Kisah seorang gadis desa yang merantau ke ibukota, dikhianati oleh sang tunangan yang selingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Nasib tragis kembali menimpa, dia di pecat dari perusahaan tempatnya bekerja dengan tidak hormat.
Hingga takdir kemudian mempertemukannya dengan seorang pengusaha muda yang juga memiliki masa lalu kelam, melalui putra kecil pengusaha tersebut yang sangat menyayangi Nabila.
Akankah kebahagiaan berpihak pada Nabila?
Yuk, ikuti perjalanan cinta Nabila dan sang pengusaha, yang mengharukan, romantis, sekaligus kocak 🥰
____
Dalam tahap revisi PUEBI ☺🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Modus Lama
"Tapi Nyonya,,, saya,,, saya benar-benar tidak tahu apa-apa, sungguh..." ucap Nabila terbata dengan isak yang tertahan.
"Modus lama, dasar kamu memang pela*** murahan,,, plak," sambil menampar keras pipi kanan Nabila.
Nabila hanya bisa menangis,,, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam. Rasa perih di pipi kanannya yang membekas gambar tangan, akibat tamparan dari Nyonya Bos tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.
Rahmat yang melihat semua kejadian itu hanya bisa menatap iba... "Maaf Pak Yuda, apa tidak sebaiknya kita cek CCTV?" Rahmat mencoba memberikan saran pada atasannya itu.
"Baik, kalau begitu panggil satpam yang bertugas sekarang dan suruh mereka membawa rekaman CCTV nya," titah Bos Pemilik Perusahaan itu kepada Rahmat.
Dengan sigap Rahmat segera menghubungi satpam yang bertugas dengan menggunakan telepon kantor yang ada di atas meja atasannya itu.
Sedangkan Nabila masih dengan wajah tertunduk dan isak yang tertahan, hanya sesekali terlihat punggungnya bergetar mencoba menahan rasa sakit di hatinya.
"Ma, bisa kau panggilkan bibik Seruni untuk memberikan keterangan disini" titah Pak Yuda kepada istrinya.
"Baik pah,,," jawab Kinanti sambil melangkah menuju sofa dan segera membuka ponselnya untuk menghubungi seseorang.
Tak berapa lama bu Runi dan Pak Budi selaku satpam yang bertugas hari ini datang hampir bersamaan, "silahkan duduk," titah Bos perusahaan itu dengan tegas kepada dua orang bawahannya itu.
Bu Runi duduk di sofa tepat di samping istri Bos nya, seperti yang ditunjuk Kinanti yang merupakan sepupu dari suami nya itu sebelumnya. Sedangkan Pak Budi duduk bersebelahan dengan Nabila, karena Rahmat memilih untuk berdiri di samping Nabila.
"Bik Runi,, apa kau bisa menceritakan kronologis kejadian di pantry tadi pagi? siapa yang telah membuatkan kopi untukku?" cecar Pak Yuda kepada kepala OB itu yang sekaligus bibi dari istrinya.
Wanita paruh baya itupun menceritakan dengan detail semua yang terjadi di pantry, kedatangan Nabila ke pantry yang membuat kopi hingga akhirnya bu Runi menitipkan kopi buatannya untuk Bos Pemilik Perusahaan itu kepada Nabila, tentunya dengan tidak mengatakan kebenaran bahwa dirinyalah yang menambahkan serbuk ke minuman yang dibuat Nabila.
"Benar seperti itu Billa?" tanya Presiden Direktur itu dengan tatapan tajam dan aura membunuh.
Nabila mengangguk pasrah, "betul Pak Bos," lirih nya masih dengan tertunduk lesu.
"Apakah benar kopi yang ini buatan mu bik Runi?" sambil menunjuk cangkir kopi yang tadi di minumnya dengan tatapan penuh selidik kepada bu Runi.
Sejenak bu Runi mengamati cangkir kopi yang masih separuh itu, dan kemudian menggeleng,, "bukan, itu bukan kopi buatan saya," ucapnya tegas, tapi yang ini, ini kopi buatan saya yang saya titipkan pada mbak Nabila," sambil menunjuk cangkir kopi yang tadi telah diminum oleh Rahmat.
Nabila semakin dalam menundukkan kepalanya, dia merasa yakin sudah dijebak,, "tapi untuk apa, kenapa mereka melakukan ini kepadaku,,, apa salahku?" batin Nabila.
"Sudah jelas kan pah, sekretaris kampungan itu yang sengaja menaruh obat perangsang di minuman papah, dia itu mau menggoda mu pah,,," dengan nada ketus Kinanti mulai mengintervensi suaminya.
"Maaf Pak, Nyonya,,, mungkin kita bisa cek CCTV nya sekarang? Agar tidak ada fitnah yang bisa merugikan orang yang tidak bersalah?" Pinta Rahmat mencoba menengahi, karena dia yakin dalam hal ini Nabila tidaklah bersalah.
