dilahirkan Clara ternyata memiliki IQ tinggi.Tanpa sengaja anak-anak kembar itu bertemu di suatu tempat, karena suatu hal akhirnya mereka berdua bertukar posisi.Yang bersama Clara,tinggal dengan Bara dan begitu juga sebaliknya. Di saat sedang bertukar posisi,mereka mengetahui sebuah rahasia.
Rahasia apakah itu? apakah anak kembar itu akan berhasil mengungkapkan rahasia itu dan menyatukan kembali Clara dan Bara?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

panggilan anak pungut

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Bahkan Tahun sudah berganti beberapa kali. Usia Bima kini sudah 6 tahun dan sudah duduk di kelas satu sekolah dasar. Bahkan sekarang keduanya sudah tidak tinggal di apartemen milik Arumi lagi karena berkat usahanya Clara sudah bisa membeli rumah yang memang tidak mewah tapi baginya sangat nyaman.

Clara sudah berhasil bangkit dari keterpurukannya karena kehilangan Bimo, adiknya Bima. Bukan karena dia sudah melupakan putra keduanya itu, tapi dia merasa kalau ucapan Arumi dulu benar adanya. Di mana wanita itu mengatakan kalau dirinya tidak boleh terpuruk hingga tanpa sadar mengabaikan Bima. Karena bagaimanapun Bima juga masih sangat membutuhkannya. Yang paling penting mereka sudah melakukan berbagai cara untuk mencari Bimo, tapi memang mungkin belum rejekinya untuk bisa menemukan kembali putranya itu.

Clara hanya berdoa Bimo masih hidup dan ada di tangan orang yang tepat. Ia berharap suatu saat akan ada waktunya dia bertemu dengan putra keduanya itu.

"Bima, apa semuanya sudah siap? kalau sudah ayo kita berangkat!" teriak Clara memanggil anaknya itu.

"Aku sudah siap,Ma," Bima anak laki-laki berparas tampan itu keluar dari kamar dengan pakaian seragam sekolah yang sudah lengkap. Tas berwarna hitam karakter superhero kesukaannya juga sudah melekat di punggungnya.

"Anak Mama sudah tampan ternyata. Ayo kita berangkat sekarang, biar kamu tidak telat!"

Seperti biasa anak yang minim bicara itu hanya menganggukkan kepalanya, dan berjalan mengikuti mamanya. Setelah mamanya mengunci pintu, dan menaiki motor matic miliknya, Bima juga ikut naik dan duduk di boncengan Clara.

"Pegangan, Nak!" seperti biasa Clara tidak lupa untuk mengingatkan.

Setelah tangan kecil milik Bima memegang pinggangnya, Clara langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang, menembus jalanan yang sudah mulai ramai oleh orang-orang yang hendak mengantarkan anak mereka ke sekolah.

Setelah menempuh perjalanan lebih kurang 15 menit, akhirnya motor yang dikendarai Clara berhenti di depan sebuah sekolah yang memiliki gedung besar, karena memang Clara tetap memasukkan putranya itu ke sekolah elit walaupun dengan biaya yang bisa dikatakan mahal.

"Ma, mulai besok Mama tidak perlu mengantarkan dan menjemputku ke sekolah lagi ya," setelah Selama dalam perjalanan diam seribu bahasa, Bima mulai buka suara tapi cukup membuat Clara kaget.

"Kenapa?" alis Clara bertaut dalam-dalam.

"Karena nanti aku akan membeli sepeda sendiri. Aku tadi sudah bongkar celengan dan hasilnya cukup untuk membeli sepeda. Jadi, Mama tidak perlu lagi capek-capek mengantarkan dan menjemputku ke sekolah. Kasihan Mama, karena harus bolak-balik, ditambah arah sekolah dan toko bunga mama beda arah," jelas Bima, membuat Clara merasa terharu

Clara kemudian menerbitkan seulas senyuman di bibirnya dan meraih kepala Bima ke pelukannya.

"Tapi Mama bahagia melakukan ini semua, Nak. Mama tidak pernah merasa lelah sedikitpun," tutur Clara sembari mengelus lembut kepala putranya yang dinginnya melebihi kutub Utara itu.