"Silahkan Pak Budi, putar CCTV-nya mulai pagi tadi," titah Pak Yuda kepada satpam baru yang duduk dihadapannya itu.
"Baik Pak," sambil mulai membuka laptop dan menggeser mouse untuk memutar rekaman CCTV mulai pagi tadi.
Sementara Kinanti yang duduk di sofa, nampak mengibas-kibaskan rambut blonde nya dan tersenyum licik,,,
***** Flashback On
"Joko, kamu matikan CCTV yang ada di ruang khusus pantry sekarang," titah istri Presiden Direktur kepada Joko salah satu OB kepercayaan nya di perusahaan milik suaminya itu melalui sambungan telepon.
"Baik Nyonya, tapi..." ucap Joko khawatir
"Jangan takut Joko, gak akan ada yang curiga,,, kamu potong saja kabelnya, potongan nya jangan dibikin rapi biar seolah-olah dimakan sama tikus," ucap istri sang Bos memberi ide jahat.
"Baik Nyonya Bos, titah Nyonya segera saya laksanakan."
.
"Bagus Joko,,, bonus mu nanti saya transfer," ucap Kinanti tersenyum seringai sambil menutup sambungan telponnya.
*****Flashback Off
Terlihat Pak Budi masih menggeser mouse nya bergerak ke sana kemari, namun sudah berulangkali mencoba memutarnya gambar yang dituju tak kunjung ketemu.
"Bagaimana Pak Budi?" tanya Pak Bos penasaran.
Nampak Pak Budi menggelengkan kepalanya, "tidak ketemu Bos, CCTV yang mengarah ke pantry tak terdeteksi," sambil mengerutkan keningnya, "sepertinya CCTV di sana rusak Bos, atau...." pak Budi mencoba menganalisa."
"Atau apa?" tanya sang Bos penasaran.
"Mungkinkah ada yang menyabotase nya?" Pak Budi mulai menerka...
"Pah,,, semua sudah jelas bukan?" tukas Nyonya Bos cepat, "Bik Runi gak mungkin melakukan hal konyol itu kepadamu?" seru Kinanti dari sofa tempat dia duduk. "Gak perlu lagi dipertahankan sekretaris murahan seperti itu Pah, bagaimana tadi kalau cuma ada papah berdua dengannya... sudah pasti dia akan langsung menjebak dan merayu mu pah?" masih mencoba mempengaruhi suaminya.
"Tidak Nyonya,, itu semua tidak benar," lirih Nabila.
"Halah,, maling dimana-mana sama aja kan, gak ada yang bakal ngaku?" serunya dengan emosi.
"Sudah ma,, hentikan," suara tegas Bos perusahaan itu mampu mengendalikan suasana yang memanas di ruangannya.
Sejenak suasana menjadi hening,,,
"Kemasi barang-barang mu sekarang, gaji mu bulan ini akan di transfer oleh Rahmat," usir nya dengan tegas kepada Nabila, "dan ingat, jangan pernah lagi menampakkan diri dihadapan saya," tegasnya memperingatkan.
Tubuh Nabila bergetar, dadanya serasa sesak seperti terhimpit diantara batu-batu besar. Dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan mulai berjalan lunglai meninggalkan ruangan Presiden Direktur itu tanpa sepatah katapun.
Nabila berjalan menuju mejanya, nampak Rahmat mengekor di belakang nya...
"Bill,, ada yang bisa saya bantu?" Rahmat menawarkan bantuan.
"Tidak Pak Rahmat, terimakasih," balas Nabila datar.
Tak berapa lama Nabila sudah merapikan barang-barang miliknya, dia bergegas melangkah untuk meninggalkan ruangan yang selama kurang lebih empat bulan ini ditempatinya.
"Saya antar pulang ya?" pinta Rahmat yang masih setia berdiri ditempatnya.
"Maaf, tidak perlu Pak Rahmat,,," tolak Nabila halus, "terimakasih bimbingan nya selama ini, senang bisa bekerja sama dengan Pak Rahmat," ucapnya dengan tersenyum. "Saya permisi Pak, Assalamu'alaikum,,," pamit Nabila sambil berlalu menuju lift untuk turun.
Pak Budi, yang keluar dari ruangan Pak Bos hampir bersamaan dengan Nabila segera turun menuju pos tempatnya bekerja, terlihat dia berjalan dengan sangat tergesa. Sesampainya di pos Satpam, Pak Budi terlihat menghubungi seseorang...
Tut,,, tut,,, tut,,,
Beberapa kali menelpon tapi panggilannya tidak juga diangkat.
Dear Reader's kesayangan,,,
InsyaAllah mulai bab ini, ceritanya aku buat sedikit lebih panjang ya... di atas 1000 kata.
Semoga makin suka dengan cerita Nabila, makasih 🤗
trus Selly kebagian ulet bulunya donk kasiannn