"Ma, jangan elus-elus kepalaku! malu dilihat orang," protes Bima sembari menjauhkan kepalanya dari tangan Clara.

"Astaga, kamu masih kecil sudah tahu malu begini," Clara berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku bukan anak kecil lagi. Aku sudah besar!" sanggah Bima yang kalau orang banyak bilang tidak sadar diri. Masih kecil, tapi berlagak sudah besar.

"Iya, iya kamu sudah besar. Mama tidak akan memeluk dan mengelus-elus kepalamu lagi," Clara memasang wajah sendunya.

"Bukan tidak bisa, Ma. Kalau di rumah tidak masalah, yang penting jangan di depan orang banyak," bisik Bima yang membuat tawa Clara pecah.

"Sudah-sudah! sekarang kamu masuk ya. Nanti pulang sekolah mama akan jemput," Clara memutar tubuhnya anaknya dan mendorong tubuh kecil itu dengan pelan.

Namun,Bima sama sekali tidak bergerak dari tempat dia berdiri. Bocah laki-laki itu justru berbalik kembali dan menatap mamanya dengan tatapan yang selalu mengingatkan Clara dengan tatapan ayah dari anak itu.

"Ma, bukannya aku sudah mengatakan kalau mama tidak perlu jemput. Pulang sekolah nanti aku akan langsung membeli sepedaku ke toko itu," Bima menunjuk ke arah sebuah toko yang memang menjual berbagai macam sepeda.

"Tapi, Nak. Mama tidak merasa tenang kalau tidak mama sendiri yang menjemputmu," raut wajah ragu masih tergambar jelas di wajah wanita yang di usianya yang ke 29 tahun itu semakin terlihat cantik.

"Mama lupa siapa aku? aku bisa menjaga diriku Ma. Jadi Mama harus percaya padaku!"

Clara menghela napasnya dengan sekali hentakan, karena dia memang tahu kalau putranya itu di usianya yang masih enam tahun tapi sudah memiliki keahlian di bidang bela diri. Hal yang memang cukup sulit untuk dipercayai oleh nalar.

"Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus tetap mengabari mama kalau nanti kamu sudah tiba di rumah," pungkas Clara akhirnya mengalah. Wanita itu tahu betul karakter putranya itu yang bisa diam sepanjang hari kalau sedang kesal.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu di tempat lain, tepatnya di depan sebuah sekolah yang sangat elit, lebih elit dari sekolah Bima, tampak dua anak laki-laki yang turun dari mobil mewah. Siapa lagi dua anak laki-laki itu kalau buka Tristan dan Bimo yang memang di sekolahkan di tempat yang sama bahkan di kelas yang sama. Kenapa mereka bisa sekelas padahal Tristan lebih tua satu tahun dari Bima? itu karena Tristan tidak sepintar Bimo hingga dulu ketika mendaftar, Tristan sempat ditolak karena anak dari Tania itu belum bisa membaca dan berhitung. Alhasil masuk sekolah dasarnya ditunda dulu, sampai anak itu setidaknya bisa membaca.

"Baik-baik sekolah!" pesan Bara, yang memang setiap pagi mengantarkan anak-anak itu sekolah karena arah ke sekolah dan kantornya sama.

"Baik, Pa! sahut Bimo. Sementara Tristan hanya diam dan melirik Bimo dengan tatapan tidak suka.

Bara baru saja hendak menjalankan mobilnya kembali. Namun tiba-tiba dia urungkan karena teringat sesuatu.

Pria itu, kemudian membuka kaca mobilnya kembali dan memanggil nama Bimo yang kebetulan juga baru hendak berjalan.

"Bimo, Papa lupa, apa kamu masih ada uang jajan?"

Bimo sontak merogoh sakunya menunjukkan kalau sakunya itu kosong. Dengan cengengesan bocah kecil itu menggelengkan kepalanya. "Kosong,Pa." ucapannya kemudian.

Kemudian Bara menghela napasnya dan memilih untuk keluar dari mobil, lalu menghampiri Bimo.

"Untuk Papa tanya kan? Nih uang jajan buatmu." Bara mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan dan memasukkannya ke saku seragam putranya itu.

"Kalau aku bagaimana, Pa? apa aku juga tidak dapat uang jajan dari Papa?" Tristan buka suara, penuh harap.

"Papa yakin kamu sudah dapat uang jajan yang lebih dari mamamu. Jadi, papa tidak perlu memberikanmu uang lagi. Kalau Bimo sama sekali tidak ada uang jajan, makanya papa kasih. Kamu jangan serakah ingin dapat uang jajan berlebih. Itu sama sekali tidak baik ya," sahut Bara dengan nada suara yang berusaha lembut. Karena bagaimanapun menurutnya Tristan adalah putranya.

"Baiklah, Pa," Ucap Tristan sembari menarik tangannya yang sempat terulur tadi.

"Ya udah, Papa mau berangkat dulu! kalian berdua harus baik-baik sekolah!" pungkas Bara sembari berjalan mengitari mobil, lalu masuk ke dalamnya. Setelah melambaikan tangan, akhirnya Bara benar-benar pergi.

Bimo baru saja hendak melangkah memasuki pintu gerbang, tapi tiba-tiba Tristan sudah berdiri di depannya.

"Hei, anak pungut mana uang jajan yang dikasih papa tadi? sini kasihkan ke aku!". Tristan menengadahkan tangannya, meminta paksa uang dari tangan Bimo.

"Aku tidak mau! ini uang dikasih papa padaku, jadi ini milikku!" tolak Bimo tegas.

Tristan terlihat menggeram. Bocah laki-laki itu terlihat berjalan mendekati Bimo.

"Berani kamu ya! aku bilang sini uangnya ya sini. Asal kamu tahu, yang anak kandung itu aku, bukan kamu. Kamu itu hanya anak pungut kata mamaku. Jadi kata mama dan Om Dito, kamu tidak pantas mendapatkan apapun dari papaku. Sini uangnya!" Tristan dengan kasar merampas uang pemberian Bara padanya, lalu berjalan meninggalkan Bimo setelah dia memasukkan uang hasil rampasannya ke dalam sakunya.

Sementara itu, Bimo ingin sekali menangis, tapi berusaha dia tahan. "Sabar Bimo. Tristan memang benar, kamu itu memang anak pungut. Anak yang dibuang karena tidak diinginkan oleh orang tuamu. Jadi, kamu bisa disayang Papa Bara juga sudah cukup. Dan kamu harus tetap mensyukurinya. Kamu harus berhasil hingga membuat orang tua yang membuangmu menyesal sudah menyia-nyiakanmu," batin Bimo sembari melangkah masuk ke dalam lingkungan sekolah. Lingkungan yang akan selalu memperdengarkan seruan yang memanggilnya anak pungut karena dipengaruhi oleh Tristan.

Tbc

1
Yantimufid
test DNA pakai darah biar lebih akurat
Yantimufid
Luar biasa
Esih Mulyasih
banyak misteri nya nihh...🤔🤔
Royhan
Luar biasa
Esih Mulyasih
semangat bima n bimo semoga sukses misi kalian 💪😉😍🥰
Esih Mulyasih
keren ceritanya dh kyk detektif cilik si Bima 🤭😁
Esih Mulyasih
Luar biasa
aca
michel itu sahabat munafik lo
Priskha
emaknya sibuk tabur benih trs oma sm si dito 😁😁😁
Priskha
yg anak pungut itu kmu Tristan asal kmu tau kmu itu anak hsl selingkuhan mamamu dan sopir
Priskha
bodoh amat si Clara...
Priskha
nach kan betul prediksiku, pasti obatnya salah 🤭🤭
Priskha
obatnya pasti salah tuch
Priskha
puji Tuhan msh ada org baik yg mau menolong Clara itulah gunanya klau kita sll berbuat baik utk org lain percayalah semua kebaikan kita kelak akan kembali ke diri kita sendiri atau klg kita
Yati Alwayss Lealy
Kecewa
Yati Alwayss Lealy
Buruk
Lisa Halik
siapakah yang menculik ayunda
Lisa Halik
terkejut yaa pak bara
Iis Kurniasih
Luar biasa
Lisa Halik
bodohnya ayunda
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!